MarketeersAvatar border
TS
MOD
Marketeers
Saat Brand Bergaul Dengan Komunitas Olahraga, Seperti Apa Aturan Mainnya?


Komunitas olahraga di Indonesia kian menjamur. Mulai dari olahraga konvensional hingga yang memacu adrenalin. Keanggotaan komunitas pun menyebar ke berbagai kota lainnya. Hal ini membuat komunitas olahraga semakin seksi di mata brand sebagai upaya untuk mendekatkan diri ke konsumen.

Sebut saja komunitas lari Indorunners. Komunitas lari yang berdiri sejak tahun 2007 ini bisa jadi merupakan salah satu penggerak olahraga lari, yang semakin digemari masyarakat saat ini. Menurut Yasha Chatab, Co-Founder dari Indorunners “Dulu itu susah sekali mengumpulkan orang untuk lari. Sekarang, jika kita tidak ikut lari, terus di-share di media sosial, berkesan kurang asyik. Dengan angka penggiat lari yang masif, Indorunners bukan lagi komunitas, tetapi gerakan,”.

Kehadiran komunitas ini cukup unik. Para runners itu mulai menunjukkan aksinya sejak Nike merilis perangkat bernama Nike+. Perangkat berbasis sensor ini bisa menghitung seberapa jauh jarak lari seseorang yang tertanam langsung di dalam sepatu. Dengan menyambungkan ke komputer, pelari bisa melihat hasil lari mereka dan membandingkannya dengan sesama pemakai lain.

Berawal dari situ, mulai ada interaksi sesama pengguna, seperti membandingkan siapa bisa berlari paling jauh. Akhirnya, lewat media sosial, mereka bertemu dan memutuskan untuk membuat sebuah komunitas lari bernama Indorunners. Tapi bisa dibilang, Indorunners lahir karena adanya kesamaan hobi para anggotanya, bukan karena peran Nike yang aktif bergerak membentuk komunitas pemakainya.

Selain olahraga lari, ada juga pecinta kegiatan outdoor yang telah terbentuk sejak tahun 2003. Nama komunitas itu adalah Outdoor and Nature Community (OANC). Saat itu para pecinta aktivitas, seperti hiking berkomunikasi lewat MIRC. Setelah tahu ada forum berbasis website di Kaskus, mereka kemudian pindah wadah dan membesar hingga sekarang.

“Tujuan pindah ke Kaskus karena dengan forum online, kami bisa saling memberikan informasi seputar kegiatan outdoor. Sekarang OANC menjadi referensi komunitas outdoor terbesar online di Indonesia,” klaim salah satu pengurusnya, Ricky Faizal Firdaus.

Kopi darat atau bertemu offline menjadi agenda hampir setiap minggu sekali. Kemudian, ada kegiatan hiking sekitar satu bulan sekali di lokasi-lokasi pegunungan, mulai dari Aceh sampai Papua.

zHal ini sedikit berbeda dengan Indorunners yang sudah benar-benar menjamur di banyak kota sehingga menyerahkan kegiatannya ke wilayah masing-masing. Biasanya dua sampai tiga kali seminggu mereka lari bersama sesuai dengan jadwal disepakati.

Satu lagi komunitas yang mulai tumbuh dari platform komunitas online seperti OANC, yaitu Komunitas Sepeda Kaskus (Koskas), yang lahir dari kopdar (kopi darat) pertama pada 17 Juli 2010. Sebelum kopdar ini, forum Kaskus itu digunakan sebagai wadah tanya jawab antara penggemar bersepeda. Tujuan komunitas ini adalah menebar virus bersepeda kepada masyarakat.

Seperti Apa Bentuk Kerja Sama yang Mereka Lakukan?

Keberadaan komunitas-komunitas itu berhasil menarik perhatian banyak brand, baik untuk sponsorship aktivasi mereka hingga endorsement. Termasuk, Indorunners yang sering bekerja sama dengan beragam brand, bukan hanya dari sektor olahraga seperti apparel tapi juga di luar itu. Yang terpenting, kegiatan brand ini berkaitan dengan aktivitas lari atau berhubungan dengan kesehatan.

“Misalnya, kerja sama dengan produk olahraga New Balance yang menyediakan kaos Indorunners. Dengan Nike pun, kami pernah berkolaborasi membuat acara. Di luar apparel, ada produk air minum kemasan, makanan kesehatan sampai suplemen,” sambung Yasha.

Ada perbedaan tujuan brand berkolaborasi dengan mereka, baik dulu dan sekarang. Menurut Yasha, dulu brand datang untuk mencari insight seperti apa pasar mereka. Lama-kelamaan dengan semakin sering bekerja sama, brand sudah mulai tahu pasarnya seperti apa. Sekarang, mereka mulai menargetkan grup atau komunitas-komunitas lebih kecil dengan berbagai aktivitas.

Indorunners pun melihat benefit tersendiri dari kolaborasi yang terjalin. Dengan menggandeng brand, kegiatan mereka bisa terekspose lebih luas ke publik. Sebabnya, bila suatu brand punya kegiatan besar, biasanya mereka mengundang awak media untuk meliput. “Dengan begitu, otomatis masyarakat jadi tahu Indorunners dan kegiatannya. Ini bisa meningkatkan minat orang untuk lari,” ungkap Yasha.

Sedangkan OANC berpendapat, kolaborasi memberikan manfaat bagi anggotanya, mulai dari bertambahnya pengetahuan soal produk, baik itu produk outdoor sampai asuransi. Belum lama ini, OANC bekerja sama dengan asuransi FWD yang menyediakan asuransi untuk kegiatan-kegiatan ekstrim. “Hasil positifnya, anggota bisa tahu seputar asuransi untuk kepentingan mereka sendiri,” tambah Ricky.

Menurut Ricky, mayoritas brand datang untuk mendukung kegiatan mereka atau memperkenalkan produk. Khususnya brand yang memang berbisnis dalam penyediaan perlengkapan penunjang kegiatan outdoor. “Brand seperti Eiger sering sekali mengajak kami untuk mencoba produk mereka. Sifatnya bukan endorsement, tapi sekali event selesai. Biasanya mereka juga memberikan dukungan finansial seperti gathering tahunan OANC seluruh Indonesia,” ungkapnya.

Sebaliknya, kerja sama dengan OANC ini bisa memperluas jangkauan pasar brand. Misalnya, setelah mencoba produk suatu brand, maka anggota komunitas akan memberikan rekomendasi kepada rekan-rekannya yang lain, baik sesama komunitas maupun bukan.

“OANC berkolaborasi lebih dalam dengan brand lewat penyediaan kolom review di platform Kaskus. Brand yang mau di-review silakan kabari. Kami siapkan tim khusus untuk review produk. Tapi, posisi kami tetap netral, tidak memihak. Kalau ada kekurangan, akan kami tulis juga,” sambung Ricky.

Tak Asal Kolaborasi, Komunitas Juga Pilih-pilih Brand

Bagaimana jika ternyata ada brand kompetitor ingin kerja sama? OANC memastikan tidak menerapkan skema eksklusif kepada sebuah brand. Siapapun boleh masuk asalkan sesuai. Begitupun Koskas. Walau dibayar oleh brand untuk mengulas produk-produk sepeda, komunitas ini selalu menekankan bahwa apa yang nanti ditulis dan di-share di media online akan sangat obyektif. Mereka benar-benar mengulas dari sisi positif sampai negatif tanpa sungkan.

“Jika ulasan ditulis bagus tapi ketika publik mengatakan tidak, kapabilitas Koskas akan dipertanyakan dan secara nama bisa tercoreng,” kata Adhiet Satrya, salah satu pengurus Koskas.

Di luar sepeda, Koskas pernah berkolaborasi dengan banyak brand lintas industri. Salah satunya adalah dari sektor properti. Adhiet dan kawan-kawan sudah beberapa kali berkolaborasi dengan pemain di perumahan.

“Mereka mau buat lintasan sepeda. Kami diajak konsultasi tentang bagaimana membuat track sepeda yang baik. Benefitnya lintasan dan spot untuk sepeda yang mereka buat bisa jadi titik kumpul kami,” katanya.

Soal kriteria brand yang diajak berkolaborasi atau sebaliknya, tiap komunitas punya pengangan masing-masing. Bisa dikatakan, hampir semua komunitas olahraga mengharamkan kolaborasi bersama produk yang kontra dengan gaya hidup sehat, seperti rokok. Bahkan, bukan hanya menolak dengan perusahaan rokok, yayasan yang didirikan perusahaan rokok pun pernah mereka tolak. Selain itu, mereka juga pernah menghindari kerja sama dengan produsen minuman bersoda.

“Yang paling penting itu visi. Sama atau tidak. Kami dulu hanya sekumpulan penghobi lari. Sekarang tujuan kami ingin menebar virus lari. Tapi, kami ada edukasinya juga, seperti bagaimana persiapan lari yang benar. Sebab, ada saja brand yang datang ke komunitas hanya mencari massa. Kalau ada yang begitu, kami tidak mau. Selain itu, pendekatan mereka bagus atau tidak. Pada akhirnya ada yang memang berjodoh karena chemistry,” ungkap Yasha lagi.

OANC pun satu frekuensi dengan Indorunners yang menolak. Mereka punya alasan mengapa enggan berkolaborasi dengan brand rokok, bir, atau dewasa lainnya. “Kalau ada anak kecil, maka menjadi tidak etis jika ada brand rokok atau bir,” sambung Ricky.

Berbeda dengan OANC dan Indorunners, Koskas lebih terbuka dengan brand seperti bir dan rokok. Tapi dengan syarat, tidak boleh hard selling ketika acara berlangsung. Adhiet mengatakan pernah berkolaborasi acara dengan Djarum dan LA Light.

Mereka diperbolehkan membuka stand, namun tidak boleh berjualan rokok. Sebaliknya, perseroan hanya membagikan merchandise di luar rokok, seperti bagi-bagi voucher. Bahkan, Adhiet dan kawan-kawan tidak sungkan untuk memberikan beberapa sepeda untuk di-branding oleh merek-mereka itu.

“Hal paling penting dari kerja sama dengan brand adalah kesamaan visi antara komunitas dan brand,” pungkas Adhiet.
0
23.1K
106
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan