Spoiler for foto bukunya:
![[HSI] 'Kenakalan Remaja' yang wajib dibaca saat masih sekolah](https://s.kaskus.id/images/2017/06/03/1712458_20170603081619.jpg)
diambil dari foto pribadi yang sudah di-upload ke instagram andrigx
Quote:
Judul: Catcher in The Rye
Tanggal terbit: July 16, 1951
Pengarang: J. D. Salinger
Jumlah Halaman: 214
Penerbit: Little, Brown and Company
Harga: 124.000 rupiah (kinokuniya)
Karakter: Holden Caulfield, Stradlater, Mr. Antolini
Genre: Literary realism, Coming-of-Age Fiction
ISBN: 9780316769174
Tanggal terbit: July 16, 1951
Pengarang: J. D. Salinger
Jumlah Halaman: 214
Penerbit: Little, Brown and Company
Harga: 124.000 rupiah (kinokuniya)
Karakter: Holden Caulfield, Stradlater, Mr. Antolini
Genre: Literary realism, Coming-of-Age Fiction
ISBN: 9780316769174
Spoiler for Quote Holden:
"In the first place, I'm sort of an atheist. I like Jesus and all, but I don't care too much for most of the other stuff in the Bible. Take the Disciples, for instance. They annoy the hell out of me, if you want to know the truth. They were all right after Jesus was dead and all, but while He was alive, they were about as much use to Him as a hole in the head. All they did was keep letting Him down. I like almost anybody in the Bible better than the Disciples. If you want to know the truth, the guy I like best in the Bible, next to Jesus, was that lunatic and all, that lived in the tombs and kept cutting himself with stones. I like him ten times as much as the Disciples, that poor bastard."
Quote:
Novel fiksi dengan plot sederhana, ketika Caufield Holden ingin keluar dari rutinitasnya berada di sekolah dan ingin pulang ke rumah. Ia melakukan segala macam hal ilegal yang seharusnya belum bisa ia lakukan pada umurnya yang masih 15 tahun. Sesuai judul, buku ini wajib dibaca ketika kita masih berada di bangku sekolah atau kuliah karena akan lebih bisa mendapatkan rasa keterkaitan antara konflik yg dialami karakter protagonis (Caufield Holden) dalam cerita ini. Awal ketertarikan untuk membaca ini adalah karena saya selain suka dengan sastra klasik dan buku ini sering disebut-sebut sebagai buku yang harus wajib dibaca sebelum meninggal, saya tertarik karena pembunuh dari John Lennon membaca buku ini sebelum ia berani untuk membunuhnya.
Isi dari konten buku ini penuh dengan kata-kata kasar di sepanjang cerita, sesuai dengan temanya, kenakalan remaja. Tapi, saya tetap merekomendasikan untuk menyemangati pelajar Indonesia untuk membaca buku ini, karena ini bukan hanya sekadar kenakalan remaja seperti ngerjain guru, merokok, atau bolos sekolah biasa. Perspektif dan pola pikir dari protagonis sungguh membuka pikiran para remaja dan pandangan kita terhadap dunia ini. Karena mempunyai pemikiran yang berbeda dan dapat melihat jauh lebih baik dari orang-orang lain inilah membuat ia berkesimpulan bahwa semua orang di sekitarnya munafik dan hanya mengikuti apa yang society inginkan.
Mari kita ambil contoh quote yang sudah saya tulis di atas, itu adalah momen ketika ia membicarakan tentang alkitab dan Yesus. Sebagai remaja terkadang kita hanya meng-iya-kan atau menerima tanpa menyaring informasi secara kritis. Sebagai kristen, saya sendiri merasa apa yang dikatakan protagonis tersebut bisa 'relate' dengan hidup saya, di mana kristenitas hanya dijadikan simbol tapi umatnya tidak mengikuti kehendak Yesus sehingga seperti tindakan Yesus mati di kayu salib itu sia-sia.
Suasana dari buku ini penuh dengan depresi dan penuh dengan hal negatif lainnya. Akan tetapi, dari hal itu, kita bisa melihat berbagai hal dari sisi lain yang orang banyak dalam realita ini tidak ingin atau tabu untuk membahasnya, buku ini sukses dan berani dalam hal itu, apalagi dibahas dalam masa remaja, di mana transisi karakter manusia seseorang menjadi penentu menjadi orang dewasa seperti apa mereka nantinya. Banyak pesan moral yang bisa saya ambil, seperti ia tetap rajin membaca buku literatur walaupun mungkin orang sekitar menganggap ia ini tidak memiliki masa depan secara akademis (di mana ada stereotipe, anak nakal atau bad person tidak mungkin suka baca buku), di mana di masa sekarang orang-orang lebih melihat nilai akademis daripada nilai eksternal (nilai-nilai dari buku literatur) yang lebih berpengaruh besar dalam mempengaruhi pola pikir kita dalam menjalani hidup ini.
Secara menyeluruh, buku ini menceritakan bahwa protagonis muak dengan kenyataan bahwa ia akan menjadi 'dewasa' karena ia melihat menjadi orang dewasa itu sungguh menyakitkan dan tidak enak. Ia tidak ingin menjadi dewasa dan memiliki tujuan untuk menyelamatkan anak kecil yang polos dari jatuh, jatuh ke dalam 'kedewasaan' (inilah maksud dari catcher in the rye). Kita akan bisa melihat kenyataan realita hidup yang patut dipertanyakan pada masa remaja agar ketika kita menjadi dewasa, kita tidak menjalani hidup yang hipokrit atau tanpa arti. Walaupun buku ini terbit pada tahun 1950an, konten dari buku ini masih amat sangat bisa kita hubungkan dengan keadaan di tahun sekarang (2017).
Buku ini wajib dibaca untuk SEMUA anak-anak yang masih sekolah dan orang-orang yang mulai merasa hidupnya sudah begini-begini aja serta orang-orang yang SIAP untuk menerima kenyataan hidup yang PAHIT. Secara subjektif penilaian saya 5/5. Saya yakin orang yang memberikan rating rendah ke buku ini adalah orang-orang yang tidak bisa membuka pikirannya atau sudah 'jatuh' ke dalam kedewasaan seperti yang dijelaskan dalam buku ini.
Isi dari konten buku ini penuh dengan kata-kata kasar di sepanjang cerita, sesuai dengan temanya, kenakalan remaja. Tapi, saya tetap merekomendasikan untuk menyemangati pelajar Indonesia untuk membaca buku ini, karena ini bukan hanya sekadar kenakalan remaja seperti ngerjain guru, merokok, atau bolos sekolah biasa. Perspektif dan pola pikir dari protagonis sungguh membuka pikiran para remaja dan pandangan kita terhadap dunia ini. Karena mempunyai pemikiran yang berbeda dan dapat melihat jauh lebih baik dari orang-orang lain inilah membuat ia berkesimpulan bahwa semua orang di sekitarnya munafik dan hanya mengikuti apa yang society inginkan.
Mari kita ambil contoh quote yang sudah saya tulis di atas, itu adalah momen ketika ia membicarakan tentang alkitab dan Yesus. Sebagai remaja terkadang kita hanya meng-iya-kan atau menerima tanpa menyaring informasi secara kritis. Sebagai kristen, saya sendiri merasa apa yang dikatakan protagonis tersebut bisa 'relate' dengan hidup saya, di mana kristenitas hanya dijadikan simbol tapi umatnya tidak mengikuti kehendak Yesus sehingga seperti tindakan Yesus mati di kayu salib itu sia-sia.
Suasana dari buku ini penuh dengan depresi dan penuh dengan hal negatif lainnya. Akan tetapi, dari hal itu, kita bisa melihat berbagai hal dari sisi lain yang orang banyak dalam realita ini tidak ingin atau tabu untuk membahasnya, buku ini sukses dan berani dalam hal itu, apalagi dibahas dalam masa remaja, di mana transisi karakter manusia seseorang menjadi penentu menjadi orang dewasa seperti apa mereka nantinya. Banyak pesan moral yang bisa saya ambil, seperti ia tetap rajin membaca buku literatur walaupun mungkin orang sekitar menganggap ia ini tidak memiliki masa depan secara akademis (di mana ada stereotipe, anak nakal atau bad person tidak mungkin suka baca buku), di mana di masa sekarang orang-orang lebih melihat nilai akademis daripada nilai eksternal (nilai-nilai dari buku literatur) yang lebih berpengaruh besar dalam mempengaruhi pola pikir kita dalam menjalani hidup ini.
Secara menyeluruh, buku ini menceritakan bahwa protagonis muak dengan kenyataan bahwa ia akan menjadi 'dewasa' karena ia melihat menjadi orang dewasa itu sungguh menyakitkan dan tidak enak. Ia tidak ingin menjadi dewasa dan memiliki tujuan untuk menyelamatkan anak kecil yang polos dari jatuh, jatuh ke dalam 'kedewasaan' (inilah maksud dari catcher in the rye). Kita akan bisa melihat kenyataan realita hidup yang patut dipertanyakan pada masa remaja agar ketika kita menjadi dewasa, kita tidak menjalani hidup yang hipokrit atau tanpa arti. Walaupun buku ini terbit pada tahun 1950an, konten dari buku ini masih amat sangat bisa kita hubungkan dengan keadaan di tahun sekarang (2017).
Buku ini wajib dibaca untuk SEMUA anak-anak yang masih sekolah dan orang-orang yang mulai merasa hidupnya sudah begini-begini aja serta orang-orang yang SIAP untuk menerima kenyataan hidup yang PAHIT. Secara subjektif penilaian saya 5/5. Saya yakin orang yang memberikan rating rendah ke buku ini adalah orang-orang yang tidak bisa membuka pikirannya atau sudah 'jatuh' ke dalam kedewasaan seperti yang dijelaskan dalam buku ini.