Pondasi yang biasa berada di puncak bukit atau gunung ini biasa kita sebut dengan pilar atau triangle. Umumnya berbentuk balok dari campuran batu dan semen serta ada kode yang tertera pada badan pilar ini.
Buat yang sering mendaki gunung pasti sering nemuin model pondasi ini pada puncaknya dan biasanya sebagai penanda puncak gunung atau tanah tertinggi pada gunung atau bukit.
Banyak yang berpikir kalau pondasi ini adalah penanda resmi puncak suatu gunung tapi bingung dengan kode yang tertera pada pondasi nya.
Ada benarnya juga memang pondasi ini sebagai penanda puncak gunung. Namun dalam sejarahnya tujuan pembuatan pondasi ini pada puncak gunung bukanlah semata-mata untuk itu tapi sebagai pondasi tapal penanda batas wilayah administasi.

Pada era sebelum merdeka hingga 1950an saat pemerintahan masih dikuasai oleh Hindia Belanda, setiap wilayah kabupaten dan provinsi saat ini sebelumnya berbentuk keresidenan (regentschappen) Belanda yang dipimpin seorang residen. Contohnya adalah keresidenan Aceh, Sumatera Timur, Tapanuli, Banten, Cirebon, Bogor dan banyak lagi lainnya.
Nah, karena teknologi pemetaan visual belum ada jadi cara untuk mengetahui dan menandai batas wilayah administrasi setiap keresidenan adalah dengan membuat triangle pada puncak gunung. Triangle dibangun pada 3 puncak gunung atau bukit terjauh batas wilayah administrasi keresidenan yang membentuk segitiga. Sehingga wilayah yang masuk dalam segitiga puncak gunung tersebut adalah wilayah satu keresidenan begitu juga dengan keresidenan lainnya. Setiap triangle akan diberi kode wilayah administrasi keresidenan sehingga diketahui luas dan data keresidenan tersebut.
Konon, administrasi batas keresidenan ini juga yang dipakai pemerintahan Indonesia awal untuk membedakan wilayah setiap provinsi.
Banyak juga isu yang beredar kalau pilar ini dipakai Belanda untuk menyimpan harta dibawahnya atau senjata sehingga banyak yang rela menggali nya dan tidak menemukan apa-apa yang sebenarnya memang bukan itu tujuan pembuatannya.

Karena pilar ini memang dibuat untuk menandai segitiga wilayah administrasi keresidenan itu sebabnta kita tidak menemukannya pada setiap puncak gunung dan bukan pula pada gunung yang tertinggi saja, pada bukit yang rendah pun kita dapat menemukannya tergantung dia sebagai tapal batas atau tidak.

Pilar atau triangle ini adalah bukti perkembangan ilmu administrasi dan geografi wilayah dari masa penjajahan serta penanda kita di puncak gunung