Jokowi Bicara Soal Kesempatan Emas RI Pasca Investment Grade
TS
aghilfath
Jokowi Bicara Soal Kesempatan Emas RI Pasca Investment Grade
Spoiler for Jokowi Bicara Soal Kesempatan Emas RI Pasca Investment Grade:
Quote:
Bogor - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh jajaran pemerintahan kabinet kerja untuk memanfaatkan momentum peningkatan pemeringkat Indonesia menjadi investment grade dari S&P dan mendapat predikat wajar tanpa pengecualian (WTP dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai modal mengejar ketertinggalan.
Hal tersebut diungkapkan saat memberikan kata sambutan dalam acara Penerimaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2016 di Istana Kepresidenan, Bogor, Selasa (23/5/2017).
"Sekarang ini kesempatan emas itu ada di depan kita. Mendapatkan WTP artinya pengelolaan keuangan kita baik. Karena 84% WTP. Jumat yang lalu kita mendapatkan kepercayaan international lagi. Investment grade. Ini sebuah kesempatan yang harus kita gunakan," kata Jokowi.
Menurut Jokowi, Indonesia telah tertinggal oleh negara-negara tetangganya, seperti Singapura, Vietnam, Thaliand. "Dengan Singapura ditinggal jauh, dengan Malaysia ditinggal jauh. Vietnam ditinggal dengan Thailand tinggal. Apa kita ditinggal terus? ndak," jelasnya.
Menurut Jokowi, dengan adanya momentum emas ini, dijadikan Indonesia sebagai modal mengejar ketertinggalan. Apalagi, Indonesia memiliki potensi dan kekuatan ekonomi yang begitu besar.
Potensi Indonesia juga telah terbukti sejak dahulu, seperti pada tahun 1977 Indonesia berhasil membangun jalan tol Jagorawi yang kurang lebih panjangnya 50 km. Banyak negara-negara tetangga, seperti Tiongkok, Malaysia datang untuk melihat jalan tol tersebut.
"Sekarang coba, dari 77 sampai sekarang sudah berapa tahun kita hampir 40 tahun. Kita hanya bisa bangun jalan tol 780 km. Yang negara negara tadi, yang melihat kita. China contoh, Tiongkok contoh, 280 ribu km. 280 ribu km supaya saudara-saudara membandingkan betapa jauh kita sudah ditinggal," ujarnya.
Permasalahan saat ini, kata Jokowi, ingin mempercepat pembangunan seperti jalan tol sudah dihadapkan persoalan mengenai pembebasan lahan, bahkan tidak jarang proyek pembangunan terhenti dan bisa diselesaikan dalam waktu yang lama.
"Coba kita ingat lagi tahun 1970-an. Kita banyak ngirim guru ke Malaysia. Mereka belajar dari Indonesia juga banyak. Sekarang kita ditinggal. Inilah yang harus kita kejar. Jangan kita melupakan hal-hal seperti itu. Kita mau membangun kereta api cepat jarak hanya 148 km saja sampai sekarang belum mulai, ributnya sudah 2 tahun. Debat, ramai, baik atau enggak baik. Sama seperti waktu kita bangun MRT ramainya itu 26 tahun. Sudah direncanakan 26 tahun, ramainya," ungkapnya.
Persoalan seperti ini, kata Jokowi, tidak perlu lagi diperdebatkan secara berkepanjangan, apalagi negara-negara tetangga sudah membangun dan sudah menikmati manfaat dari pembangunan infrastruktur yang serupa.
"Inilah etos kerja, kedisiplinan kita untuk kita bangkit kembali sadar bahwa kanan kiri kita sudah lari. Mereka sudah berbicara masa depan dan jangkauan visi sangat panjang, sudah berbicara mengenai mobil tesla, mobil fantasi masa depan. Kita masih terjebak pada urusan debat. Saling menyalahkan saling menjelekkan, saling menghujat," tegasnya.
Dengan demikian, Orang nomor satu di Indonesia ini mengajak seluruh pemerintahan untuk dapat menjauhkan pikiran-pikiran negatif yang selama ini tidak memberikan dampak apapun terhadap pembangunan Indonesia.
"Saya ajak kita semuanya untuk kembali ke pikiran, positif thinking untuk maju bersama bekerja bersama bangsa ini. Jangan sampai tabungan energi kita habis untuk hal yang tadi saya sampaikan," kata Jokowi.
"Sekali lagi saya ingin esensi dari akuntabilitas pemerintah adalah pertanggungjawaban moral pertanggungjawaban konstitusional untuk rakyat. Jadi penggunaan APBN harus sepenuhnya digunakan untuk kepentingan rakyat. Dan kita harus memastikan, rakyat benar-benar mendapatkan manfaat dari APBN. Jangan coba-coba mainkan APBN, mainkan uang rakyat," tukasnya.
Bangsa kita ga perlu kemajuan yg terlalu pesat, infrastruktur yg canggih, dan berbagai kemudahan produk teknologi, yg penting masih ada yg nyumbang tempat ibadah, nyumbang kegiatan dakwah, sering2 bagi zakat rame2 entah itu duit korupsi atau hasil usaha sendiri ga penting darimana asalnya, yg penting seiman, sesuku dan toleran pada penyelewengan