- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Misteri Indahnya Danau Maninjau


TS
c4punk1950...
Misteri Indahnya Danau Maninjau

Quote:

Secara administratif, Danau Maninjau merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Danau Maninjau bisa didatangi dari arah Kota Padang maupun Lubuk Basung.
Tapi perjalananmu pasti akan lebih menarik kalo kamu mendatangi Danau Maninjau dari arah Bukittinggi, karena di jalur ini kamu akan disuguhi pemandangan yang sangat menakjubkan di sepanjang jalan yang berkelok-kelok atau yang populer disebut Kelok 44. Danau Maninjau ada di ketinggian 461,5 meter dari permukaan laut sehingga udara di sekelilingnya cukup sejuk dan menyegarkan.

Suasana di sekitar Danau Maninjau yang masih alami dan rapat dengan aneka pepohonan cocok buat kamu yang pengen menyepi mencari ketenangan atau ketenangan batin. Di Danau Maninjau yang damai inilah salah satu sastrawan ternama Indonesia, Buya Hamka, lahir dan dibesarkan. Dan keindahan Danau Maninjau menjadi inspirasi bagi novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wick yang membesarkan namanya hingga saat ini.
Quote:

Danau Maninjau adalah sebuah kaldera dari letusan besar gunung berapi yang menghamburkan kurang lebih 220-250 km3 material piroklastik. Danau ini tercatat sebagai danau terluas ke 11 di Indonesia dan merupakan danau terluas kedua setelah Danau Singkarak di Sumatera Barat. Danau Maninjau memiliki aliran sungai bernama Batang Sri Antokan di sebelah barat laut danau.
Sungai ini dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik oleh PLTA Maninjau.
Danau Maninjau memiliki pemandangan yang sangat indah serta dikelilingi oleh hamparan pegunungan atau perbukitan. Disekelilingnya juga terdapat hutan-hutan pinus, membuat tampilannya semakin hijau dan asri. Selain itu udaranya juga sangat sejuk dan suasananya sangat tenang, membuat siapapun pasti betah berlama-lama di sini. Di sekitar danau ini juga terdapat keramba yang digunakan sebagai budidaya ikan air tawar seperti Nila, Patin dan Kerapu. Untuk Anda yang hobby memancing, Anda juga dapat menyalurkan hobby memancing Anda di Danau Maninjau ini.
Masyarakat sekitar percaya bahwa Danau Maninjau terbentuk ratusan tahun silam akibat letusan sebuah gunung berapi yang bernama Gunung Sitinjau. Menurut mereka bukit-bukit yang mengelilingi danau seluas 100 meter persegi itu membuat Danau Maninjau bagaikan sebuah cekungan di puncak sebuah gunung. Lha kalo kawahnya aja segede ini, pasti gunungnya besar banget! Tapi sayangnya belum ada penelitian yang dilakukan buat membuktikan kebenaran cerita ini.
Quote:
Misteri Cerita Rakyat Maninjau

Menurut orang-orang tua setempat, dulu banget sebelum Danau Maninjau terbentuk ada sepuluh orang bersaudara yang sudah ditinggal mati orangtuanya yang tinggal di kawasan itu. Si sulung bernama Kukuban, sedangkan si bungsu adalah seorang perempuan cantik bernama Sani. Kukuban dan adik-adik laki-lakinya dijuluki Bujang Sembilan oleh masyarakat setempat.
Bujang Sembilan punya seorang paman yang baik hati bernama Datuk Limbatang dan ia punya seorang anak lelaki yang ganteng bernama Giran. Karena sering ketemuan, Sani dan Giran akhirnya jatuh hati. Datuk Limbatang juga tak keberatan dengan hubungan mereka dan ia malah ingin menikahkan kedua sejoli ini.

Namun, si sulung Kukuban nggak setuju karena ia pernah dikalahkan Giran dalam pertandingan pencak silat dan merasa benci kepadanya. Suatu hari Giran dan Sani bertemu secara diam-diam karena Sani tak ingin membuat kakaknya tersinggung. Tapi Kukuban menguntit Sani dari belakang dan menuduh mereka telah melakukan perbuatan tak senonoh. Para warga pun percaya akan hasutan Kukuban dan mereka mengarak Giran dan Sani untuk dilemparkan ke kawah panas Gunung Sitinjau sebagai hukuman.
Sebelum dilemparkan ke kawah, Giran mengucap sumpah, “Ya Allah, biarkan tubuh kami hancur jika kami bersalah. Tapi kalo kami tak bersalah, ubahlah Bujang Sembilan menjadi ikan!”
Benar saja , sesudah pasangan kekasih ini melompat ke dalam kawah, Gunung Sitinjau pun meletus dengan hebatnya dan laharnya menghancurkan apapun yang dilewatinya.
Bekas letusan Gunung Sitinjau berubah menjadi Danau Maninjau dan di sanalah Bujang Sembilan hidup sebagai sembilan ekor ikan.
Quote:
Misteri Terowongan antara Danau Singkarak dan Maninjau

Keberadaan terowongan antara Danau Singkarak dan Danau Maninjau dari dahulu sampai sekarang sudah menjadi cerita turun-temurun di kalangan penduduk Danau Singkarak dan Danau Maninjau. Sampai saat ini belum ada pembuktian ilmiah terhadap cerita tersebut.
Keberadaan terowongan ini masih menjadi misteri sampai sekarang terutama karena belum ada pembuktian secara ilmiah. Namun demikian tetap ada kemungkinan bahwa terowongan tersebut memang ada. Alasan yang pertama adalah karena cerita mengenai keberadaan terowongan tersebut sepertinya bukan cerita dongeng atau kaba yang biasanya ada maksud untuk pendidikan budi pekerti di dalamnya seperti cerita Malin Kundang anak durhaka, Legenda Batu Menangis, Legenda Bujang Sambilan dan lain-lain. Cerita mengenai keberadaan terowongan tersebut hanya diceritakan bahwa ada terowongan antara Danau Singkarak dan Danau Maninjau tanpa ada cerita lain yang mengiringinya. Jadi menurut dugaan penulis, kemungkinan di masa lalu memang ada orang yang tersedot masuk ke terowongan di Danau Singkarak tersebut dan kemudian muncul di Danau Maninjau. Atau orang tersebut memang tersedot oleh pusaran air dan kemudian muncul di bagian lain di Danau Singkarak dengan selamat.
Supaya dianggap hebat atau sakti maka ada kemungkinan orang tersebut melebih-lebihkan cerita untuk mendramatisir suasana seperti yang biasanya dilakukan tukang kaba (pencerita).

Jika kita hubungkan cerita terowongan Singkarak-Maninjau dengan cerita terowongan Keraton Jogjakarta - Laut Selatan, maka mungkin keduanya memiliki korelasi secara mistis.
Kemudian jika kita hubungkan keberadaan Prasasti Tangga Batu Basurek di Sumpur Kudus yang tenggelam ke dasar Danau Singkarak dan adanya pusaran air di sekitarnya, ada kemungkinan maka pintu masuk terowongan tersebut dari Tangga Batu Basurek tersebut.
Secara logika ilmiah, maka keberadaan terowongan, atau sungai bawah tanah tersebut dimungkinkan. Contoh paling nyata adalah keberadaan sungai-sungai bawah tanah yang terdapat di Gunung Kidul Yogyakarta. Gunung Kidul merupakan daerah yang tandus dan sulit untuk ditanami tanaman produksi karena tanahnya berkarang-karang yang merupakan dasar laut yang terangkat ke daratan jutaan tahun yang lalu. Namun meskipun tandus, dibawah bukit-bukitnya terdapat sungai-sungai bawah tanah yang mengalirkan air ke Laut Selatan. Salah satu sungai tersebut kemudian dimanfaatkan untuk sumber air minum.
Fakta lain yang mendukung adalah bahwa ada kemungkinan terowongan tersebut terbentuk karena proses tektonik pada Patahan Semangko karena Danau Singkarak dan Danau Maninjau berada pada jalur yang sama, meskipun terdapat fakta bahwa terbentuknya Danau Singkarak karena peristiwa tektonik yaitu karena pergeseran atas patahan sehingga membentuk lubang yang dalam (lebih dari 200m) sedangkan Danau Maninjau terbentuk dari peristiwa vulkanik yang merupakan kaldera dari Gunung Tinjau.
Untuk membuktikannya secara kasar dapat kita coba dengan menghitung debit air yang masuk ke Danau Singkarak dan debit keluarnya. Air Danau Singkarak dipasok oleh dua sungai besar yaitu Batang Sumani dan Batang Sumpu. Sedangkan air keluar hanya melalui sungai Batang Ombilin dan PLTA Singkarak dan mungkin perlu juga dipertimbangkan faktor penguapan. Jika terdapat selisih debit air masuk dan keluar maka dapat kita pastikan bahwa terdapat indikasi bahwa terowongan memang ada.
Namun demikian mengenai misteri ini perlu ahli untuk membuktikannya.
Quote:
Puncak Lawang Danau Maninjau

Puncak tertinggi di perbukitan Danau Maninjau dikenal dengan nama Puncak Lawang yang memiliki ketinggian sekitar 1210 mdpl. Di Puncak Lawang ini Anda juga dapat memacu adrenalin dengan bermain Parasailing, Paralayang atau Paragliding sambil menikmati view Danau Maninjau dan perbukitan di sekitarnya.
Berbagai event-event Paralayang bertaraf Internasional juga sudah diadakan di sini oleh Pemerintah Kabupaten Agam, karena termasuk lokasi Paralayang terbaik di Asia Tenggara. Puncak Lawang sendiri adalah salah satu view point terbaik untuk menikmati panorama keindahan Danau Maninjau. Dari puncak ini, Anda juga dapat menyaksikan Samudera Hindia di sebelah Barat perbukitan Danau Maninjau.

CARA MENUJU KE PUNCAK LAWANG
Untuk akses menuju ke Puncak Lawang, ada 4 alternatif rute yang dapat Anda pilih :
Rute Pertama : Melalui Matua, dari Bukit Tinggi ke Simpang Tiga Matua belok kanan. Saat melalui jalur ini, Anda akan menjumpai Perkebunan Tebu Lawang.
Rute Kedua : Melalui Ambun Pagi, lokasinya sekitar 3 km dari Matua tepatnya di awal jalan Kelok 44. Saat melalui jalur ini, Anda akan menjumpai objek wisata Ambun Tanai. Di sini, Anda akan melalui puncak perbukitan Danau Maninjau dan sangat dekat dengan bibir jurangnya. Rute kedua ini adalah favorit wisatawan, karena Anda bisa lebih menikmati panorama Danau Maninjau.
Rute Ketiga adalah jalur alternatif yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki, yaitu dari Pasa Bayua sekitar 4 Km sebelah Utara Maninjau. Melalui rute ini, Anda dapat mencapai Puncak Lawang dengan waktu sekitar 1,5-2 jam. Jalan setapak yang mendaki dan berada dibawah rimbun nya pepohonan.
Rute Keempat juga merupakan jalur alternatif yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Anda bisa memulai perjalanan dari Pasa Akaik sekitar 8 Km sebelah utara Maninjau. Melalui jalur ini, Anda akan berjalan kaki diantara hamparan persawahan dan pohon-pohon yang rindang. Pemandangan yang berbeda pun akan Anda nikmati dari jalur ini. Lama waktu yang ditempuh sekitar 4-5 jam untuk bisa sampai ke Puncak Lawang.
Quote:
Kelok 44 Menambah daya tarik Maninjau

Kupejamkan kedua mataku, kala rasa pening mulai menjalar dari tengkuk hingga kepala, semakin lama semakin berat. Perut turut bergolak, isi lambung pun terasa seperti diaduk-aduk.
Beruntung aku bisa bertahan, sehingga isi perut tak sampai keluar. Beginilah yang saya rasakan saat bus yang membawa saya dan rombongan mulai melintasi jalan menurun berkelok-kelok. Mulai dari kelokan pertama hingga kelok kelok berikutnya.
Melintas jalur utama rute Bukittinggi – Maninjau, kita akan bertemu jalan menurun dengan banyak kelokan tajam. Jalan melingkar berkelok ini tepatnya berada di kabupaten Agam, Sumatera Barat. Jumlah keloknya tak hanya satu, melainkan empat puluh empat. Jalan ini dikenal dengan nama Kelok 44.
Sesuai namanya, pada masing-masing kelok/tikungan diberi nomor berurut 1-44. Jika Anda dari arah Bukittinggi, maka akan diajak belajar berhitung mundur dari angka terbanyak 44 sampai dengan angka 1.

Perjalanan menjadi semakin menarik saat bus berpapasan dengan kendaraan lain dari arah berlawanan tepat di tikungan. Tak hanya pusing, mual atau muntah saja tapi keringat sebesar biji jagung akan langsung mengucur karena merasakan ngeri. Di sisi jalan terlihat jurang menganga, siap menampung apa pun yang jatuh dari jalan raya.
Meski ngeri, rute ini selalu dipilih oleh para pelancong seperti saya, yang selalu penasaran dengan hal-hal yang menantang. Saya katakan menantang karena sepanjang 10 kilometer Anda akan menemukan tikungan sebanyak 44 yang semua kelokannya patah.

Melingkari lereng perbukitan dengan ketinggian mencapai lebih dari 1500 mdpl, pun jalan sempit hanya muat dua kendaraan saja. Berkendara di jalan ini sudah dipastikan akan sangat menantang dan memacu adrenalin.
Selain panorama alam Maninjau, di kelok tertentu anda juga dapat menyaksikan kera-kera jinak yang dilindungi bergerombol di pinggir jalan. Kera-kera tersebut biasanya menunggu orang-orang yang lewat menjatuhkan makanan untuk mereka. Ketika makanan tersebut sudah jatuh, maka kera-kera tersebut langsung berebutan untuk mengambil makanan itu.
Gerembolan kera tersebut merupakan objek wisata fauna yang memberikan nilai tambah kepada kelok 44.
Quote:
Rumah Buya Hamka disudut Danau Maninjau

Tak elok rasanya bila sudah membicarakan maninjau tidak membicarakan Buya Hamka.
Almarhum Buya HAMKA (Haji Abdul Malik bin Karim Amrullah) adalah seorang ulama terkemuka dan penulis roman terkenal . Karya Buya HAMKA yang banyak dibicarakan yaitu roman Tenggelamnya Kapal Van der Wijck dan Di Bawah Lindungan Ka’bah. Kalau tak salah judul buku terakhir itu sudah difilmkan juga. Kedua buku ini akhirnya kubeli lagi ( dulu bacanya cuma minjam di perpustakaan) di pkl di depan Istana Baso Pagaruyung, bukan membeli di toko depan rumah beliau. Kedua roman ini sukses membuat mata bengkak he..he…

Rumah kelahiran Buya HAMKA (sebetulnya ini rumah nenek beliau) kini dijadikan museum, yang dikelola oleh kerabatnya. Rumah ini tipikal rumah di Ranah Minang, rumah bagonjong terbuat dari kayu lengkap dengan hiasan motif tradisional. Di rumah ini hanya ada satu kamar tidur. Koleksi di museum ini buku-buku karya beliau, aneka penghargaan dan foto-foto. Foto Buya dengan penampilan khasnya seperti foto paling atas itu. Buya hanya tinggal sebentar di rumah ini, karena sejak kanak-kanak beliau merantau mencari ilmu meninggalkan kampung mengikuti ayahnya .
Rumah masa kecil Buya ini ada di tepi danau Maninjau, di Sungai Batang, Tanjung Raya, kabupaten Agam. Perjalanan menuju ke sana saja sudah memukau, melalui kelok 44 yang memunculkan sedikit demi sedikit keindahan danau mulai dari tempat yang tinggi dari arah kota Bukittinggi sampai tepat tiba di tepinya dan menyusuri pinggir danau. Di ujung kelok 44 kendaraan dibelokkan ke kiri ( ke kanan adalah jalan menuju kampungnya Alif “Man Jadda wa Jadda”).
Quote:
PLTA Maninjau

Di salah satu bagian danau yang merupakan hulu dari Batang Sri Antokan terdapat PLTA Maninjau.
PLTA Maninjau atau Pembangkit Listrik Tenaga Air Maninjau, merupakan salah satu pembangkit listrik bertenaga air, yang berada di kabupaten Agam, Sumatera Barat. PLTA ini menggunakan air Danau Maninjau sebagai sumber penggerak turbinnya, saluran masuk In-take dam PLTA ini berada di daerah Muko-muko.

PLTA Maninjau diresmikan penggunaannya oleh presiden Suharto pada tanggal 28 Desember 1983,dengan kapasitas terpasang 4 x 17 megawatt (68 MW)' kemampuan normalnya 50 MW dan kini hanya menghasilkan 30 MW. Hal ini disebabkan terbatasnya debit air danau.
Pada 30 September 2009, PLTA Maninjau mengalami gangguan dan lepas dari sistem akibat gempa bumi yang berkekuatan 7,6 skala Richter
PLTA Maninjau Terletak di Agam, PLTA Maninjau Tanjung Raya Bisa dibilang Sebuah Taman , PLTA Maninjau Maninjau Beralamat di Danau Maninjau, Jalan Raya Maninjau – Lubuk Basung KM 12 , terdapat pula taman agam.
Biasanya jadi tempat nongkrong kalau sore muda mudi disana.
Quote:
Masjid Raya Bayur Tempat Mbahnya TS

Karena TS mbahnya berada di atas masjid raya bayur maka TS perkenalkan masjid tertua di Danau Maninjau.
TS masuk suku Tanjung cuma karena ibu TS dari bumi sriwijaya suku untuk TS ilang, lagipula TS berkelana di buminya Mataram. Sampai terdampar di bumi Padjajaran karena TS lahir juga di bumi sangkuriang ini.😗
Kembali lagi ke Masjid tertua di Maninjau Masjid Raya Bayur.
Masjid Raya Bayur merupakan salah satu masjid tua dan terbesar di sekitar Danau Maninjau. Dilihat dari bangunannya, tentunya kalian akan ragu dan bertanya-tanya “Benarkah masjid ini merupakan masjid tua?”
Entah kapan pertama kali masjid ini dibangun. Melihat kondisi bangunan dan lingkungan masjid yang kurang tertata dengan baik, baru pada awal tahun 2000 dilakukan renovasi secara menyeluruh sehingga bangunan masjid terbentuk indah dan megah seperti yang dapat kita lihat sekarang ini.

Tak seperti masjid-masjid pada umumnya, Masjid Raya Bayur memiliki keunikan dengan perpaduan gaya arsitektur gonjong rumah gadang khas Minangkabau dan pagoda Thailand. Ciri khas tersebut dapat kita lihat pada empat sudut atap yang berbentuk seperti menara pada bangunan utama masjid.
Pada bagian depan masjid, kita dapat melihat kolam ikan dan air mancur yang memancar diiringi suara gemericik yang menenangkan. Disamping masjid juga terdapat komplek makam kecil. Berdasarkan tulisan salah satu blog, makam tersebut merupakan makam dari Syaikh Salim, beliau adalah salah satu ulama yang menjadi pendiri Masjid Raya Bayur bersama dengan tokoh agama dan masyarakat Bayur pada tahun 1902.

Cukup mudah untuk menemukan letak Masjid Raya Bayur berada karena lokasinya yang berada tepat di tepi jalan raya penghubung Kota Lubuk Basung (ibukota Kabupaten Agam) dengan Kota Bukittinggi. Secara administratif, Masjid Raya Bayur masuk dalam wilayah Nagari Bayur, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Sempet hopeless juga saat menuju Masjid Raya Bayur dengan berjalan kaki dari Masjid Raya Maninjau yang berada persis di tepian Danau Maninjau. Kalau dari GoogleMaps sih jaraknya cuma 3,3 km tapi dengan berjalan kaki butuh waktu kurang lebih sekitar 1 jam untuk sampai ke masjid tersebut.
Quote:
Bonus Baju adat Gadih Ranah Minang






Bikin Iri para Jomblo

Diubah oleh c4punk1950... 28-05-2017 09:40


nona212 memberi reputasi
1
7.9K
Kutip
39
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan