deedeecaniagoAvatar border
TS
deedeecaniago
Via Ferrata, Panjat Tebing Part-3 : The Climbing
Panjat Tebing Via Ferrata Part-3 : The Climbing

The climbing Part-1.

Kegiatan memanjat ini dimulai dengan Kang Ajo yang memimpin di depan, di ikuti oleh Amica yang paling atas, lalu Ami dan saya di urutan ketiga. Kenapa segitu napsunya pengen duluan? Udah enggak sabar gilaaaaa ! hahaha. Pas tiba giliran saya, saya perhatikan tebingnya sekali lagi. Dindingnya kering, tidak licin, tingkat kemiringan 90 derajat dan lurus ke atas. Perfecto!

5 langkah pertama lumayan agak sulit, karena belum banyak tambang besi nya, jadi untuk bisa naik ke tebingnya, selain harus menginjak ke tebing dengan menggunakan tangga besi, kami harus menggunakan tali sejenis kanvas untuk berpijak, dan jarak satu besi ke besi lainnya masih agak renggang dan jauh. Di awal tanjakan ini sedikit kesulitan bergerak dan harus extra hati2 juga pelaaaann sekali langkahnya. Tapi setelah melewati tahap ini dan menginjak tangga besi berikutnya, gerakan memanjat ini menjadi jauh lebih mudah karena jarak dari satu tangga ke tangga besi berikut nya lumayan dekat.

Di beberapa meter pertama, saya masih menggunakan cara pertama yaitu mengaitkan satu carabiner ke tangga besi dan satu carabiner ke tali tambang baja. Tapi lama2 pegel karena setiap kali mau naik satu tangga, saya ahrus manual mindahin carabiner satu persatu ke atas. Kemudian saya mulai mengguakan cara kedua, kedua carabiner saya kaitkan ke tambang baja, sehingga saya tidak perlu sibuk memindahkan kaitan setiap kali mau naik. Ah, cara ini memudahkan dan menghemat waktu dan tenaga saya.

Kloter pertama yaitu Amica, Ami, saya, Ela, Vita dan Ado sudah sampe di suatu ketinggian sekitar 30 meter ketika kang Ajo meminta kami semua untuk beristirahat. Saya pun mengakitkan kedua carabiner saya dan balik badan menyenderkan punggung ke belakang dan melihat horizontal pemandangan kebawah dari atas, mendadak saya panik, aaaaarrrgggggghh…30 meter itu kalau mendatar tidak terasa jauh, kenapa ketika 30meter dengan tingkat kemirinan 90 derajat mendadak menjadi tinggi sekaliiiiiii ? saya susah napas, mendadak pusing dan berkunang2. Amica, Ami dan Ela dan Ado kayaknya tenang2 aja, tapi si Vita doooong, mulai teriak2 berisik “takut, takut, takuuuuutttt !!!” Untung jarak saya dan Vita dipisahkan oleh Ela, sehingga Vita enggak jadi saya toyor kepalanya. Bikin tambah panik aja!

Biarpun saya juga agak takut, tapi kami semua termasuk saya berusaha menenangkan Vita. Kami menyemangati dia untuk tetap melanjutkan perjalanan. Karena sayang aja, udah capek2 dan jauh2 6 jam kesini, kok nyerah? Akhirnya Vita menjadi lebih tenang. Di titik ini, kang AJo mulai mendokumentasikan kami satu persatu di ketinggian ini. Dia meminta kami pose dengan melepaskan kedua belah tangan. Yeah rite, tidak satupun dari kami yang berani lepas tangan. Udah gila kali ya ini Ajo, pikir saya. Berusaha keliatan enggak takut di photo aja udah bagus banget, ini lagi suruh lepas tangan. Enggak liat apa ya dia, kaki kita udah pada gemeteran gini? Mikirin maish ada sekitar 120 meter lagi yang akan di panjat membuat saya menjadi lemas. Apalagi sempet kepikiran, ini besi yang di cor dan ditancapkan ke tebing apa udah save ya? Apakah dia bisa menyangga tubuh kita yang berat ini? Nggak bakalan copot kan ya? Etc etc. Tapi obsesi untuk mendapatkan photo bagus di ketinggian dan tingkat kenarsisan yang tinggi mengalahkan rasa ketakutan dan malah membuat saya semangat kembali untuk memanjat. Setelah cukup istirahat, minum dan photo2 awal, kami pun melanjutkan perjalananan.

The climbing Part-2

Panjat tebing ini dilanjutkan ke ketinggian berikutnya. Makin lama makin percaya diri dan lebih lincah. Kecepatan memanjat menjadi lebih advance, jadi lebih cepat dan badan serasa lebih ringan. Tau2 nya udah di ketinggian 100meter aja. Cieeeehhh gueeeee.

Kami istirahat di sebuah goa kecil dan di spot ini, kang Ajo turun, katanya mau membantu 1 peserta dari Bandung yang bermasalah dengan tasnya, rupanya tas dia kegedean, sehinga setiap kali dia manjat, ranselnya kedodoran dan hampir lepas melulu dari badannya.

Sekarang gantian mas Bondan yang menemani kami mulai mengambil photo2 kami. Disini kami juga diminta untuk photo dengan lepas tangan, tapi kali ini ada tambahan masukan yang diberikan oleh sang guide sekaligus instructor. Dia bilang “tenang aja, lepasin aja tangan nya, kalian harus percaya kepada alat dan kepada kami”, akhirnya kata2 itu lah yang membuat saya akhirnya pasrah. Dengan berserah diri sepenuhnya kepada Sang Pencipta (when it’s time for you to die, you will die no matter how and why), percaya 100 persen sama alat dan pemandu, akhirnya pelan2 saya melepaskan tangan. Tapi enggak segampang itu juga sih.

Pertama2 masih pegangan kencang ke harness nya, kemudian mencoba melepaskan satu tangan, kedua tangan, eh begitu dua tangan ini lepas, secara spontan dua tangan ini memeluk harness erat2 lagi. Takut boooo…!!! easier said than done. Coba lagi satu tangan lepas, sekitar beberapa menit kemudian,AKHIRNYA kedua tangan ini bisa lepas juga. Tapi pas di photo, muka keliatan jelek banget, keliatan banget enggak rilexnya dan tampak amat sangat ketakutan. Enggak ada keren2nya sama sekali, hahahha. Coba lagi berkali2 hingga nyali terkumpul, akhirnya bisa photo lepas tangan dalam keadaan (terlihat) santai. Eh makin lama makin ngelunjak, malah kecentilan sampe bikin pemandu nya (kayaknya) eneg liat kelakuan eikeh, haha.

Setelah puas photo2, kami duduk di goa pertama, isitrahat disana sambil tunggu teman2 lain pada naik ke atas dan tiba di spot kami. Sampe disini haus banget. Saya minum banyak sekali, istirahat sekalian mengembalikan tenaga yang sudah mulai lelah.

The climbing Part-3.

Rombongan kloter kedua belum terlihat, sementara rombongan kloter pertama lanjut naik lagi ke ketinggian yang lebih atas lagi, tapi kali ini rutenya mulai asal, suka suka tebingnya aja. Enggak cuma lurus ke atas, tapi miring2 ke kanan ke kiri enggak jelas.

Jadi selain menanjak ke atas, kami juga harus memepetkan diri karena tangga besinya bergeser dari ke atas menuju ke samping, ke kanan bawah, naik, turun lagi, dan sekarang baru berasa jadi cicak2 di dinding. Tentu saja saya kali ini tidak berani melihat ke bawah. Kapok.

Kami terus bergeser ke samping hingga mas Bondan nya bilang bahwa kami sudah tiba di ketinggian 150 meter dan bisa ber istirahat di goa kedua sambil menunggu seluruh anggota rombongan tiba. Di goa tersebut kami photo2 dengan berbagai gaya, nah, di ketinggian 150 meter inilah, akhirnya saya menjadi lebih relax dan sudah berani melepaskan kedua tangan tanpa beban untuk dapetin photo yang bagus.

Apalagi melihat gayanya kang Ajo yang lincah motretin kita dengan gaya nya dia yang lebay pamer2 jungkir balik kesana kemari dengan ringan nya, lepas tangan dengan bebasnya - yang akhirnya menambah kepercayaan diri saya. Saya sempet mikir, jangan2 Kang Ajo itu sebenernya Spiderman yang lagi nyamar. Tapi begitu liat hidungnya Kang Ajo yang pesek, saya yakin dia bukan Spiderman.

Seluruh anggota rombongan tiba, kami bergeser ke goa berikutnya, hingga ke goa ketiga atau terakhir dimana goa tersebut merupakan lokasi finishing atau persiapan rappelling turun ke bawah. Disini saya meneguk minuman terakhir. Idih, air abis ! waduh, gimana iniii ? Beginilah resiko enggak mau bawa botol gede, jadi sampai di atas, airnya habis. Jangan ditiru ya teman temaaaan..daripada kalian nanti dehidrasi! Untungnya udara mulai mendung, tidak terasa panas nya, jadi tidak terlalu terasa hausnya.

Di lokasi goa ketiga ini seru banget. Selain lokasi ini merupakan lokasi puncak alias lokasi paling tinggi via ferrata untuk pilihan biaya segitu, selain duduk2 santai, kami bisa photo2 narsis DAN LANGSUNG UPLOAD, karena DI PUNCAK GUNUNG PARANG ADA AKSES INTERNET !!! Vita yang paling berisik tereak2 dan sering mewek2 manja aja mendadak langsung lupa sama takutnya karena dia langsung posting photo andalan di semua social media (facebook, instagram, path, you name it) kalau dia lagi di puncak gunung parang. Semua dunia harus tau! Ih Norak! *padahal sumpah mati saya iri karena nggak ada hape atau kamera. Ini gegara celana selutut saya kantongnya sempit dan enggak muat untuk taro hape saya yang segede batako itu, jadi saya harus menitipkan hape sama ke guide nya. Akhirnya nyesel banget deh enggak bisa photo2 narsis dan upload photo pake hape sendiri. Yes, penyesalan emang selalu datang belakangan, kalau di awal, namanya pendaftaran, ya kaaaann ?

...to be continued to the next page....




















0
1.6K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan