Kaskus

News

everesthomeAvatar border
TS
everesthome
Sekolah di Jawa Tengah Perketat Pengawasan Aliran Radikal
Sekolah di Jawa Tengah Perketat Pengawasan Aliran Radikal
selasa, 02 Mei 2017 | 12:35


Semarang - Sekolah menengah pertama (SMP) dan atas (SMA) di Provinsi Jawa Tengah telah diinstruksikan untuk memperketat pengawasan terhadap masuknya aliran dan pemahaman radikal ke lingkungan sekolah dan anak didik. Hal itu dilakukan dengan penerapan School Based Management (manajemen berbasis sekolah/MBS).

"Dengan MBS, kepala sekolah dan guru dapat memperketat pengawasan terhadap kegiatan anak didik di sekolah, termasuk memperketat kegiatan anak di sekolah, jangan sampai dimasuki oleh pengaruh negatif dari luar, termasuk pemahamahan radikal," ujar Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Gatot Bambang Hastowo kepada SP di Semarang, Selasa (2/5).

Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggung jawab) lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/ keluwesan keluwesan kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dan sebagainya), untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dengan otonomi tersebut, sekolah diberikan kewenangan dan tanggung jawab untuk mengambil keputusan-keputusan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan tuntutan sekolah serta masyarakat atau stakeholder yang ada.

Gatot mengatakan, dengan MBS, kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dapat menangkal masuknya paham atau aliran radikal ke sekolah. Mereka dapat mengawasi kegiatan anak-anak didiknya. Termasuk mengawasi kegiatan siswa yang melibatkan atau mengundang pihak dari luar.

"Kepala sekolah atau wakil kepsek bidang kesiswaan dapat menyeleksi siapa tokoh yang diundang, apa bentuk kegiatannya, dll. Sehingga dapat menangkal sejak dini, masuknya pengaruh negatif dari luar terhadap siswa di sekolah," tegas Gatot.

Sementara itu menanggapi survei aktivis Rohis (Kerohanian Islam) yang mengidolakan tokoh agama radikal/berhaluan keras, Ketua Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Semarang Tedi Kholiluddin mengatakan, survei yang dilakukan Balitbang Kementerian Agama itu dipengaruhi oleh gencarnya pemberitaan media sosial terkait maraknya aksi unjukrasa menjelang Pilkada DKI.

"Pengidolaan tokoh agama radikal itu bisa diakibatkan gencarnya pemberitaan media sosial maupun media mainstream terkait aksi unjukrasa menjelang Pilkada DKI," demikian Tedi.


Menurut Tedi, para aktivis Rohis yang notabene adalah anak-anak muda bisa terpengaruh karena mereka adalah anak-anak muda yang tengah bertumbuh pemikirannya dan membutuhkan figur hero dalam diri mereka. Sehingga tanda disadari, tokoh-tokoh yang dianggap hero itu adalah tokoh yang beraliran keras atau radikal. Bukan tokoh agama yang berpandangan sejuk.

sumber

Ternyata banyak anak sekolah di daerah-daerah ikut Kesurupan Jin Item 212. emoticon-Leh Uga
Diubah oleh everesthome 03-05-2017 14:59
0
669
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan