Buat kalangan mahasiswa, mungkin sedikit banyak pernah mendengar atau bahkan terlibat dengan yang namanya MAPALA. Hampir di semua kampus di Indonesia memiliki basis organisasi aktivitas luar dan lingkungan yang biasa disebut MAPALA (Mahasiswa Pencinta Alam).

Menurut data forum nasional TWKM (Temu Wicara Kenal Medan) yaitu forum resmi tingkat nasional anak Mapala dari yang pernah mengikuti pertemuan tahunan, terlampir lebih dari 250 organisasi sejenis dari tingkat universitas sampai fakultas.

MAPALA juga salah satu basis organisasi mahasiswa dengan jumlah anggota terbanyak di Indonesia. Mapala ini mulai populer sejak tahun 60-an dimulai oleh Soe Hok Gie sebagai pioneernya yang juga salah satu aktivis UI terkenal di masa itu dikalangan mahasiswa. Sejak saat itu mulau bermunculan semangat-semangat berMAPALA di seluruh indonesia sebagai salah satu aktivitas yang diminati mahasiswa.

Namun, sedikit banyak hal negatif yang menaungi dunia MAPALA ini seperti pendidikan dasar yang cenderung memaksa fisik, menghilangkan nyawa hingga cap orang yang tidak disiplin dan urak-urakan.

Berikut segelintir atribut yang menempel tentang anak MAPALA :

1.MAPALA (Mahasiswa Paling Lama)
Biasanya kalau melihat anak mapala pasti prediksinya mahasiswa-mahasiswa yang suka lama tamat kuliah karena keasyikan main-main sama gunung dan lupa kuliah. Padahal lama enggaknya lulus kuliah tergantung pribadinya bukan masalah aktivitasnya.

2. Gondrong dan Urakan
Biasanya kalau lihat mahasiswa gondrong dan agak urakan pasti mikirnya anak mapala. Walaupun faktanya cowok mahasiswa itu memang hobi manjangin rambut.

3. Suka Naik Gunung
Kalau anak mapala pasti naik gunung. Sedikit banyak memang benar tapi tidak sepenuhnya begitu. Hal itu berhubungan dengan aktivitas keilmuan yang di dalami yaitu navigasi darat yang biasanya diterapkan di GUHURA (gunung, hutan, rawa). Padahal sejak ada film 5 cm semua anak muda doyan naik gunung.

4. Jarang Mandi
Anak mapala itu malas mandi karena kebanyakan di hutan. Kalau masalah mandi gak komen lah.

5. Suka nge-drugs
Ini yang paling ekstrim sebenarnya. Drugs memang cenderung mengincar anak muda yang rasa penasarannya tinggi. Mungkin karena suka kumpul-kumpul jadi digosipkan seperti itu.

6. Hobi tidur dikampus
Biasanya memang organisasi mapala punya sekretariat yang terletak dikampus sebagai pusat administratif dan aktivitas, jadi sering nginap dikampus ya mungkin itung-itung hemat biaya kos.

7. Punya atribut yang khas
Biasanya anak mapala punya atribut yang khas seperti baju lapangan organisasi dan mitella berupa syal yang di kalungkan di leher. Jadi, kalau lihat model-model gini di gunung biasanya anak mapala.

8. Punya banyak kawan
Anak mapala ini terkenal ramah sama orang apalagi sesama anak mapala. Ada budaya di anak mapala kalau ketemu orang yang seaktivitas dengannya wajib ramah dan saling bantu dimana pun berada. Kayak anak-anak vespa gitu, apalagi jumpanya dihutan atau gunung.

9. Punya jargon yang khas
Anak mapala pasti tahu jargon lestari...!!! Jargon ini seperti bahasa yang sakral baik formal maupun non formal buat anak mapala.
Jargon ini merepresentasikan visi dari MAPALA itu sendiri.

10. Pendidikan kader yang lama dan keras
Ini yang banyak di intervensi oleh pihak luar karena sudah banyak korbannya. Memang pendidikan anak mapala itu lama biasanya seminggu keluar masuk hutan dan cenderung keras.
Namun sebenarnya pendidikan ini adalah langkah mengenalkan lapangan pada calon anggota baru dan menerapkan aktivitas yang dapat dipelajari dilapangan. Keras yang dimaksud disini adalah bagaimana mencoba bertahan dilapangan dengan kemampuan diri bukan dengan siksaan verbal.

Masih banyak mungkin hal-hal yang menarik tentang dunia MAPALA, walaupun cenderung banyak berpikir negatif gak bisa dipungkiri banyak MAPALA yang sudah mencatatkan prestasi dan sejarah yang belum tentu orang lain mampu. Seperti mendaki puncak tertinggi dunia, mengarungi sungai-sungai ganas, konservasi yang nyata pada lingkungan, persahabatan yang hangat dan banyak lainnya.
Jadi, menjadi bagian MAPALA akan selalu punya peminat dikalangan mahasiswa.


Sumber: opini pribadi