- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ketua MPR: Pancasila Bukan Hanya Nilai, Tapi Perilaku Sehari-hari


TS
mbia
Ketua MPR: Pancasila Bukan Hanya Nilai, Tapi Perilaku Sehari-hari
Jakarta - Selama 19 tahun reformasi bangsa Indonesia merasakan mulai memudarnya nilai-nilai luhur ke-Indonesiaan. Oleh sebab itu diperlukan upaya sungguh-sungguh menjadikan Pancasila sebagai implementasi dan sistem tindakan sehari-hari.
"Pancasila tidak boleh berhenti menjadi nilai filosofis. Lebih jauh dari itu, Pancasila harus menjadi perilaku sehari-hari manusia Indonesia," kata Ketua MPR Zulkifli Hasan dalam Konferensi Nasional Etika Kehidupan Berbangsa, di Gedung Nusantara IV, MPR, Senayan, Jakarta, Rabu (31/5/2017).
Zulkifli menyampaikan, banyak kemajuan diraih, tapi kemiskinan masih tinggi, kesenjangan semakin lebar dan pengangguran masih banyak.
"Apa yang terjadi tentu bukan kesalahan Pancasila. Masalahnya yakni ketidakmampuan dan ketidakmauan kita menjadikan Pancasila sebagai perilaku," ujarnya.
Diungkapkan Zulkifli, sistem etika dan tindakan ini yang menjadi tantangan dalam implementasi Pancasila.
"Sistem etika merupakan seperangkat nilai menyeluruh. Tantangan kita hari ini menjadikan Pancasila mengintegrasikan sistem etika dan tindakan dalam Pancasila," ujarnya.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin mengatakan kondisi nasional bangsa ini ada yang mengatakan sedang gonjang-ganjing atau carut marut.
Menurut Din, hal demikian bisa terjadi karena disebabkan oleh tiga hal, pertama, kealfaan kita dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila. Kealfaan tersebut karena masyarakat ada yang terjebak pada romantisme Pancasila sehingga dari sikap yang demikian ada yang menuduh kelompok lain sebagai kelompok anti-Pancasila.
Kedua, ada masyarakat yang trauma kepada Pancasila. Kelompok ini merasakan bagaimana penerapan Pancasila pada masa lampau yang tak pernah muncul dalam kehidupan bahkan Pancasila diselewengkan pada masa itu. Ketiga, ada yang kritis terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka di satu sisi, di sisi yang lain munculnya adanya anggapan ada ideologi lain sebagai ideologi yang lebih baik.
Ketiga hal tadi, menurut Din, diperburuk oleh kegagalan pemerintah dalam menerapkan Pancasila sehingga sistem kita dirasuki oleh nilai-nilai lain. "Untuk itu konferensi etika ini sangat penting," ujarnya.
Untuk itu Pancasila menurut Din harus diaktualkan. Menurut Din dalam menjalankan Pancasila bisa dilakukan dengan pendekatan agama. "Karena dalam Pancasila ada sila 1," ujarnya.
Untuk itu ditegaskan oleh Din tak boleh memisahkan agama dengan negara. Agama bagi Din tak boleh dijadikan sasaran pembangunan tetapi harus menjadi sarana pembangunan.
Dalam kesempatan itu Din mengusulkan, pertama, bangsa ini harus menekankan pendidikan. Pendidikan yang diarahkan pada nilai.
"Ini yang belum kita lakukan," ujarnya.
Kedua, menurut Din, kita harus ada kemauan dan kemampuan mensenyawakan Pancasila dalam setiap tataran pembangunan. Ketiga, adanya keteladanan. Menurutnya, bila tak dilakukan hal yang demikian maka Pancasila hanya akan diseminarkan dan diseremonialkan.
Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Jimly Asshiddiqie mengapresiasi pelaksanaan konferensi ini. Acara tersebut menurutnya menjadi penting, apalagi jika dikaitkan dengan Ketetapan MPR NO VI/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Ini menunjukkan adanya itikad bersama untuk membenahi persoalan etika. Bahkan menjadikan fungsi etika tidak hanya di atas kertas, tapi ditegakkan melalui infrastruktur resmi. Karena sesungguhnya hukum hanya bisa tegak jika etika berfungsi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
https://m.detik.com/news/berita/d-3517052/ketua-mpr-pancasila-bukan-hanya-nilai-tapi-perilaku-sehari-hari
Kalo suka mabok, belajar aja males termasuk saya pancasila ga..
0
961
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan