Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

aryputra2504Avatar border
TS
aryputra2504
Tenangnya Hati Berhenti Berpacaran
Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Saya mau cerita kisah pria dan wanita yang tenang hatinya setelah berhenti berpacaran sebelum menikah.

Mohon maaf kalau membawa unsur nama tertentu, tidak ada maksud untuk menghina seseorang.

Ana dan budi adalah teman semasa SMP, mereka merupakan murid yang cerdas, baik dalam lingkungan. Ana ketika masa SMP sudah menyukai Budi yang dia adalah teman sekelas selama 2 tahun (Program Akselerasi), tapi Ana tidak pernah mengungkapkan isi hati nya karena mengira Budi lebih menyukai perempuan lain di kelas itu.

Seiring waktu, hari perpisahan pun tiba karena Budi akan melanjutkan masa sekolahnya di daerah asalnya, ada rasa tak menyenangkan yang dirasa Ana, tak sempat mengungkapkan isi hati, tapi Ana masih sempat membuatkan puisi dan memberikan parfum kesukaannya untuk Budi, itulah usaha terakhir Ana untuk Budi.

Waktu yang berlalu, menuliskan kisah Ana dan Budi untun saling melupakan tanpa bisa mengungkapkan.

2015 mungkin adalah tahun yang mereka oaling sukai. Budi sudah bekerja di ibukota, Ana masih berkutat dengan tugas akhirnya, mereka dipertemukan kembali dengan cara yang sederhana, sebuah pesan singkat yang mengawali semuanya kembali.
Menyapa, mengabari, sesekali menelepon dilakukan mereka setelah bertemu kembali. Saat itu mereka sudah menyadari perasaan masing-masing tapi malu mengungkapkan, mungkin juga takut akan penolakan.

Pertemuan mereka kembali tidaklah seindah yang mereka kira, mereka belum mengenal sifat dan sikap yang tak lagi sama ketika mereka teman sekelas dahulu. Egois, senang, sedih, kesal, tidak peka, semua bercampur aduk. Ana kesal karena Budi yang terlalu cuek, Budi juga tak paham apa yang dimaksud Ana. Tapi Ana tak mau mengulangi penyesalan yang sama, dia memberanikan diri untuk mengajak Budi ke taman bermain.
Waktu telah disepakati, tempat sudah dipilih, tinggal menunggu harinya tiba.

Saat yang dinanti Ana tiba, bersiap-siap, tak lupa bawa kamera untuk mengingat wajah Budi dalam lembaran foto. Pagi itu Ana sudah sampai di tempat yang dijanjikan, Budi datang sedikit terlambat. Ana kesal, tapi semua buyar ketika Budi datang dan mendekat lalu menyalami Ana.
Taman bermain jadi tempat mereka bercerita, mengenang masa muda, tertawa bersama.
Waktu bagi mereka seakan terlalu singkat, senja menghiasi langkah mereka menuju tempat pulang masing-masing.

Waktu yang semakin larut tak membuat Budi semakin peka, Budi yang takut ditolak, Ana yang malu mengungkapkan mengiringi mereka di sebuah Transjakarta. Ana semakin kesel tapi tetap tersenyum. Ana pun memberanikan diri, meminjam HP Budi, upadate status di akun sosial Budi, tapi Budi tak tau apa yang Ana tulis.
Setalah pamit, Budi akhirnya membaca apa yg ada di akun sosialnya, Budi kaget karena Ana menulis "Are we officially?". Budi dengan senangnya menjawab "Iya". Itu adalah 1 kata yang sangat dinanti Ana, akhirnya mereka berpacara.

Mereka merasa senang sekali, tapi itulah awal kesalahan besarnya.

Mereka layaknya anak muda berpacaran, nonton bioskop, jalan-jalan, makan berdua, ngobrol bareng orang tua, hal ini tak bertahan lama. Ana ditugaskan di negara lain selama 1 tahun, mereka sedih tapi tak bisa apa-apa. Mereka hanya sadar kalau tidak akan bertemu dalam waktu lama, tapi mereka tidak sadar kalau itu adalah bentuk sayang Allah pada mereka. Mereka dipisahkan agar tak mengulangi pacaran yang sudah jelas dilarang, tapi mereka mengabaikan.

Waktu berjalan, mereka tetap berpacaran, saling telpon, video call dll. Tapi Allah tetap sayang dengan mereka, mereka diingatkan kembali dengan ilmu agama yang sering mereka liat di channel youtube. Sadar mereka terjaga akan salah yang diperbuat tapi tetap tidak diungkapkan. Sampai akhirnya setelah Budi berulang tahun, Budi mengirim email dengan pertanyaan "Menurut kamu pacaran itu gimana sih?"
Pertanyaan yang sulit dijawab Ana, karena Ana tau maksudnya dan tak tau harus gimana.
Ana mengungkapkan "Gimana kalau kita memperbaiki diri masing-masing dulu?"
Budi yang mulai bingung, dalam sela bingungnya, Budi tergoda rayuan setan agar tetap berpacaran. Ana pun mengiyakan niat Budi.

Allah menunjukan sayangnya kembali, Budi diingatkan dengan sakit kepala, maag, dada sakit, susah tidur, itu adalah cara-Nya mengingatkan budi agar berpikir ulang kalau yang Budi pilih sudah salah. Hanya 5 hari, mereka akhirnya putus berpacaran.

Mereka merasa lebih tenang setelah putus, karena mereka sadar kalau telah memaksakan sesuatu yang salah. Walaupun ada niat untuk menikah, mereka tidak mau mengawali ibadah yang sangat besar itu dengan suatu kesalahan.
Karena suatu yang diawali dengan yang salah, akhirnya tidak pernah baik.

Menikah tanpa pacaran lebih baik, jadikan pernikahan sebagai ibadah, gantungkan semua haparan dan permintaan kita kepada-Nya, hasil nya pasti lebih baik.

Berhentilah berpacaran sebelun menikah teman-teman, efek nya luar biasa sekali, bisa merusak iman, sifat, sikap dan orang tua kita pun mendapatkan hukuman karenanya.

Jika sudah siap, menikahlah.
Jika belum siap, berpuasalah, isi dengan kegiatan positif.
Jika masih pacaran sebelum menikah, ingatlah orang tua mu yang menanggung dosa karena tindakanmua.
Ingatlah orang tua mu yang membesarkanmu.
Pacar bisa pergi kapan saja, tapi orang tua tak akan meninggalkan anaknya.

Berhentilah berpacaran sebelum menikah.

Assalamu'alaikum
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.4K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan