- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Keberagaman, Rasisme, dan Belajar dari Kememangan Seorang Donald Trump


TS
mufiapyscho
Keberagaman, Rasisme, dan Belajar dari Kememangan Seorang Donald Trump
Tentunya tidak-lah hal yang asing bahwa negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki banyak keanekaragaman baik dari segi alamnya maupun kehidupan sosialnya. Namun belakngan ini terjadi suatu chaos yang tidak nampak dimana satu sama lain saling tuduh menuduh rasis atau tidak. Hal ini tentu tidaklah baik bagi dinamika kebangsaan kita.
Di sini saya kan menceritakan suatu fenomena yang hampir sama dengan yang sekarang terjadi di Indonesia, terutama dengan akhirnya kita bisa belajar mengapa seorang Donald Trump bisa terpilih menjadi seorang presiden Amerika Serikat.
Di abad ke-21 ini tentu yang dinamakan akan suatu hidup berdemokrasi, kesetaraan sosial, dan sejenisnya menjadi suatu hal yang terus digalakkan, baik secara tujuan aktivis ataupun politik. Nampak terlihat hal yang sangat bagus, namun tidaklah dpata dipungkiri hal ini bisa menjadi pedang bermata dua.
Seperti yang kita ketahui, sebelum digalakkan terori akan piagam kemanusiaan atau lebih formalnya lagi Hak Asasi Manusia, selalu yang ada dalam setiap kehidupan sosial di setiap bangsa dunia adalah yang mayoritas yang menang, yang mayoritas menindas. Hal ini tentu menjadi suatu trauma sosial bagi beberapa kelompok sosial yang pernah merasakan penderitaan tersebut. Tidak aneh sehingga timbul suatu persepsi umum yang digenerasikan (yang di turun temurunkan) bahwa pihak mayoritas adalah pihak penindas, pihak yang selalu melakukan kegiatan rasis.
Persepsi ini sudah pernah terjadi, apakah disini ada agan agan yang mengenal gerakan BLM (Black Lives Matter)? Yak BLM adalah suatu gerakan aktivis sosial yang memperjuangkan hak hidup kaum kulit hitam di Amerika Serikat. Gerakan ini terjadi akibat penembakan terhadap pemuda kulit hitam bernama Trayvon Martin oleh seorang kulit putih yang tidak sepenuhnya berkulit putih (karena memiliki darah hispanik) bernama George Zimmerman tahun 2012. Akibat persepsi umu yang ada, maka timbul suatu trauma sosial akan kekhawatiran bangkitnya superioritas kulit putih, padahal yang sebenarnya terjadi Zimmerman hanya melindungi diri akibat Trayvon menerobos rumahnya secara paksa. Setelah kejadian itu terjadi demonstrasi besar besaran oleh pegiat kulit hitam dan kaum liberal untuk memprotes hal tersebut. Namun kembali yang terjadi demo demo tersebut acap kali dibumbui kerusuhan dan penjarahan.
Lalu terjadi kembali di tahun 2014 dimana terjadi penembakan terhadap kulit hitam bernama Michael Brown oleh seorang polisi kulit putih bernama Darren Wilson. Kembali akibat persepsi umum yang tada, terjadi kembali demo besar besaran memperotes penembakan tersebut. Namun fakta menjelaskan bahwa Michael Brown tertangkap merampok sebuah toko dan polisi terpaksa melakukan penembakan karena Brown melakukan perlawanan.
Hal yang sama terjadi di Eropa. Akibat terjadinya pernag yang tak kunjung usai di Timur Tengah, maka terjadi serbuan besar besaran pengungsi dari Timur Tengah. Kekagetan sosial akibat perbedaan kultur timur tengah dan Eropa akhirnya menimbulkan banyak kejahatan yang diakibatkan oleh para pengungsi. Yang akhirnya menimbulkan persepsi dari sebagian masyarakat Eropa bahwa Islam itu berbahaya yang pada kenyataanya bahwa kejahatan itu dilakukan oleh orang-orang Arab bukan semua Islam. Sehingga muncullah berbagai krjahatan rasial baru terhadap semua yang berbau arab dan Islam dari masyrakat setempat. Tentu hal ini langsung dilawan oleh para pegiat liberal, namun praktek yang dilakukan juga salah karena dimunculkan suatu persepsi bahwa mayoritas yang menindas minoritas akibat hanya menelisik dari kejadian yang ada di masa lalu. Akibatnyayang ada bila ada sesorang dari minoritas kelihatan tertindas sedikit saja, maka akan langsung dilindungi, sebaliknya bila ada seseorang dari mayoritastertindas maka tidak perlu dilindungi. Sikap ini dinamakan sebagai Social Justice Warrior.
Kebangkitan kaum Populis Baru, Alternative Right (Alt-Right)
Kejadian-kejadian tersebut akhirnya menimbulkan suatu persepsi yang baru lagi di negara negara barat. Persepsi tersebut adalah “Jika anda berkulit putih, anda telah bersalah. Jika anda lahir sebagai kulit putih, menyesalah.” Sehingga ketika seseorang selain berkulit putih menyatakan bangga terhadap rasnya, dia tidak apa-apa, malah akan disemangati, tetapi bila dia menyatakan bangga berkulit putih, maka dalam sekejap akan dicap sebagai orang yang rasis.
Menanggapi hal seperti ini, muncul suatu kelompok baru yang bernama Alternative Right (Alt-Right). Mereka adalah kelompok yang menentang hal ini, mereka pada dasarnya menganggap bahwa liberalisme telah kebablasan. Terdengar bagus, namun perilaku mereka tidaklah berbeda dengan yang dilawan mereka. Kelompok Alt-Right terlihat terlalu ekstrim juga perilakunya karena demi membendung hal-hal yang dilawan mereka, mereka juga melakukan hal yang sama ekstrimnya juga. Sebagai contoh nyata adalah terpilihnya Donald Trump deengan retorika persespi muslim adalah teroris dan hispanik mencuri pekerjaan rakyat Amerika Serkat.
Hubungan yang ada dengan Indonesia
Saat ini kita perlu belajar dengan yang telah terjadi di Negara Barat. Sudah terjadi persepsi umum seperti yang terlah dijelaskan seperti ketika sesorang bangga menjadi pribumi Indonesia, maka akan di cap rasis oleh beberapa kelompok, namun bila sebaliknya maka tidak akan. Atau ketika mayoritas melakukan kegiatan sesuai ajaran budaya dan agama mayoritas, maka akan langsung dicurigai. Namun ketika minoritas menghina mayoritas maka akan dianggap angin berlalu oleh sebagian orang. Kita haruslah dapat saling mendukung, bukan saling menunduh akibat suatu persepsi. Bangsa ini haruslah menjadi bangsa yang melindungi minoritas, DAN minoritas menghormati mayoritas. Jangan sampai timbul suatu pandangan yang hanya saling bersebelah pihak antar kelompok sosial. Saat pandangan persepsi itu muncul, maka jam kehancuran negara ini telah dimulai tanpa disadari oleh kita semua.
salam damai
Di sini saya kan menceritakan suatu fenomena yang hampir sama dengan yang sekarang terjadi di Indonesia, terutama dengan akhirnya kita bisa belajar mengapa seorang Donald Trump bisa terpilih menjadi seorang presiden Amerika Serikat.
Liberalisme Kebablasan dan SJW Culture
Di abad ke-21 ini tentu yang dinamakan akan suatu hidup berdemokrasi, kesetaraan sosial, dan sejenisnya menjadi suatu hal yang terus digalakkan, baik secara tujuan aktivis ataupun politik. Nampak terlihat hal yang sangat bagus, namun tidaklah dpata dipungkiri hal ini bisa menjadi pedang bermata dua.
Seperti yang kita ketahui, sebelum digalakkan terori akan piagam kemanusiaan atau lebih formalnya lagi Hak Asasi Manusia, selalu yang ada dalam setiap kehidupan sosial di setiap bangsa dunia adalah yang mayoritas yang menang, yang mayoritas menindas. Hal ini tentu menjadi suatu trauma sosial bagi beberapa kelompok sosial yang pernah merasakan penderitaan tersebut. Tidak aneh sehingga timbul suatu persepsi umum yang digenerasikan (yang di turun temurunkan) bahwa pihak mayoritas adalah pihak penindas, pihak yang selalu melakukan kegiatan rasis.
Persepsi ini sudah pernah terjadi, apakah disini ada agan agan yang mengenal gerakan BLM (Black Lives Matter)? Yak BLM adalah suatu gerakan aktivis sosial yang memperjuangkan hak hidup kaum kulit hitam di Amerika Serikat. Gerakan ini terjadi akibat penembakan terhadap pemuda kulit hitam bernama Trayvon Martin oleh seorang kulit putih yang tidak sepenuhnya berkulit putih (karena memiliki darah hispanik) bernama George Zimmerman tahun 2012. Akibat persepsi umu yang ada, maka timbul suatu trauma sosial akan kekhawatiran bangkitnya superioritas kulit putih, padahal yang sebenarnya terjadi Zimmerman hanya melindungi diri akibat Trayvon menerobos rumahnya secara paksa. Setelah kejadian itu terjadi demonstrasi besar besaran oleh pegiat kulit hitam dan kaum liberal untuk memprotes hal tersebut. Namun kembali yang terjadi demo demo tersebut acap kali dibumbui kerusuhan dan penjarahan.
Lalu terjadi kembali di tahun 2014 dimana terjadi penembakan terhadap kulit hitam bernama Michael Brown oleh seorang polisi kulit putih bernama Darren Wilson. Kembali akibat persepsi umum yang tada, terjadi kembali demo besar besaran memperotes penembakan tersebut. Namun fakta menjelaskan bahwa Michael Brown tertangkap merampok sebuah toko dan polisi terpaksa melakukan penembakan karena Brown melakukan perlawanan.
Hal yang sama terjadi di Eropa. Akibat terjadinya pernag yang tak kunjung usai di Timur Tengah, maka terjadi serbuan besar besaran pengungsi dari Timur Tengah. Kekagetan sosial akibat perbedaan kultur timur tengah dan Eropa akhirnya menimbulkan banyak kejahatan yang diakibatkan oleh para pengungsi. Yang akhirnya menimbulkan persepsi dari sebagian masyarakat Eropa bahwa Islam itu berbahaya yang pada kenyataanya bahwa kejahatan itu dilakukan oleh orang-orang Arab bukan semua Islam. Sehingga muncullah berbagai krjahatan rasial baru terhadap semua yang berbau arab dan Islam dari masyrakat setempat. Tentu hal ini langsung dilawan oleh para pegiat liberal, namun praktek yang dilakukan juga salah karena dimunculkan suatu persepsi bahwa mayoritas yang menindas minoritas akibat hanya menelisik dari kejadian yang ada di masa lalu. Akibatnyayang ada bila ada sesorang dari minoritas kelihatan tertindas sedikit saja, maka akan langsung dilindungi, sebaliknya bila ada seseorang dari mayoritastertindas maka tidak perlu dilindungi. Sikap ini dinamakan sebagai Social Justice Warrior.
Kebangkitan kaum Populis Baru, Alternative Right (Alt-Right)
Kejadian-kejadian tersebut akhirnya menimbulkan suatu persepsi yang baru lagi di negara negara barat. Persepsi tersebut adalah “Jika anda berkulit putih, anda telah bersalah. Jika anda lahir sebagai kulit putih, menyesalah.” Sehingga ketika seseorang selain berkulit putih menyatakan bangga terhadap rasnya, dia tidak apa-apa, malah akan disemangati, tetapi bila dia menyatakan bangga berkulit putih, maka dalam sekejap akan dicap sebagai orang yang rasis.
Menanggapi hal seperti ini, muncul suatu kelompok baru yang bernama Alternative Right (Alt-Right). Mereka adalah kelompok yang menentang hal ini, mereka pada dasarnya menganggap bahwa liberalisme telah kebablasan. Terdengar bagus, namun perilaku mereka tidaklah berbeda dengan yang dilawan mereka. Kelompok Alt-Right terlihat terlalu ekstrim juga perilakunya karena demi membendung hal-hal yang dilawan mereka, mereka juga melakukan hal yang sama ekstrimnya juga. Sebagai contoh nyata adalah terpilihnya Donald Trump deengan retorika persespi muslim adalah teroris dan hispanik mencuri pekerjaan rakyat Amerika Serkat.
Hubungan yang ada dengan Indonesia
Saat ini kita perlu belajar dengan yang telah terjadi di Negara Barat. Sudah terjadi persepsi umum seperti yang terlah dijelaskan seperti ketika sesorang bangga menjadi pribumi Indonesia, maka akan di cap rasis oleh beberapa kelompok, namun bila sebaliknya maka tidak akan. Atau ketika mayoritas melakukan kegiatan sesuai ajaran budaya dan agama mayoritas, maka akan langsung dicurigai. Namun ketika minoritas menghina mayoritas maka akan dianggap angin berlalu oleh sebagian orang. Kita haruslah dapat saling mendukung, bukan saling menunduh akibat suatu persepsi. Bangsa ini haruslah menjadi bangsa yang melindungi minoritas, DAN minoritas menghormati mayoritas. Jangan sampai timbul suatu pandangan yang hanya saling bersebelah pihak antar kelompok sosial. Saat pandangan persepsi itu muncul, maka jam kehancuran negara ini telah dimulai tanpa disadari oleh kita semua.
salam damai
Diubah oleh mufiapyscho 15-04-2017 14:02
0
987
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan