AMSI Desak Penyebar Hoax Ditindak Tegas

Jakarta - Aliansi Media Siber Indonesia (AMSI) mengecam keras aksi penyebaran informasi hoax yang masih marak belakangan ini. Selain itu, pelaku penyebar juga diminta agar ditindak tegas.

"AMSI mengecam keras para pembuat dan penyebar hoax dan mendesak penegak hukum menindak tegas. Selain, terutama merusak keadaban publik, menipu publik, hoax ini secara nyata juga menjatuhkan nama baik siapa saja," kata Ketua Presidium AMSI Wenseslaus Manggut dalam keterangan tertulis, Senin (1/5/2017).

Tak semua pengguna internet mengecek ulang kebenaran informasi yang beredar. Sebagian dari mereka memilih untuk langsung menyebarkannya dan akhirnya viral.

"Para penyebar hoax ini mensasar siapa saja, termasuk media massa, yang para pengelolanya
bekerja berdasarkan tata kerja jurnalistik yang benar, sesuai Undang-undang No 40 Tahun 1999 Tentang Pers, dan patuh terhadap kode etik jurnalistik," tutur Wenseslaus.

Wenseslaus mencontohkan, informasi hoax baru-baru ini menimpa portal berita cnnindonesia.com pada Minggu (30/4) kemarin. Marak beredar postingan: Tertipu Hutang Karangan Bunga untuk Ahok Rp 1,3 Miliar, Pemilik Lucky Florist, Feriyanto (32) Mengaku Kecewa.

Postingan yang dipalsukan atas nama CNN Indonesia itu ramai dibagikan, termasuk oleh beberapa tokoh, dikomentari, dan menjadi viral di media massa.

"Padahal media yang menjadi salah satu pendiri AMSI ini, sama sekali tidak pernah menulis berita seperti itu, juga tidak pernah mendistribusikan konten seperti itu di media sosial apapun. Nama baik dan reputasi media itu secara nyata telah ditunggangi untuk menyebarkan hoax, memanasi situasi, yang pada gilirannya bisa merusak kredibilitas media itu," jelasnya.

Sebelumnya, kejadian serupa menimpa media Republika. Kala itu penyebar Hoax, mendompleng nama Republika, menyebarkan berita bahwa Presiden ketiga RI BJ Habibie meninggal dunia.

"Nama baik dan reputasi kedua media itu secara nyata telah ditunggangi untuk menyebarkan hoax, memanasi situasi yang pada gilirannya bisa merusak kredibilitas kedua media itu dan dunia jurnalistik pada umumnya," tutur Wenseslaus.

"Para penegak hukum bisa bekerja sama dengan organisasi media, Dewan Pers, Manajemen Facebook, Twitter, Google, dan Masyarakat Anti Hoax, demi mengusut dan meredam peredaran hoax di tengah masyarakat," tutupnya.
(rna/fai)
https://news.detik.com/berita/d-3488...ditindak-tegas

Darimana datangnya lintah? Dari sawah turun ke kali.
Darimana datangnya fitnah? Dari PKShit yang gak punya hati.

Mau tahu apa yang lebih cepat dari seberkas cahaya? Serangan pasukan Like, Aamiin, dan Share! Mereka tanggalkan otak, berlindung dengan kedok agama, maka junjungannya langsung keluar cahaya. Bahkan saat diperingatkan untuk shalatpun, ada yang mempertanyakan : Allah nyuruh shalat, Allah shalat kagak?

Ada baiknya memang situs-situs berita abal-abal macam portalpiyungan dan metropos.com diberangus dan diangkut para awak medianya. Mereka -mereka ini kebanyak berlindung dan dilindungi oleh oknum-oknum petinggi partai yang berseberangan dengan pemerintah. Mereka ibarat anjing-anjing geladak yang siap menyalak kapanpun mereka mau, ataupun kapanpun titah keluar. Dan begitu para pemegang kepentingan terancam keberadaannya, maka False Flag Operation pun berjalan : Gak kenal!

Memang, di dunia ini, yang sangat mudah untuk dilakukan adalah nyinyir! Gak perlu otak, gak perlu tenaga, tinggal modal bacot, selesai. Yang paling mudah untuk dilakukan adalah memfitnah. Gak perlu peduli dengan orang lain, gak perlu takut dosa, asal dibungkus dengan agama, maka itu menjadi halal! Begitu yang selalu ada dibenak mereka para pelaku hoax dan dan orang yang doyan nyebar fitnah.

Dengan alasan membela agama, maka agama ummat lain menjadi santapan caci maki dan hinaan, seolah-olah mereka memang hidup ditakdirkan hanya untuk menjalankan hal itu. Seolah-olah mereka mendapat pahala dari apa yang mereka kerjakan. Seolah-olah Nabi mereka mengajarkan hal itu. Padahal bagi orang-orang yang mau berfikir, belum tentu pelakunya adalah orang yang beragama. Bisa jadi mereka adalah Agnostik atau Atheis.

Lantas siapa saja yang suka menyebarkan hoax? Siapapun juga, gak mengenal strata. Dari orang yang paling dongo yang gampang dikibulin, yang gampang disetir atas nama agama, sampai orang yang menyandang S3. Dari ABG-ABG alay yang doyan ngewarnet sampai artis dan politikus. Apa yang melatari? Kesombongan! Hanya kesombongan. Manusia-manusia bodoh itu merasa hebat, merasa berguna, merasa lebih dibanding yang lain, seolah-olah dengan menyebar berita bohong atau berita yang belum tentu benar itu, mereka sudah menyebarkan kebaikan. Buat siapa? Buat kaumnya sendiri! Menjadi bahan untuk bergossip. Lantas apa yang mereka lakukan andai ternyata apa yang mereka sebar itu hanya hoax? Oh, mereka tak peduli. Jangan tanya rasa malu. Jangan tanya nurani. Mereka gak punya empati. Seperti kentut, begitu keluar, peduli anjing pada mereka yang terganggu karena bau busuknya. Mereka pura-pura bego seperti tak berbuat atau melakukan.

Silakan serang kelompok yang berseberangan dengan opini. Silakan giring kelompok yang dimauinya dengan opini. Tapi tetap harus berdasarkan pemikiran yang realistis, bukan omong kosong, bukan fitnah, bukan hoax. Akan tetapi jika berulangkali hanya itu-itu saja yang keluar dan dilakukan oleh orang yang itu-itru saja, artinya dia memang bodoh! Memang hanya itu kemampuannya, kelas kroco!

Dan apa saja di Indonesia soal hoax dan fitnah yang mudah buat disebar dan banyak peminatnya?
Coba sebar isu kafir, komunis, antek asing, cina, penista agama, koruptor, maka dengan secepat kilat semua akan tersebar merata.
Lantas apa yang dijadikan baju kebesaran untuk menutupi kebusukan mereka? Gampang. Ada Pancasila, ada Agama.

Dan kita sama-sama tahu, agama mana yang justru dihinakan dengan kelakuan manusia-manusia laknat penyebar hoax dan fitnah ini. Dan nampaknya mereka tak pernah sadar, bahwa merekalah penista agama sesungguhnya. Pengikut Dajjal Laknatullah.