Orang RI Beneran Irit Belanja atau Memang Tidak Ada Uang?
TS
aghilfath
Orang RI Beneran Irit Belanja atau Memang Tidak Ada Uang?
Spoiler for Orang RI Beneran Irit Belanja atau Memang Tidak Ada Uang?:
Quote:
Jakarta - Memasuki kuartal I tahun ini, konsumsi masyarakat dinilai masih lemah. Hal ini diduga karena masyarakat masih menunda belanja atau pembelian barang. Sehingga lebih memilih untuk menyimpan dana.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) konsumsinya rumah tangga hanya tumbuh 4,93% atau turun dari periode yang sama tahun sebelumnya, yang sebesar 4,97%.
"Untuk konsumsi memang masih lebih rendah dari perkiraan, tapi memang trennya seperti itu, banyak yang menahan diri atau wait and see dari ketidakpastian. Bukan uangnya tidak ada ya," ujar David saat dihubungi detikFinance, Minggu (7/5/2017)
Dia juga menyebutkan, laju kredit kuartal I tahun ini masih lemah dan spending di kalangan menengah atas masih lambat. Sedangkan untuk kelompok pendapatan menengah ke bawah sudah terlihat lebih baik.
David menyebutkan, memasuki kuartal II dan seterusnya konsumsi akan lebih baik. Karena sentimen dari dalam negeri dan luar negeri akan membaik.
Menurut dia, ini juga berlaku untuk durable goods seperti mobil, motor, rumah yang masuk ke investasi dan konsumsi jangka panjang. "Itu kelihatannya masih lemah, tapi ini hanya pola musiman saja," ujarnya.
Berdasarkan data BPS pertumbuhan tabungan mencapai 9,14%. Sepanjang Maret 2017, pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas M2 mencapai Rp 5.017 triliun atau tumbuh 10% dibandingkan periode Februari yang hanya tumbuh 9,2%.
Mengutip data uang beredar Bank Indonesia (BI) meningkatnya pertumbuhan M2 bersumber dari komponen uang kuasi atau yang lebih dikenal dengan simpanan berjangka dan tabungan serta giro yang tumbuh
jadi 8,6% dibandingkan periode bulan lalu 7,3%.
Kemudian dana pihak ketiga (DPK) yang tersimpan di perbankan mencapai Rp 4.780,2 triliun tumbuh 9,8% dibandingkan periode Februari Rp 4.719,5 triliun. Ini termasuk simpanan rupiah maupun valuta asing.
Posisi surat berharga selain saham tercatat tumbuh 33,1% tumbuh dibandingkan bulan sebelumnya 6,1%. Sementara itu, peredaran uang kartal dan giro rupiah tercatat melambat jadi Rp 1.196 triliun atau turun dari pertumbuhan sebelumnya 15.5%.
Sebentar lagi puasa dan lebaran, banyak yg menahan diri dan mengurangi tingkat konsumsi mengingat sepanjang puasa dan lebaran pasti pengeluaran mereka bisa rata2 dua kali dari bulan normal