Kaskus

News

gatra.comAvatar border
TS
gatra.com
PLTP Sarulla: Raksasa Geothermal di Tapanuli Utara
PLTP Sarulla: Raksasa Geothermal di Tapanuli Utara

Tapanuli Utara, Gatranews - Menaiki sebuah bukit, pembangunan kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla terlihat dengan jelas. "Lihat, nanti kalau dua unit ini sudah jadi, akan terlihat seperti cermin," ucap Donny F.D. Tambunan, Constructions Superintendent di Sarulla Operations Limited (Konsorsium pengelola PLTP Sarulla) kepada Gatra awal Mei 2017 lalu.

 
Kedua unit tersebut memang dibangun dengan desain yang identik dan saling berhadapan. Dilihat dari atas bukit, keduanya seperti terpisah oleh sebuah cermin. Unit PLTP Sarulla NIL1n dan NIL2n itu sedang dikebut pengerjaannya untuk bisa membantu meningkatkan pasokan listrik dari tenaga panas bumi untuk Perusahaan Listrik Negara (PLN).
 
"NIL1n ini sudah 80% (progress pembangunannya), tahun ini sudah bisa beroperasi," katanya.
 
NIL1n dan NIL2n akan menambah pasokan listrik sebesar 2x110 Mw. Jika ditambahkan dengan Unit SIL (yang sudah beroperasi akhir tahun 2016) total pasokan listrik yang didapat dari PLTP Sarulla jumlahnya mencapai 3x110 Mw.
 
Kalau semua sudah beroperasi, PLTP Sarulla merupakan yang terbesar dan paling efisien dari seluruh PLTP di Indonesia. Dan pada pengembangannya, unit ini terus didorong untuk menempati daftar PLTP terbesar di dunia.
 
 
PLTP Sarulla terletak di Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. PLTP ini terbagi menjadi satu unit proyek PLTP di desa Silangkitang, Kecamatan Pahae Jae (SIL) dan dua unit proyek PLTP di desa Namora I Langit, Kecamatan Pahae Julu (NIL1n dan NIL2n).
 
Sejauh ini, yang beroperasi barulah proyek PLTP SIL yang sejak bulan Desember 2016 sudah dalam status COD (Commercial Operation Date). Sementara dua unit lainnya sedang dalam proses pembangunan, "NIL1n targetnya beroperasi tahun ini, NIL2n ditargetkan untuk tahun depan," jelas Donny.
 

PLTP Sarulla (GATRA/Ardi Widi Yansah/AK9)

Proyek ini jalan dengan menggunakan skema Joint Operation Agreement (JOA) antara PT Pertamina Geothermal Energy dengan konsorsium Sarula Operators Ltd (SOL) yang terdiri dari PT Medco Power Indonesia, Itochu Corporation, Kyushu Electric Power Co, Inc dan Ormat Internasional.
 
Butuh waktu yang tidak sebentar sebelum akhirnya kawasan ini bisa memasok listrik bagi Sumatera Utara. Setelah dirintis selama 24 tahun,  proyek PLTP tersebut baru bisa terwujud.
 
Donny bercerita bahwa proyek ini "dimulai" pada 27 Februari 1993 ketika Unocal North Sumatra Geothermal (UNSG) menandatangani kerjasama JOC (Joint Operation contract) dengan Pertamina dan ESC (Energy Sales Contract) dengan PLN.
 
Dari tahun 1993 hingga 1997, Unocal melakukan eksplorasi dan pengeboran di Silangkitang, Namora I Langit, dan Sibual Buali. Krisis ekonomi 1998 yang menimpa Indonesia membuat proyek ini terhenti.
 
Tahun 2004, proyek ini kembali dirintis. Dibuat lelang tender ulang, hingga akhirnya pada 2007 dibuat amandemen ESC dan JOC. "Unocal juga tidak terus di Indonesia, sahamnya dijual ke chevron dan lain-lain. Tahun 2007 akhirnya kita yang operate," papar Donny. Saat itu, disepakati tarif penjualan listrik kepada PLN sebesar US¢ 4.642/kWh.
 
Lalu, pada tahun 2011 tarif baru disetujui oleh Kementerian ESDM sebesar US¢ 6.79/kWh. Pada 2013, amandemen ESC dan JOC ditandatangani. Tanggal 28 Maret 2014 perjanjian pendanaan ditandatangani dengan Asian Development Bank (ADB), Japan Bank for International Cooperation, dan Commercial Bank.
 
Pendanaan yang masuk sebesar US$ 1,17 miliar untuk tenor  20 tahun. Terdiri dari Japan Bank for International Cooperation sebesar US$ 492 juta, Asian Development Bank sebesar US$ 250 juta, ADB -administered concessional lending- sebesar US$100 juta, (terdiri dari Clean Technology Fund US$ 80 juta juga dan Canadian Climate Fund for Private Sector in Asia US$ 20 juta), lalu Commercial banks (backed by JBIC extended political risk guarantee) sebesar US$ 328 juta.
 
Pada 23 Mei 2014, Proyek pembangunan PLTP dimulai dan pada bulan Desember 2016 akhirnya satu unit di Silangkitang sudah masuk tahap COD (Commercial Operation Date). Periode kontrak PLTP ini adalah 30 tahun setelah NIL2n masuk tahap COD.
 
Jika sesuai target, NIL2n akan COD pada tahun 2018. Maka kontraknya akan berakhir pada tahun 2048. Hingga saat ini, produksi listrik ditransmisikan langsung ke Gardu Induk Padang Sidampuan.
 

PLTP Sarulla (GATRA/Ardi Widi Yansah/AK9)

Memanfaatkan Sisa Air dan Uap
Kapasitas produksi yang masuk jajaran terbesar di dunia itu bisa ditorehkan Sarulla tidak lepas dari Power Plant Technology yang digunakan di PLTP ini. Teknologi Integrated Geothermal Combined Cycle Units (IGCCU) ini merupakan yang pertama diterapkan PLTP di Indonesia.
Di negara lain, IGCCU sudah diterapkan di New Zealand, USA, Jepang, Filipina, dan Turki.
Rodel M. Briones, Site Constructions Manager di Sarulla Operations Limited, menjelaskan kepada Gatra, secara umum teknologi ini memanfaatkan geotermal steam (uap) dan brine (air) untuk menghasilkan listrik.
Dalam satu unit PLTP digunakan tujuh unit generator. Tujuh unit generator tersebut dibagi dalam tiga bagian: 1 unit di Steam Generator, 4 unit di Bottoming, dan 2 unit di Brine OEC.
Secara sederhana, warga negara Filipina ini menjelaskan, dari sumur produksi diekstrak fluida panas bumi menjadi bentuk uap dan air di separator. Uap digunakan untuk memutar pembangkit utama (steam generator).
Steam generator tersebut menghasilkan listrik sekitar 60 Mw. Sementara airnya digunakan untuk memanaskan zat pentan. "Zat pentan ini mudah menguap, di suhu 36 derajat celcius saja sudah menguap," jelas Rodel.
Uap dari pentan  digunakan lagi untuk memutar generator di Brine OEC dan menghasilkan sekitar 27 Mw. Lalu, sisa uap di steam generator kembali digunakan untuk memanaskan zan pentan di generator yang ada di bottoming dan menghasilkan produksi listrik sekitar 29 Mw.
"Jadi, bottoming dan brine OEC itu memanfaatkan uap zat pentan. Bedanya, zat pentan di brine OEC dipanaskan oleh air sementara di bottoming dipanaskan oleh uap," kata Rodel lagi.
Rodel yakin teknologi ini bisa digunakan di seluruh PLTP. Hanya saja, memang dibutuhkan investasi yang lebih besar di awal. Terutama karena dibutuhkan tujuh unit generator dalam satu sistem pembangkit.
Meski begitu, dibandingkan dengan teknologi geotermal sebelumnya, teknologi IGCCU diklaim bisa menghasilkan produksi listrik jauh lebih banyak.

Reporter: Hidayat Adhiningrat P
Editor: Dani Hamdani 
 

Sumber : http://www.gatra.com/ekonomi/industr...tapanuli-utara

---


- PLTP Sarulla: Raksasa Geothermal di Tapanuli Utara Jokowi Kaji Kelanjutan Pembangunan PLTU di Ambon
0
3.1K
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan