- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Onna Bugeisha Si Cantik Samurai


TS
c4punk1950...
Onna Bugeisha Si Cantik Samurai
Quote:

Sebagian besar kisah Samurai dari budaya Jepang dikenal masyarakat dunia bukan lewat buku-buku sejarah. Kita justru kerap mendapati mereka dari novel, manga (komik Jepang), anime (animasi Jepang) dan film.
Para Samurai itu sering menjadi latar cerita jika mengisahkan saat jepang masih menjadi wilayah-wilayah para Shogun.Umumnya kita akan disuguhi dengan budaya dan etik laki-laki berpedang yang maskulin dan berpendirian.
Perempuan biasanya di tampilkan sebagai “Heroine” , ia pemanis dan pemanas di belakang layar utama. Bahkan Akira Kurosawa dalam “The Seven Samurai ” atau Eiji Yoshikawa dalam beberapa tulisan Samurai-nya, tidaklah banyak menonjolkan perempuan yang menenteng katana.
Onna Bugeisha
Namun, ternyata “Samurai wanita” tersebut ada.” Mereka dikenal sebagai Onna Bugeisha, yang bisa ditelusuri peranannya hingga pada masa kekuasaan Permaisuri Jingū–pada 200 Masehi memimpin invasi Korea–yang menggantikan suaminya, Kaisar Chūai (kaisar Jepang keempat belas, tewas dalam pertempuran).
Legenda mengatakan bahwa Permaisuri Jingū mencapai kemenangan yang mengesankan. Dia lantas menggunakan posisinya untuk membawa perubahan ekonomi dan sosial bagi wilayahnya. Pada tahun 1881, Permaisuri Jingū bahkan menjadi wanita pertama yang ditampilkan dalam mata uang Jepang.

Japan 10 Yen Empress Jingu 1881
***
Berbeda dengan Samurai laki-laki yang menjadi Samurai karena dinilai sebagai “jalan hidup” (hidup dengan jalan pedang), Onna Bugeisha belajar menggunakan senjata umumnya karena didesak kebutuhan untuk melindungi desa yang “kekurangan” pejuang laki-laki.

Daripada membayar tentara bayaran untuk membela mereka, sebagai warga justru melatih anak gadisnya agar mahir dalam pertempuran yang kelak berguna jika harus melindungi Desa dan keluarga.
Onna Bugeisha dikisahkan jarang menggunakan pedang katana seperti rekan-rekan pria mereka. Samurai perempuan ini lebih memilih naginata–mirip polearm dengan pisau melengkung di ujungnya–senjata yang dinilai efektif untuk berhadapan dengan lawan yang lebih besar dan lebih berat, atau pedang yang lebih pendek dari katana; Wakizashi.
Selain itu, Onna Bugeishas juga mempelajari dan bahkan cukup mahir mengunakan senjata seperti busur dan anak panah, kaiken, dan seni tanto Jutso. Etika Samurai Onna Bugeisha konon juga tanpa kompromi–sama dengan Samurai kebanyakan.

Meskipun akar sejarahnya terkadang ditarik ke waktu yang sangat jauh, Tokoh-tokoh Onna Bugeisha terkemuka justru lebih banyak berasal dari abad ke-12 ke-13, bahkan salah satu tokoh Onna Bugeisha yang tersohor, Nakano Takeko malah malang melintang pada abad ke-19.
Tomoe Gozen yang hidup pada akhir abad ke-12, mencatatkan namanya karena turut berjuang dalam Pertempuran Awazu. Tomoe yang berdarah dingin itu memenggal Honda no Moroshige-Musashi dalam pertempuran.
Lebih garang dari itu, Tomoe Gozen bahkan dilegendakan telah membunuh Uchida Ieyoshi dari clan Kiso Minamoto, hingga Hatakeyama Shigetada pun harus kewalahan dibuatnya di satu pertempuran yang sama.

Tomoe Gozen berhadapan dengan Uchida Ieyoshi dan Hatakeyama no Shigetada “Battle of Awazu” | llustration by Yōshū Chikanobu (1899)
Nakano Takeko yang hidup pada abad ke-19 adalah pemimpin pasukan pemberontakan terhadap Tentara Kekaisaran Jepang dari Ogaki Domain–di tengah-Selatan Jepang. Naasnya Takeko harus menemui ajalnya dalam pertempuran karena luka tembak.
Kisah selanjutnya “lebih dari heroik”. Takeko sebelum menghembuskan nafas terakhir, meminta rekannya agar memenggal kepalanya–karena tidak rela jika kelak musuh yang mengambilnya sebagai “piala”. Bagian tubuhnya itu kemudian dimakamkan di bawah pohon pinus di Hōkai Temple.
Tomoe Gozen, Nakano Takeko, dan ada juga sosok Hojo Masako adalah tokoh-tokoh masyhur Onna Bugeisha.
Meskipun narasi tentang mereka mungkin lebih banyak dikisahkan sebagai lore daripada sejarah, keberadaan Onna Bugeisha setidaknya mampu menghantar imaji kita tentang keberadaan perempuan di medan juang.

Dalam sejarah Jepang sebenarnya telah ada banyak pahlawan-pahlawan wanita yang turut turun ke medan perang . Namun demikian oleh karena dalam budaya Jepang kedudukan lelaki lebih tinggi dari wanita dan tugas menjaga keselamatan negara serta kehormatan keluarga hanya menjadi tanggung jawab untuk lelaki, maka sumbangan para wanita selalu tidak tercatat dan disudutkan di dalam lembaran sejarah. Kecuali untuk beberapa keadaan tertentu dalam sejarah yang melibatkan wanita yang berstatus tinggi. Namun tetap saja kurang terkenal dibanding sejarah para pahlawan lelaki.
Nakano Takeko ialah salah seorang daripada mereka. Sejak dari kecil beliau telah diajarkan bermain pedang serta sejenis senjata yang disebut Naginata atau pedang tombak. Malah menurut penerus keluarga Samurai Aizu yang masih ada sehingga sekarang, kehebatan Takeko dalam bermain Naginata sehingga beliau berhasil mengalahkan gurunya yang juga merupakan bapak saudara beliau sendiri. Setelah berhasil mengalahkan bapak saudaranya beliau menolak untuk dikimpoikan oleh keluarganya dengan lelaki yang telah dipilih pihak keluarga dan membuat keputusan untuk menjadi pelatih seni mempertahankan diri dan Naginata di Edo.
Dalam tempo tersebut kekuasaan barat mulai masuk ke Jepang untuk mendapatkan pasar perdagangan. Setelah terjadinya sedikit konfrontasi diantara Kerajaan Jepang dan pihak barat terutama dengan Amerika, Maharaja Jepang terpaksa menandantangani perjanjian perdangangan dengan pihak barat. Keadaan ini tidak disukai oleh para Samurai sertapihak Shogun karena mereka beranggapan Maharaja telah menjadi boneka barat dan mencemarkan harga diri Jepang.
Pendek cerita, telah terjadi konflik diantara pendukung Maharaja dengan pendukung Shogun. Pihak tentara Maharaja yang telah dilengkapi dengan senjata moderen dari barat yang serba canggih telah mengalahkan Shogun dan berhasil menawan wilayah yang dikawal oleh Shogun. Akhirnya Shogun menyerah kalah kepada Maharaja.
Namun demikian pengikut mereka terutama dari pihak Samurai Aizu masih tidak mahu menyerah kalah. Dalam perang saudara ini yang menariknya bukan saja lelaki yang terlibat malah juga para wanita. Takeko bukan seorang diri dalam peristiwa ini tetapi beliau turut menyertai oleh ramai lagi para pahlawan wanita dari pihak Aizu. Sebenarnya dalam budaya Jepang tidak ada sebutan Samurai Wanita. Biasanya istilah yang digunakan untuk para pahlawan wanita dari keluarga Samurai ini adalah Onna-bugeisha .
Dalam pertempuran yang dipanggil sebagai The Battle of Aizu ini Takeko menjadi ketua sekumpulan wanita pihak Aizu untuk menyerang tentara Maharaja yang lengkap dengan senjata api. Pasukan wanita ini digelarkan sebagai Aizu Joshitai. Takeko dan pasukannya telah menyerang tentara Maharaja dibagian depan sebaik saja pasukan tentera Maharaja melepaskan tembakan yang pertama. Dalam ruang waktu yang singkat ini beliau dan pasukannya telah berlari ke arah tentara musuh dengan menghayunkan Naginata.
Apabila tentara Maharaja melihat pasukan yang menyerang mereka didepan adalah para wanita, mereka telah membuat keputusan untuk tidak menembak sebaliknya terus berhadapan dengan pahlawan wanita tersebut dengan bayonet untuk menangkap mereka hidup-hidup. Mereka menyangka pasukan Takeko hanya pasukan wanita lemah yang diberikan senjata untuk mempertahankan diri . Namun alangkah terkejutnya mereka, melihat bahawa pasukan wanita yang menyerang mereka ini bukan wanita biasa tapi wanita pahlawan yang terlatih dalam ilmu perang. Banyak daripada tentara Maharaja yang mati akibat hayunan Naginata dari pasukan Takeko ini.
Takeko dikatakan telah berhasil membunuh lebih kurang enam orang tentara musuh sebelum beliau sendiri ditembak dan cedera parah. Setelah beliau ditembak, adiknya yang baru berusia 16 tahun yang turut sama dalam dalam pasukan wanita tersebut telah memenggal kepala Takeko untuk mencegah kepala kakaknya itu dijadikan trofi oleh pihak musuh. Adik Takeko berhasil menyelamatkan diri dan kepala tersebut telah diserahkan kepada seorang sami untuk dikebumikan.Walaupun pertempuran tersebut akhirnya dimenangi oleh pihak Maharaja, namun pihak Aizu yang bertahan didalam Kota tidak mau menyerah dan akhirnya setelah sebulan kubu mereka dibedil dengan meriam bertubi-tubi mereka terpaksa menyerah.
Namun para wanita pihak Aizu tidak rela jika tubuh mereka dijamah oleh musuh atau dijadikan pemuas nafsu oleh musuh. Karena sudah menjadi kebiasaan peperangan dalam budaya Jepang, jika sesebuah kubu itu jatuh maka para wanitanya akan menjadi korban pemerkosaan atau dijadikan hamba pihak musuh. Oleh karena itu mereka semua telah bertindak melakukan bunuh diri. Dikatakan semasa tentara musuh masuk ke kubu tersebut didapati 200 mayat wanita Aizu yang mati membunuh diri. Oleh karena pertempuran Aizu ini adalah pertempuran yang menandakan berakhirnya kewujudan kelas bangsawan Samurai, maka Takeko bisa dikatakan sebagai salah seorang Samurai wanita terakhir.

Begitulah kisah mengenai The Last Samurai Women yang jarang sekali kita dengar. Sehingga sampai hari ini pihak Samurai Aizu masih mengingat jasa dan kepahlawanan Takeko dan mereka masih meneruskan tradisi untuk melatih para wanita bertempur dengan pedang dan Naginata. Walaupun dalam lembaran sejarah peranan pahlawan wanita dari keluarga Samurai ini disudutkan dan tidak diberikan informasi yang meluas, namun jasa, semangat kepahlawanan dan pendirian mereka patut untuk dikenang dan jadikan teladan. Sekian.
Referensi
Wacana
Simplemenarik
Wikipedia
Dan sumber lainnya
Quote:
Samurai Wanita




Diubah oleh c4punk1950... 22-05-2017 02:30
0
54.5K
Kutip
219
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan