Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, ketika berada di Gedung Putih pada 26 Juni 2017.
Sewaktu Barack Obama menjadi Presiden Amerika Serikat dan menggelar jamuan iftar di Gedung Putih pada 2010, dia berkata, "Ramadan berfungsi sebagai pengingat bahwa Islam senantiasa menjadi bagian dari Amerika".

Obama pun tak sungkan membagi cerita mengenai presiden pertama yang menggelar buka puasa bersama di Gedung Putih. "Duta besar muslim pertama untuk Amerika Serikat, yang berasal dari Tunisia, diterima oleh Presiden (Thomas) Jefferson, yang menggelar buka puasa bersama bagi tamunya karena saat itu Ramadan. Itu dikenal sebagai iftar pertama di Gedung Putih, lebih dari 200 tahun lalu," ujar Obama.

Jamuan makan malam itu terjadi tepatnya pada 9 Desember 1805 demi menghormati Sidi Soliman Mellimelli, utusan muslim Tunisia pertama bagi AS. Kala itu, dia menyambangi Washington selama enam bulan demi menuntaskan konflik pembajakan.

Pada 1996, ibu negara Hillary Clinton kembali menghidupkan peristiwa langka itu pada masa pemerintahan suaminya, Bill Clinton. Kemudian, George W. Bush dan Obama meneruskannya sewaktu mereka berkuasa.

Namun, untuk kali pertama dalam dua dasawarsa terakhir, Gedung Putih--di bawah kendali Presiden baru AS, Donald Trump--memutuskan tak melangsungkan acara yang persiapannya berlaku beberapa bulan sebelum waktu perjamuan.

"Umat Islam di Amerika Serikat dan dunia ketika berada pada bulan suci Ramadan memusatkan perhatian untuk beribadah dan bersedekah," demikan pernyataan resmi kepresidenan dikutip The Washington Post.

"Kini, seraya merayakan (Idulfitri) bersama karib dan kerabat, mereka meneruskan tradisi berbagi dengan banyak orang. Pada masa seperti ini, kami diingatkan akan pentingnya berbelas kasih, berempati, dan berniat baik. Bersama umat Islam sedunia, bangsa Amerika kembali berkomitmen memuliakan nilai-nilai tersebut. Id mubarak".

Padahal, tahun lalu semasa masih menjadi calon presiden, Donald Trump mengatakan bakal meneruskan tradisi menggelar jamuan iftar pada malam takbiran jika dia menjadi presiden.

"Saya tidak bermasalah dengan itu. Saya tidak bermasalah dengan itu," ujarnya dikutip ABC News. "Memang bukan sesuatu yang membebani pikiran saya, tapi saya tak bermasalah (untuk menggelar jamuan iftar)".

Kebijakan Gedung Putih itu membuat hampa sejumlah pihak. Imam Talib Shareef dari Masjid Muhammad di Washington, D.C., salah satunya.

Menurut Talib, yang menghadiri tiga acara iftar pada saat Obama menduduki kursi nomor satu di Gedung Putih, absennya kegiatan tahunan itu "mengecewakan karena itu tradisi bagus". Dia merasa orang seperti Trump punya waktu melakukan kegiatan lain, tapi "mengapa tak punya waktu bagi rakyat yang butuh pertolongan?"

Iftar tahunan itu biasanya dihadiri oleh figur-figur masyarakat Islam yang menonjol di Amerika Serikat selain pula anggota DPR dan diplomat. Bahkan, setelah AS mengalami peristiwa serangan teror di dalam negeri pada 11 September 2001, pemerintahan negara adikuasa meneruskan tradisi berbuka puasa bersama itu. Pasalnya, seturut Presiden George W. Bush, negaranya memerangi terorisme, bukan Islam.

Pemerintahan Trump sudah lama dituding memiliki fobia terhadap Islam, terutama setelah taipan properti itu meneken larangan berkunjung bagi enam negara yang penduduknya mayoritas muslim.

Pada awal Juni, sekitar 100 aktivis muslim mengajukan protes atas pelbagai kebijakan Trump yang dinilai memancing perpecahan di depan Menara Trump di New York, AS. Para aktivis itu berbuka puasa dan salat berjemaah di lokasi tersebut.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...malam-takbiran

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Lajur Jakarta-Cikampek Elevated ikut antisipasi arus balik

- Lebaran dan sampah di Jakarta

- Polisi Medan kenal baik sosok penyerang Mapolda Sumut