Selamat hari raya Idul Fitri. Mohon maaf lahir batin
Berbekal megapon, petugas pengaman Stasiun Tanahabang Jakarta berteriak-teriak mengarahkan penumpang agar mau menggunakan tangga--selain eskalator--untuk mencapai pintu keluar.

Hari ini Stasiun Tanahabang jauh lebih ramai ketimbang hari biasa. Kalau semua orang bersikeras memakai eskalator itu, pasti akan terjadi penumpukan yang padat di jembatan penyeberangan antar peron itu.

Beruntung arahan si petugas pengaman itu dituruti banyak orang. Arus penumpang yang menuju pintu keluar stasiun terbagi menjadi dua. Meskipun padat, para penumpang bisa bergerak menuju pintu keluar.

Sekira dua ratus meter dari stasiun itu, di persimpangan menuju Jalan Jati Baru, beberapa sepeda motor terparkir di pinggir jalan. Orang-orang, tua dan muda, berkerumun. Dua polisi lalulintas berada di antara mereka dengan wajah penuh senyum.

Ada razia?

"Bukan. Ada bagi-bagi sembako"

Dari siapa?

"Katanya sih Presiden Jokowi."

Lelaki berhelm hijau tersenyum sumringah sambil menggendong bungkusan berwarna hitam. Sementara seorang perempuan, dengan beberapa uban di kepalanya, bersungut-sungut.

"Saya mah nggak kebagian," katanya.

Kerumunan itu tidak cepat cair meski sudah tidak ada lagi pembagian bingkisan di pinggir jalan.

Hari ini memang terasa tidak seperti biasa.

Kantor kami pun terdengar lebih ramai ketimbang hari lain. Padahal beberapa meja kerja sudah kosong ditinggal penghuninya yang mudik ke kampung halamannya masing-masing.

Sesekali terdengar pekikan riang bocah-bocah kecil. Sesekali beberapa bocah lain berlarian, berkejaran. Dengan bocah-bocah yang beraut ceria, kantor terasa lebih bergembira.

Ya, beberapa di antara kami hari ini membawa anak-anaknya ke kantor. Maklum saja, pada hari-hari menjelang lebaran seperti ini pengasuh anak dan asisten rumahtangga mendapatkan liburan pulang kampung.

Bagi kita, masyarakat Indonesia, Lebaran yang jatuh pada 1 Syawal bukan cuma penanda bahwa kaum muslim baru saja melewati salah satu ibadah penting sepanjang bulan Ramadan. Lebaran, bagi masyarakat kita, menjadi momentum untuk melangsungkan sejumlah tradisi dalam budaya kita. Pulang kampung adalah salah satunya.

Membeli pakaian baru dan menyiapkan hidangan yang lebih baik dari hari-hari biasa juga merupakan tradisi lain berlebaran dalam masyarakat kita. Tolong, jangan lihat itu sebagai perilaku konsumtif yang tak berguna.

Tidak semua orang beruntung bisa membeli pakaian baru setiap tiga bulan. Juga tidak semua orang sanggup merayakan hidupnya dengan menyantap hidangan istimewa sekali dalam sebulan. Jadi, biarkanlah kita merayakan lebaran lebih istimewa dari hari biasa.

Dan tradisi yang paling penting dalam momen Lebaran adalah saling memaafkan. Ya, benar, kita bisa saling memaafkan kapanpun. Tapi, kalau bukan lebaran, apakah yang bisa membuat kita serentak ingat untuk saling meminta dan memberi maaf? Tidakkah momen saling memaafkan secara serentak dan bersama itu sungguh indah dan menyejukkan?

Kami pun tidak ingin melewatkan momen ini untuk meminta maaf kepada Anda semua, para pembaca dan penikmat sajian informasi Beritagar.id. Kami meminta keikhlasan Anda untuk memaafkan jika ada kekhilafan kami selama bekerja menyajikan informasi--informasi kepada Anda; dan jika ada sajian informasi kami yang tidak berkenan di hati Anda.

Lebaran sebentar lagi.

Selama Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1438 Hijriyah. Mohon maaf lahir dan batin.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/editori...mat-idul-fitri

---

Baca juga dari kategori EDITORIAL :

- Merampas kesempatan si miskin untuk bersekolah

- Bahaya politikus mencampuri proses hukum

- Mewujudkan zero accident