- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Minta pendapat soal cerita hidup ini ya gan


TS
mifst
Minta pendapat soal cerita hidup ini ya gan
Nama ku adalah Aji, seorang anak laki – laki biasa yang menjalani hidup normal seperti siswa pada umumnya. Tidak ada yang spesial di dalam hidupku, keluarga ku, pertemanan ku dan juga cerita cinta ku namun semuanya berubah ketika sesuatu yang kusebut “pembalasan“ atau yang sering kalian sebut dengan kutukan menimpaku. Biar aku jelaskan sedikit apa yang dimaksud dengan “pembalasan” tersebut. “pembalasan” adalah sebuah keadaan yang akan aku alami karna ketidak sukaan ku terhadap sesuatu entah itu makanan, keadaan, bahkan sifat manusia. Waktu “pembalasan”tidak pernah aku ketahui kapan akan terjadi, bisa terjadi saat itu juga dan bisa terjadi kapan pun dan dimanapun di luar kehendakku. Jenis “pembalasan” tak pernah sampai membuat ku terluka fisik hanya kelelahan, namun terkadang jenis “pembalasan’ juga melukai perasaan ku. Dan yang terpenting “pembalasan” terjadi hanya ketika aku tidak menyukai sesuatu hal. Sudah banyak “pembalasan” yang aku alami. dan tak pernah tau kapan ini akan berakhir.
Saat pertama kali aku menyadari hal tersebut adalah pada suatu hari pengumpulan tugas di kelas ku. Mungkin setiap sekolah memiliki guru killer masing – masing, namun di sekolah ku guru sejarah lah yang paling di takuti oleh setiap siswa di sekolah ku. Namanya adalah ibu Dorlan ia memiliki tatapan yang tajam yang takkan mampu membuat siswa berbicara ketika menatapnya dan ia bahkan tak perlu menggerakan lehernya untuk mengawasi siswa yang sedang mencontek. Saat itu Robi teman sebangku ku tidak membawa tugasnya dan sedang berhadapan dengan bu Dorlan dan dalam pikiranku aku berkata “ ah Rob bisa-bisanya tidak membawa tugas dalam pelajarannya, kamu ini benar-benar nga belajar ya”. Setelah Robi di hukum dan di ceramahi habis – habisan mulai lah nama ku yang di panggil selanjutnya, lalu aku bersiap membawa buku tugasku ke pada bu Dorlan namun aku tersadar bahwa buku yang kubawa tertukar dengan buku lain di rumah ku yang seharusnya tak perlu kubawa. baru lah aku sadar akan mengalami nasib yang sama seperti yang Robi alami. Saat itu adalah 5 menit terlama yang kualami pada hari itu, sambil kusiapkan bermacam alasan aku mendatangi bu Dorlan namun sebelum kuucapkan satu kata pun ibu Dorlan langsung menatap ku dengan mata tajamnya, lalu bertanya dengan tatapannya yang menghancurkan semua alasan yang ku buat. dan jadi lah aku mengikuti jejak Robi yang dihukum oleh Ibu Dorlan dan bisa di bilang hukuman ku lebih parah dari pada yang dialami oleh Robi. Jika Robi hanya di suruh menulis permitaan maaf sebanyak 5 halaman maka hukuman ku ialah lari keliling halaman 5 putaran.
Mungkin kalian pikir kejadian itu adalah kebetulan atau pikiran ku saja yang mengada – ada. Namun bagaimana jika hal tersebut selalu terjadi setiap kali aku tidak menyukai sesuatu. iya contoh lainnya ketika aku tidak menyukai makanan yang baru saja kulihat di tv maka ibuku tiba-tiba membuatkannya untuk ku dan jangan coba – coba tidak memakan masakan ibu ku ketika khusus memasaknya untuk ku, maka tatapanya berkali lipat lebih parah dari pada tatapan dari Ibu Dorlan. Juga ketika aku berpikir tidak menyukai pekerjaan yang dilakukan oleh ketua kelasku maka aku selalu yang akan di tugaskan membantunya bahkan ketika aku tidak menyukai seseorang maka aku akan di dekatkan dengan orang tersebut.
Seperti hal nya dengan Robi, ialah teman sebangku ku yang memiliki sifat sebagai anak yang periang, mudah bergaul, tampan dan banyak di sukai oleh teman – teman yang lain. tapi tidak bagi ku, yang menggangap dia adalah orang yang berisik dan suka maunya saja dan saat itu aku berpikir untuk tidak mendekatinya. Namun “pembalasan” itu menimpa ku. Justru aku menjadi teman sebangkunya dan walupun dia adalah wakil ketua kelas justru aku yang di tugaskan membantunya ketika guru menyuruh sesuatu pekerjaan yang berat-berat terhadapnya. Tapi seiring berjalan waktu aku menjadi dekat dengannya. Dia tidak pernah berhenti menyerah mengajak aku berbicara bahkan ketika aku hanya menanggapi sewajarnya saja, dia selalu mengajak ku bermain ke rumahnya walaupun hanya beberapa kali aku mengiyakannya bahkan kami sering bolos pelajaran olahraga bersama dan seperti biasa hanya aku lah yang mendapatkan hukuman yang paling berat di banding yang dialami Robi. Namun kekecewaan ku menghilang ketika dia menghiburku dengan sifat ramahnya dan mentraktirku makanan dan minuman favoritku. Bisa di bilang aku dan dan Robi memiliki sifat yang bertolak belakang. Dia yang memiliki sifat periang dan aku memiliki sifat yang normal dan tidak menonjol. Dia memiliki sifat yang bebas dan terkadang maunya saja dan aku yang selalu mencoba sikap yang sewajarnya saja. Dan mungkin justru karna perbedaan itu lah yang membuat kami semakin dekat. Namun rahasia kutukan ini atau yang aku sebut “pembalasan” tak bisa kuceritakan padanya atau pada siapa pun. Karna aku anggap takkan ada yang percaya atau pun perduli dengan hal ini. Dan jika kalian berfikir hukuman yang diberikan guru ku adalah “pembalasan” yang kejam maka menurutku itu bahkan tidak ada apa-apanya dari pada yang aku hadapi setelahnya, yang menurutku lebih melelahkan dan menyakitkan berkali-kali lipat di bandingkan hukuman guru ku. dan yang lebih menyakitkannya aku tidak bisa berbuat apa-apa akan hal tersebut selain menerimanya. Karna itu aku menjalankan hidupku seperti biasa dengan kutukan ini dan mencoba untuk mengendalikannya walaupun sedikit demi sedikit.
Saat pertama kali aku menyadari hal tersebut adalah pada suatu hari pengumpulan tugas di kelas ku. Mungkin setiap sekolah memiliki guru killer masing – masing, namun di sekolah ku guru sejarah lah yang paling di takuti oleh setiap siswa di sekolah ku. Namanya adalah ibu Dorlan ia memiliki tatapan yang tajam yang takkan mampu membuat siswa berbicara ketika menatapnya dan ia bahkan tak perlu menggerakan lehernya untuk mengawasi siswa yang sedang mencontek. Saat itu Robi teman sebangku ku tidak membawa tugasnya dan sedang berhadapan dengan bu Dorlan dan dalam pikiranku aku berkata “ ah Rob bisa-bisanya tidak membawa tugas dalam pelajarannya, kamu ini benar-benar nga belajar ya”. Setelah Robi di hukum dan di ceramahi habis – habisan mulai lah nama ku yang di panggil selanjutnya, lalu aku bersiap membawa buku tugasku ke pada bu Dorlan namun aku tersadar bahwa buku yang kubawa tertukar dengan buku lain di rumah ku yang seharusnya tak perlu kubawa. baru lah aku sadar akan mengalami nasib yang sama seperti yang Robi alami. Saat itu adalah 5 menit terlama yang kualami pada hari itu, sambil kusiapkan bermacam alasan aku mendatangi bu Dorlan namun sebelum kuucapkan satu kata pun ibu Dorlan langsung menatap ku dengan mata tajamnya, lalu bertanya dengan tatapannya yang menghancurkan semua alasan yang ku buat. dan jadi lah aku mengikuti jejak Robi yang dihukum oleh Ibu Dorlan dan bisa di bilang hukuman ku lebih parah dari pada yang dialami oleh Robi. Jika Robi hanya di suruh menulis permitaan maaf sebanyak 5 halaman maka hukuman ku ialah lari keliling halaman 5 putaran.
Mungkin kalian pikir kejadian itu adalah kebetulan atau pikiran ku saja yang mengada – ada. Namun bagaimana jika hal tersebut selalu terjadi setiap kali aku tidak menyukai sesuatu. iya contoh lainnya ketika aku tidak menyukai makanan yang baru saja kulihat di tv maka ibuku tiba-tiba membuatkannya untuk ku dan jangan coba – coba tidak memakan masakan ibu ku ketika khusus memasaknya untuk ku, maka tatapanya berkali lipat lebih parah dari pada tatapan dari Ibu Dorlan. Juga ketika aku berpikir tidak menyukai pekerjaan yang dilakukan oleh ketua kelasku maka aku selalu yang akan di tugaskan membantunya bahkan ketika aku tidak menyukai seseorang maka aku akan di dekatkan dengan orang tersebut.
Seperti hal nya dengan Robi, ialah teman sebangku ku yang memiliki sifat sebagai anak yang periang, mudah bergaul, tampan dan banyak di sukai oleh teman – teman yang lain. tapi tidak bagi ku, yang menggangap dia adalah orang yang berisik dan suka maunya saja dan saat itu aku berpikir untuk tidak mendekatinya. Namun “pembalasan” itu menimpa ku. Justru aku menjadi teman sebangkunya dan walupun dia adalah wakil ketua kelas justru aku yang di tugaskan membantunya ketika guru menyuruh sesuatu pekerjaan yang berat-berat terhadapnya. Tapi seiring berjalan waktu aku menjadi dekat dengannya. Dia tidak pernah berhenti menyerah mengajak aku berbicara bahkan ketika aku hanya menanggapi sewajarnya saja, dia selalu mengajak ku bermain ke rumahnya walaupun hanya beberapa kali aku mengiyakannya bahkan kami sering bolos pelajaran olahraga bersama dan seperti biasa hanya aku lah yang mendapatkan hukuman yang paling berat di banding yang dialami Robi. Namun kekecewaan ku menghilang ketika dia menghiburku dengan sifat ramahnya dan mentraktirku makanan dan minuman favoritku. Bisa di bilang aku dan dan Robi memiliki sifat yang bertolak belakang. Dia yang memiliki sifat periang dan aku memiliki sifat yang normal dan tidak menonjol. Dia memiliki sifat yang bebas dan terkadang maunya saja dan aku yang selalu mencoba sikap yang sewajarnya saja. Dan mungkin justru karna perbedaan itu lah yang membuat kami semakin dekat. Namun rahasia kutukan ini atau yang aku sebut “pembalasan” tak bisa kuceritakan padanya atau pada siapa pun. Karna aku anggap takkan ada yang percaya atau pun perduli dengan hal ini. Dan jika kalian berfikir hukuman yang diberikan guru ku adalah “pembalasan” yang kejam maka menurutku itu bahkan tidak ada apa-apanya dari pada yang aku hadapi setelahnya, yang menurutku lebih melelahkan dan menyakitkan berkali-kali lipat di bandingkan hukuman guru ku. dan yang lebih menyakitkannya aku tidak bisa berbuat apa-apa akan hal tersebut selain menerimanya. Karna itu aku menjalankan hidupku seperti biasa dengan kutukan ini dan mencoba untuk mengendalikannya walaupun sedikit demi sedikit.
0
824
5
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan