Kala itu, para biarawan asal Italia membuat kudapan khusus yang mereka suguhkan untuk para murid.

Saat mengolah adonan, mereka sengaja memplintir seperti lengan yang disilangkan. Pada saat itu, menyilangkan tangan adalah sikap tradisional untuk berdoa.

Seiring berjalannya waktu, kebiasaan mengonsumi pretzel pun mulai menyebar hingga ke seluruh daratan Eropa. Bahkan, beberapa negara mulai memberikan modifikasi-modifikasi khusus seperti tiga lubang yang dipercaya mewakili Tritunggal Mahakudus yakni, Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

Berbicara soal teknik pengolahannya, para biarawan membuat pretzel dari bahan-bahan sederhana yakni campuran air, tepung, dan sedikit garam. Mereka kemudian memanggang adonan hingga lemut dan licin seperti olahan pretzel masa kini.

Pada awalnya, pretzel juga sering disebut “bracellae”, atau dalam bahasa latin dikenal dengan sebut “little arms” yang berarti senjata kecil. Orang Jerman lebih senang menyebut hidangan lezat ini dengan kata “bretzel”.

Tidak hanya itu, pretzel dipercaya sebagai simbol keberuntungan, kemakmuran, dan pemenuhan spiritual. Hidangan ini juga sering didistribusikan untuk para kaum dhuafa.

Menurut sebuah sumber, pretzel juga berkontribusi penuh dalam menggagalkan serangan Turki Ottoman ketika hendak menginvasi Vienna, Austria, pada 1510. Cerita ini bermula ketika seorang biksu yang tengah memanggang pretzel di ruang bawah tanah sebuah vihara, mendengar bahwa pasukan Turki Ottoman telah mendekati Kota Vienna.

Tanpa pikir panjang, ia segera memperingatkan seluruh kota, dan segera membantu pasukan Austria untuk membendung serangan Turki. Sebagai penghargaan, Kaisar Austria memberikan sebuah jubah kebesaran kepada biksu tersebut.

Pada abad ke-17, makna pretzel sedikit bergesar karena dipercaya melambangkan cinta abadi. Kejadian ini bermula ketika pasangan kerajaan asal Swiss menggunakan pretzel dalam upacara pernikahan mereka.

Berdasarkan sebuah rumor, makanan berbentuk simpul ini digunakan para kaum Pilgrim sebagai nilai tukar ketika bertransaksi dengan penduduk asli Amerika yang mereka temui di New World. Para imigran Jerman juga membawa pretzel saat mereka mulai menetap di Pennsylvania sekitar 1710.

Tak selang berapa lama kemudian, tepatnya pada 1861, Julius Sturgis mendirikan toko roti pretzel pertama di kota Lititz, Lancaster County, Pennsylvania. Sturgis pula yang berhasil menemukan varian pretzel terbaru dengan ciri khas tekstur keras dan renyah. Resep tersebut ia dapatkan ketika tidak sengaja memanggang adonan pretzel terlalu lama.

Pada tahun 1930an, pretzel masih diproduksi dengan cara tradisional dengan tangan. Sampai pada 1935, sebuah perusahaan bernama Reading Prezel Machinery Company meluncurkan sebuah mesin pembuat pretzel otomatis pertama di dunia. Mesin ini memungkinkan para pengusaha roti memproduksi 245 pretzel sekaligus dalam waktu 1 menit.