- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Inovasi Plastik Dari Pati Tumbuhan Yang Mendunia


TS
c4punk1950...
Inovasi Plastik Dari Pati Tumbuhan Yang Mendunia
Quote:

Selain menjadi polemik dan permasalahan serius bagi alam liar, sampah plastik ternyata mampu mendorong inovasi dan peluang baru dalam menciptakan benda yang lebih ramah lingkungan. Seperti yang dilakukan Kevin Kumala, pemuda asal Bali dengan eco-plastik buatannya kini banyak dipakai di seluruh dunia.
Walau bukan hanya kevin saja ada beberapa anak muda kreatif yang mengembangkan Bioplastik ini. Tapi yang produksinya mendunia baru beliau.
Dia yakin bioplastik merupakan pemecahan dari masalah sampah di Jakarta. Di Eropa sendiri masyarakatnya sudah beralih dan sangat peduli terhadap masalah pencemaran lingkungan, bahkan bioplastik sudah berkembang sejak tahun 1990-an.
Demi menemukan bahan yang pas dan murah, Kevin dan rekannya telah mencoba berbagai bahan mulai dari jagung, kedelai hingga singkong. Setelah dipilah-pilah, pilihan mereka jatuh terhadap singkong karena produksinya jauh lebih banyak dan murah.

"Kekayaan singkong di Indonesia dan juga pertumbuhan mereka lebih cepat, akhirnya kita pilih singkong, karena Indonesia jumlah produksi singkong pada data 2015 mencapai 24 juta ton per tahun, jadi kita enggak akan kehabisan. Kita ini sewaktu produksi kantong kita tidak memakai singkong, tapi pakai ampas, diambil dari pati singkongnya. Saya ambil ampas singkong yang tadinya waste dari worth."
Rupanya, benda yang diciptakan bersama tujuh rekannya ini langsung mendunia. Hasil kreasinya mendapat peliputan dari sejumlah media asing seperti CNN, BBC dan beberapa media besar lainnya.
Paradoks plastik di Indonesia
Beda dengan banyak bangsa di Eropa, permasalahan plastik menjadi permasalahan sendiri di Indonesia apalagi jika itu merupakan karya anak bangsa. Bioplastik ciptaannya justru mendapatkan apresiasi dari luar negeri, bahkan komoditas buatannya lebih banyak dipesan dijual ke negara asing.
"80 Persen customer dari luar negeri, ekspor. Kebanyakan ke Australia," ungkapnya.
Tak hanya itu, kesadaran penggunaan plastik yang lebih ramah lingkungan juga masih rendah padahal sudah menjadi permasalahan serius di seluruh dunia. Indonesia, imbuhnya, justru kalah dari beberapa negara di Afrika yang malah melarang penggunaan plastik.
Kondisi ini terjadi ketika Kevin mendarat di Rwanda, di mana setiap penumpang pesawat yang ingin masuk ke negeri itu wajib memberitahukan keberadaan plastik yang dibawanya. Tak hanya di Rwanda, hal serupa juga terjadi di beberapa negara lain seperti Ghana dan Mandagaskar.
"Tadinya Australia pelan-pelan justru yang sudah malah Afrika, di Afrika banyak regulasi baru yang melarang penggunaan plastik," terangnya.
Di Indonesia sendiri sudah ada kebijakan untuk menggunakan plastik yang degradable atau hancur dengan sendirinya dalam dua tahun. Namun sayang, hal itu justru menyimpan bahaya yang tidak disadari, di mana sampah yang hancur hingga dua milimeter sekalipun bisa membunuh makhluk hidup, termasuk manusia.
"Mereka akan jadi pecahan sebesar 2 mm, 5 mm. Masuk ke tenggorokan, yang dimakan ikan, dan juga dimakan livestock kita, seperti sapi dan ayam. Kalau lihat plastik utuh pasti tidak akan tertarik, sedang plastik pecah lebih ribet lagi, karena hewan enggak akan tahu itu plastik, ujungnya seringkali ikan tiba-tiba terdampar di pesisir pantai karena makan kepingan plastik."
Untuk mengungkap plastiknya benar-benar aman, Kevin pernah meminumnya sendiri yang larut di dalam air atau hancur 90 hari di dalam tanah dan menjadi kompos bagi tanaman. Sesuatu yang tidak akan terjadi pada plastik degradable.

"Ini juga aman dikonsumsi oleh hewan dan biota laut maka dari itu saya beranikan minum ini. Saya ingin katakan, 'hei manusia aja bisa minum ini latutan aman."

Plastik jenis ini dapat dibuat dari polimer alami. Plastik ini dikenal dengan Poly Lactic Acid (PLA). Ini adalah polimer dari sumber yang terbarukan dan berasal dari proses esterifikasi asam laktat yang diperoleh dengan cara fermentasi oleh bakteri menggunakan substrat pati atau gula sederhana. Poly Lactic Acid juga memiliki sifat tahan panas, kuat, dan merupakan polimer yang elastis.

Intinya, proses pembuatan bahan plastik ramah lingkungan ini terdiri atas lima langkah.
I. Ekstraksi Pati
Proses ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pemarutan, pemerasan , penyaringan, pengendapan, dan pengeringan.
II. Hidrolisis Pati Menjadi Glukosa
Hidrolisis adalah pemecahan kimiawi suatu molekul karena pengikatan air sehingga menghasilkan molekul-molekul yang lebih kecil.
III. Fermentasi Asam Laktat
Glukosa yang dihasilkan pada tahap hidrolisis digunakan sebagai bahan fermentasi asam laktat.
IV. Esterifikasi dan Pembentukan Polimer
Asam laktat yang terbentuk melalui fermentasi kemudian diesterifikasi. Kinetika reaksi dari pembuatan Poly Lactic Acid dapat ditingkatkan dengan penggunaan zink oksida dan suhu tinggi (135 derajat Celsius selama enam jam) dilanjutkan dengan pembukaan cincin Lactidedan polymerisasi.
V. Pencetakan dan Pembentukan
Pembentukan dilakukan sebagaimana halnya proses pencetakan plastik sintetik karena bio-plastik PLA juga mempunyai sifat-sifat mekanis yang mirip, terutama polystyrene.

Dalam hal ini, ekstrak pati bisa diperoleh dari berbagai tanaman seperti ubi, sagu, ataupun kentang. Jika menggunakan kentang, kita bisa mengikuti proses pembuatannya berikut ini.
1. Cuci bersih beberapa kentang mentah, lalu diparut hingga agak halus. Parutan kentang itu dicampur air secukupnya dan diulek agar lebih halus. Setelah itu, parutan kentang disaring untuk membuang airnya sehingga hanya tersisa endapan putih, yakni sari pati kentang.
2. Sari pati kentang ini dicuci lagi dan kembali disaring. Tunggu hingga mengendap. Endapan berupa tepung pati kentang ini lalu dicampur HCL atau asam cuka atau cuka dapur, gliserin, dan air secukupnya. Lalu, campuran pati kentang, HCL, gliserin, dan air ini dipanaskan di atas api sedang selama 15 menit sambil terus diaduk. Hasilnya akan seperti gel berwarna putih.
3. Gel dari sari pati kentang ini lalu ditetesi natrium hidroksida (NaOH ) atau soda api setetes demi setetes, kemudian dites dengan ditempelkan ke kertas lakmus warna pink. Jika kertas lakmus itu berubah warna menjadi merah, tetesan soda api harus ditambah sampai kertas lakmusnya berwarna biru atau hijau.
4. Jika gel yang ditetesi NaOH saat dites di kertas lakmus warna pink berubah warna menjadi biru atau hijau, gel ini siap menjadi plastik. Gel pun bisa dibentuk atau dituang dalam cetakan dan dijemur selama beberapa jam atau paling lama sehari sampai mengering. Setelah mengering, gel akan berubah menjadi plastik bening.

Apabila tidak bisa membuatnya, paling tidak kita dapat membantu mendukungnya dengan membeli produk plastik yang terbuat dari Poly Lactic Acid tersebut.

Jika kita sulit mendapatkannya, ada tips yang lebih mudah untuk berpartisipasi dalam mengurangi sampah plastik yang merusak lingkungan. Caranya dengan menolak pemberian sampah plastik (meski gratis) ketika kita berbelanja. Sebagai gantinya, kita bisa membawa tas dari rumah yang memiliki bahan yang lebih ramah lingkungan dan tidak sekali pakai.
Referensi
Media Indonesia
Merdeka.com
Liputan6
Saribumi
Dan sumber lainnya.
0
4.2K
Kutip
25
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan