

TS
hayati88
Pendidikan Revolusi Karakter Bangsa
Penulisan Artikel ini saya latar belakangi dari pengalaman saya sebagai guru di SD Arraudah, yaitu SD yang berlatar belakang islami di provinsi Lampung.
Saya seorang guru yang mengajar siswa-siswi kelas satu, yaitu siswa -siswi yang baru menyelesaikan kegiatan belajarnya di taman kanak-kanak, banyak suka duka yang terjadi ketika saya mengajar, banyak hal yang bisa kita teladani dari berbagai hal kecil, hal inilah yang kemudian membuat saya terinspirasi untuk menuliskannya yang mungkin bisa membuat kita berfikir bahwa pendidikan adalah pondasi terpenting suatu bangsa yang dapat merevolusi karakter bangsa dan kebinekaan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Pendidikan adalah sarana pencapaian ilmu dan mendapatkan sebuah hasil yang dinamakan sebuah prestasi belajar, baik itu prestasi dibidang sikap maupun di bidang perilaku. Menurut Abdurahman (1999:23) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dari proses pembelajaran di sekolah pada waktu tertentu. Sedangkan menurut Purwanto (1996:20) “ Prestasi belajar yaitu hasil yang telah dicapai di berikan oleh guru kepada murid-muridnya dalam jangka waktu tertentu”.
Keberhasilan belajar siswa yang tercermin dari prestasi yang diraihnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut ada yang berasal dari diri siswa seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi dll. Faktor lain yaitu faktor yang berasal dari luar seperti lingkungan, kurikulum, sekolah, sarana dan fasilitas, guru (tenaga pendidik).
Berdasarkan uraian di atas jelas terlihat bahwa guru memiliki peranan penting dalam peningkatan prestasi belajar dan pembentukan mental anak untuk mempunyai sikap bertoleransi dengan orang di sekitarnya. Sikap Toleransi adalah sebuah sikap karakter bangsa yang belakangan ini mulai pudar pada diri bangsa Indonesia dalam menyikapi berbagai kebinekaan, sudah seharusnya sikap ini kita tanamkan kepada generasi muda sedari kecil, agar mereka kelak diusia dewasa mampu menghargai orang lain, dan tentulah semua ini dapat diwujudkan melalui proses pendidikan, jadi sudahlah tentu kiranya pendidikan dan kebudayaan untuk revolusi karakter bangsa dan kebinekaan perlu kita tingkatkan dengan menumbuhkan karakter sikap toleransi sedari kecil bagi generasi muda Indonesia.
Selain itu penilaian prestasi belajar memiliki arti yang penting pula dalam proses belajar mengajar di sekolah karena dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar dan menjadi sumber evaluasi pembelajaran agar pembelajaran kedepannya menjadi lebih baik dan maksimal.
Menjelajahi sebuah kata pendidikan adalah hal yang sangat luas, karena pendidikan bukan hanya sarana untuk mencari ilmu akan tetapi ,berperan juga sebagai sarana pembentukan mental dan kepribadian. Jika kita belajar menyikapi betapa pentingnya proses pendidikan, sudah pastilah kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan berbagai metode yang nantinya kedua tujuan kita tersebut akan tercapai.
Bagi saya, pentingnya proses pendidikan dapat membuat peserta didik mencapai dua tujuan sebagai berikut:
1. keberhasilan dalam bidang akademik, di mana seorang siswa mampu memahami setiap pelajaran yang diberikan oleh guru, dan sukses ketika diadakan sebuah simulasi untuk mendapatkan hasil akhir diujian, yaitu Nilai.
2. keberhasilan dimana siswa mampu menerapkan pelajaran yang didapatkan dalam bentuk pengaplikasian didalam kehidupan sehari-hari, yang mana dalam proses ini merupakan salah satu proses dimana pembentukan mental atau di dalam silabus dan RPP sering kita sebut dengan Pengembangan Karakter dan kepribadian peserta didik. Jika pelajaran yang di berikan dipahami oleh siswa-siswi, inshaAllah mereka akan berupaya untuk menerapkannya, karena ilmu tanpa pengaplikasian adalah nihil. Permasalahan yang terjadi adalah bagaimanakah cara seorang guru agar dapat membuat seorang anak mengaplikasikan ilmu yang sudah mereka dapatkan? Karena seperti yang saya ketahui sebagai seorang guru, ada sebagian siswa yang pada umumnya sudah mengetahui hal-hal yang menurut mereka itu tidak baik, tetapi mereka tetap melakukannya, begitu pula ilmu, mereka sudah mengetahui ilmu yang mereka dapatkan dalam proses pembelajaran dikelas, namun enggan mengaplikasikannya didalam kehidupan sehari-hari.
Dari kegiatan pembelajaran dikelaslah kita dapat memberikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi mereka, baik ketika memberikan materi ataupun mendidik mereka secara rohaniah, karena guru bukan hanya media transfer ilmu atau sekarang sering diidentikkan dengan mesin pencari google, namun guru adalah seorang tauladan yang seharusnya mampu memberikan contoh dan membuat mereka meneladani kita. Dari keteladanan inilah kita bisa menciptakan karakter bangsa yang baik, yang mampu menghargai orang lain, mampu bertoleransi dan bisa bekerjasama.
Berkaitan dengan bagaimana cara membentuk seorang anak mempunyai sebuah sikap bertoleransi yang tinggi, sangat banyak sekali daya upaya yang mampu diciptakan oleh guru. Untuk mencapai hal tersebut, ada beberapa metode yang menurut saya sedikit bermanfaat untuk kita terapkan. Agar anak-anak didik kita mampu menjadi generasi penerus bangsa yang mempunya sikap yang terpuji ,baik dalam bertoleransi di sekolah maupun di masyarakat, semua itu demi mencapai sebuah kehidupan yang damai, syar’i dan membahagiakan untuk kita semua, dan khusunya untuk kita sebagai peserta didik yang sangat bahagia jika melihat anak didiknya berhasil menjadi pribadi yang soleh.
Ada beberapa cara bagaimana cara seorang peserta didik mampu membentuk anak didiknya menjadi seorang yang mempunyai rasa toleransi yang tinggi, baik toleransi dalam kehidupan sosial, pergaulan maupun dalam kehidupan beragama. Peranan guru disini sangat penting, karena sebagai pemegang kunci dan pengendali proses keberhasilan ketika berada disekolah, karena membentuk anak untuk memiliki sebuah rasa toleransi merupakan salah satu tugas pokok seorang guru, sama seperti guru membentuk mental anak didik untuk menumbuhkan sikap kepercayaan diri, berani, bisa bergaul, cerdas, peduli dengan lingkungan sekitar, akan tetapi diperlukan juga peranan orangtua untuk menumbuhkan sikap yang sama ketika berada dirumah, agar kegiatan inipun dapat berhasil.
Hal-hal yang dapat di terapkan oleh guru adalah:
1. Jadilah seorang teladan yang baik, karena anak didik biasanya masih dalam proses mencontoh, jika mereka sering melihat kita tersenyum kepada mereka, sudah pasti mereka pasti akan tersenyum ketika melihat kita, ketika mereka melihat kita memberikan salam kepada guru yang lain, insyaAllah mereka akan memberikan salam ketika melihat kita, jika mereka melihat kita memberikan kursi kepada nenek-nenek ketika dibus, insyaAllah mereka akan meneladani kita, jadilah seorang teladan yang baik, tidak hanya untuk mereka anak didik kita, akan tetapi untuk diri kita sendiri. Contoh nyata yang lain adalah ketika saya menjadi wali kelas 1 A, saya mengagendakan untuk memberikan sedekah kepada yang kurang beruntung. Hal tersebut sebagai wujud kepedulian kita terhadap sesama, awalnya saya mengajak anak murid untuk memberikan langsung sedekah kepada orang yang kurang beruntung. Lama kelamaan syukur Allhmdulillah hal tersebut menjadi kebiasaan bagi mereka. Artinya bahwa kita sebagai guru hendaknya menjadi tauladan yang baik sehingga jiwa sosial anak terpupuk dari kecil.
2. Berikanlah pengertian kepada mereka ( ajang konsultasi dan curhat).
Saat ini mungkin sudah banyak terjadi pergeseran, jika dahulu kita sebagai murid melihat seorang guru, enggan rasanya untuk kita berada didekat mereka dan berkeluh kesah tentang permasalahan kita. Kita lebih segan dengan diliputi berbagai perasaan, akan tetapi saat ini murid-murid lebih terbuka dan lebih nyaman bersama guru, sehingga ini memudahkan kita untuk berdiskusi dengan mereka, dan memberikan nasihat serta masukan yang berguna bagi mereka, karena biasanya dengan cara personal lebih terkena dihati sanubari. Contohnya: jika kita melihat anak didik kita terjadi perubahan, atau tidak sama seperti biasanya kita harus mendekati dia dan tanyalah apa yang terjadi pada dirinya, sehingga anak tersebut akan merasa lega dan terjalin komunikasi yang baik dengan anak didik, selain itu akan membuat anak didik akan lebih mudah menerima pelajaran. Suatu saat saya mengajar di sebuah Lembaga Pendidikan, kebetulan saya mengajar kelas super intensif yaitu kelas yang dipersiapkan untuk menghadapi ujian nasional (UN). Saya melihat seorang anak murid yang biasanya bersemangat mengikuti pelajaran kini terlihat lesu. Setelah selesai jam pelajaran saya mencoba untuk mendekatinya dan memposisikan diri sebagai temannya. Akhirnya setelah melakukan pendekatan, anak tersebut bercerita tentang masalahnya. Dari sepenggal pengalaman tersebut disimpulkan bahwa, kita tidak bisa masuk ke dalam dunia anak apabila kita masih merasa bahwa kita adalah orang yang harus disegani dan dihormati.
3. Jalinlah komunikasi yang baik dengan orangtua mereka.
Keberhasilan tidak mungkin terjadi tanpa dukungan dari orang tua dirumah, kita tetap perlu menjalin komunikasi yang baik, setidaknya selain sebagai ajang silaturahmi kita kepada orang tua, namun bisa juga sebagai ajang memantau bagaimana peserta didik kita ketika berada dilingkungan keluarganya. Contohnya: coba tanyakan kepada orangtua murid bagaimana kegiatan sehari-hari anak didik di rumah, kapan ketika dia mengerjakan tugas dan PR di rumah, sehingga guru dapat memberikan masukan kepada anak didik.
4. berikan contoh sikap-sikap bertoleransi yang sering diperlihatkan orang-orang, baik orang-orang besar maupun orang-orang disekitar mereka.
Kita sebagai guru bisa memberikan contoh-contoh orang besar yang kehidupannya berakhlak baik, kita beri pengertian bahwa menjadi seorang yang baik itu indah, berperilaku terpuji itu hal yang membahagiakan, seperti contoh ketauladanan Rasullah S.A.W yang patut kita contoh dan tauladani.
5. Buatlah mereka tertegun jika menjadi seorang yang berakhlak baik, peduli, mempunyai toleransi yang baik itu indah.
Buatlah mereka merasakan nikmatnya menjadi seorang yag berahlak baik, nikmatnya membantu orang lain, nikmatnya menghargain oranglain, dan nikmat dari buah toleransi. Contohnya : jika mereka bersedekah pasti mereka akan merasa senang karena bisa membantu orang lain.
6. Buatlah mereka menyadari bahwa mencintai orang lain, guru, orangtua, dan teman-teman mereka itu membahagiakan, dari situlah mereka akan mempunyai sikap menghargai orang lain dan bertoleransi dengan mereka. Contoh nyatanya adalah ketika pada saat saya mengajar di kelas satu SD AR-RAUDAH, saya melihat seorang anak terdiam dan bersedih yang terlihat dari raut mukanya, ketika saya datangi dan bertanya kepadanya, dia kemudian menangis dan bercerita bahwa dia sakit perut, kemudian saya oleskan tubuhnya dengan minyak kayu putih, untuk beberapa saat perutnya pun sembuh, di lain kesempatan ketika saya duduk terdiam ketika mengajar, murid cantik nan lugu itupun menghampiri saya dan dia berkata “ Umi sakit perut juga ya, ini aku sembuhin dengan minyak kayu putih’. Dari contoh diatas terlihat bahwa sikap bertoleransi, menghargai dan saling menyayangi tumbuh dari hubungan timbal balik. Maka jadilah guru yang mencintai muridnya, maka mereka akan berbalik mencintai kita. Jika iklim kelas tercipta seperti itu maka hubungan toleransi tidak hanya tercipta antara murid dengan guru tetapi juga antara murid yang satu dengan yang lainnya.
Dari hal-hal yang saya kemukakan di atas jelaslah terlihat, betapa besarnya peran guru dalam membentuk anak-anak didik yang menghargai toleransi, baik toleransi didalam pergaulan maupun toleransi didalam kehidupan beragama, banyak nilai-nilai yang mampu kita sampaikan kepada mereka terlebih lagi ketika mereka tidak lagi berada di lingkungan sekolah, akan tetapi di lingkungan masyarakat.
Di dalam masyarakat, mereka akan belajar untuk peduli dengan sesamanya baik yang berbeda agama sekalipun karena didalam hati mereka sudah tertanamkan jiwa untuk peduli, menghargai, yang menumbuhkan sikap bertoleransi, karena didalam jiwa mereka sudah terdidik, terbentuk untuk mempunyai kepribadian dan ahlak yang mulia, karena mereka terbiasa mencontoh dan meneladani guru-gurunya yang bisa menghargai mereka dan orang-orang disekelilingnya, sudahlah tentu inshaAllah ketika mereka bergaul, mereka bersosialisai meraka mampu untuk menghargai toleransi dengan sesamanya. Semua ini tidak luput dari hasil kerja guru yang bukan hanya seorang pentransfer ilmu, akan tetapi juga sebagai seorang pembentuk kepribadian yang baik, seorang yang mampu menciptakan anak-anak didik, penerus bangsa yang menjadi penerus kelangsungan bangsa ini.
Pada akhirnya kedua tujuan yang saya kemukakan diataspun menjadi tolak ukur sebuah keberhasilan, jika anak-anak mampu cerdas dibidang akademik maupun kepribadian sudahlah tentu senyuman besar untuk kita, menandakan peran kita sebagai guru membuahkan hasil, membuahkan hasil untuk menjadikan mereka tidak hanya cerdas namun mampu menjadi pribadi yang baik dan mampu menghargai toleransi.
Untuk semua guru di Indonesia, Bersemangatlah untuk membentuk putra-putri bangsa yang cerdas dan berahlaqul karimah. InshaALLAH....
Saya seorang guru yang mengajar siswa-siswi kelas satu, yaitu siswa -siswi yang baru menyelesaikan kegiatan belajarnya di taman kanak-kanak, banyak suka duka yang terjadi ketika saya mengajar, banyak hal yang bisa kita teladani dari berbagai hal kecil, hal inilah yang kemudian membuat saya terinspirasi untuk menuliskannya yang mungkin bisa membuat kita berfikir bahwa pendidikan adalah pondasi terpenting suatu bangsa yang dapat merevolusi karakter bangsa dan kebinekaan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Pendidikan adalah sarana pencapaian ilmu dan mendapatkan sebuah hasil yang dinamakan sebuah prestasi belajar, baik itu prestasi dibidang sikap maupun di bidang perilaku. Menurut Abdurahman (1999:23) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dari proses pembelajaran di sekolah pada waktu tertentu. Sedangkan menurut Purwanto (1996:20) “ Prestasi belajar yaitu hasil yang telah dicapai di berikan oleh guru kepada murid-muridnya dalam jangka waktu tertentu”.
Keberhasilan belajar siswa yang tercermin dari prestasi yang diraihnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut ada yang berasal dari diri siswa seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi dll. Faktor lain yaitu faktor yang berasal dari luar seperti lingkungan, kurikulum, sekolah, sarana dan fasilitas, guru (tenaga pendidik).
Berdasarkan uraian di atas jelas terlihat bahwa guru memiliki peranan penting dalam peningkatan prestasi belajar dan pembentukan mental anak untuk mempunyai sikap bertoleransi dengan orang di sekitarnya. Sikap Toleransi adalah sebuah sikap karakter bangsa yang belakangan ini mulai pudar pada diri bangsa Indonesia dalam menyikapi berbagai kebinekaan, sudah seharusnya sikap ini kita tanamkan kepada generasi muda sedari kecil, agar mereka kelak diusia dewasa mampu menghargai orang lain, dan tentulah semua ini dapat diwujudkan melalui proses pendidikan, jadi sudahlah tentu kiranya pendidikan dan kebudayaan untuk revolusi karakter bangsa dan kebinekaan perlu kita tingkatkan dengan menumbuhkan karakter sikap toleransi sedari kecil bagi generasi muda Indonesia.
Selain itu penilaian prestasi belajar memiliki arti yang penting pula dalam proses belajar mengajar di sekolah karena dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar dan menjadi sumber evaluasi pembelajaran agar pembelajaran kedepannya menjadi lebih baik dan maksimal.
Menjelajahi sebuah kata pendidikan adalah hal yang sangat luas, karena pendidikan bukan hanya sarana untuk mencari ilmu akan tetapi ,berperan juga sebagai sarana pembentukan mental dan kepribadian. Jika kita belajar menyikapi betapa pentingnya proses pendidikan, sudah pastilah kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan berbagai metode yang nantinya kedua tujuan kita tersebut akan tercapai.
Bagi saya, pentingnya proses pendidikan dapat membuat peserta didik mencapai dua tujuan sebagai berikut:
1. keberhasilan dalam bidang akademik, di mana seorang siswa mampu memahami setiap pelajaran yang diberikan oleh guru, dan sukses ketika diadakan sebuah simulasi untuk mendapatkan hasil akhir diujian, yaitu Nilai.
2. keberhasilan dimana siswa mampu menerapkan pelajaran yang didapatkan dalam bentuk pengaplikasian didalam kehidupan sehari-hari, yang mana dalam proses ini merupakan salah satu proses dimana pembentukan mental atau di dalam silabus dan RPP sering kita sebut dengan Pengembangan Karakter dan kepribadian peserta didik. Jika pelajaran yang di berikan dipahami oleh siswa-siswi, inshaAllah mereka akan berupaya untuk menerapkannya, karena ilmu tanpa pengaplikasian adalah nihil. Permasalahan yang terjadi adalah bagaimanakah cara seorang guru agar dapat membuat seorang anak mengaplikasikan ilmu yang sudah mereka dapatkan? Karena seperti yang saya ketahui sebagai seorang guru, ada sebagian siswa yang pada umumnya sudah mengetahui hal-hal yang menurut mereka itu tidak baik, tetapi mereka tetap melakukannya, begitu pula ilmu, mereka sudah mengetahui ilmu yang mereka dapatkan dalam proses pembelajaran dikelas, namun enggan mengaplikasikannya didalam kehidupan sehari-hari.
Dari kegiatan pembelajaran dikelaslah kita dapat memberikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi mereka, baik ketika memberikan materi ataupun mendidik mereka secara rohaniah, karena guru bukan hanya media transfer ilmu atau sekarang sering diidentikkan dengan mesin pencari google, namun guru adalah seorang tauladan yang seharusnya mampu memberikan contoh dan membuat mereka meneladani kita. Dari keteladanan inilah kita bisa menciptakan karakter bangsa yang baik, yang mampu menghargai orang lain, mampu bertoleransi dan bisa bekerjasama.
Berkaitan dengan bagaimana cara membentuk seorang anak mempunyai sebuah sikap bertoleransi yang tinggi, sangat banyak sekali daya upaya yang mampu diciptakan oleh guru. Untuk mencapai hal tersebut, ada beberapa metode yang menurut saya sedikit bermanfaat untuk kita terapkan. Agar anak-anak didik kita mampu menjadi generasi penerus bangsa yang mempunya sikap yang terpuji ,baik dalam bertoleransi di sekolah maupun di masyarakat, semua itu demi mencapai sebuah kehidupan yang damai, syar’i dan membahagiakan untuk kita semua, dan khusunya untuk kita sebagai peserta didik yang sangat bahagia jika melihat anak didiknya berhasil menjadi pribadi yang soleh.
Ada beberapa cara bagaimana cara seorang peserta didik mampu membentuk anak didiknya menjadi seorang yang mempunyai rasa toleransi yang tinggi, baik toleransi dalam kehidupan sosial, pergaulan maupun dalam kehidupan beragama. Peranan guru disini sangat penting, karena sebagai pemegang kunci dan pengendali proses keberhasilan ketika berada disekolah, karena membentuk anak untuk memiliki sebuah rasa toleransi merupakan salah satu tugas pokok seorang guru, sama seperti guru membentuk mental anak didik untuk menumbuhkan sikap kepercayaan diri, berani, bisa bergaul, cerdas, peduli dengan lingkungan sekitar, akan tetapi diperlukan juga peranan orangtua untuk menumbuhkan sikap yang sama ketika berada dirumah, agar kegiatan inipun dapat berhasil.
Hal-hal yang dapat di terapkan oleh guru adalah:
1. Jadilah seorang teladan yang baik, karena anak didik biasanya masih dalam proses mencontoh, jika mereka sering melihat kita tersenyum kepada mereka, sudah pasti mereka pasti akan tersenyum ketika melihat kita, ketika mereka melihat kita memberikan salam kepada guru yang lain, insyaAllah mereka akan memberikan salam ketika melihat kita, jika mereka melihat kita memberikan kursi kepada nenek-nenek ketika dibus, insyaAllah mereka akan meneladani kita, jadilah seorang teladan yang baik, tidak hanya untuk mereka anak didik kita, akan tetapi untuk diri kita sendiri. Contoh nyata yang lain adalah ketika saya menjadi wali kelas 1 A, saya mengagendakan untuk memberikan sedekah kepada yang kurang beruntung. Hal tersebut sebagai wujud kepedulian kita terhadap sesama, awalnya saya mengajak anak murid untuk memberikan langsung sedekah kepada orang yang kurang beruntung. Lama kelamaan syukur Allhmdulillah hal tersebut menjadi kebiasaan bagi mereka. Artinya bahwa kita sebagai guru hendaknya menjadi tauladan yang baik sehingga jiwa sosial anak terpupuk dari kecil.
2. Berikanlah pengertian kepada mereka ( ajang konsultasi dan curhat).
Saat ini mungkin sudah banyak terjadi pergeseran, jika dahulu kita sebagai murid melihat seorang guru, enggan rasanya untuk kita berada didekat mereka dan berkeluh kesah tentang permasalahan kita. Kita lebih segan dengan diliputi berbagai perasaan, akan tetapi saat ini murid-murid lebih terbuka dan lebih nyaman bersama guru, sehingga ini memudahkan kita untuk berdiskusi dengan mereka, dan memberikan nasihat serta masukan yang berguna bagi mereka, karena biasanya dengan cara personal lebih terkena dihati sanubari. Contohnya: jika kita melihat anak didik kita terjadi perubahan, atau tidak sama seperti biasanya kita harus mendekati dia dan tanyalah apa yang terjadi pada dirinya, sehingga anak tersebut akan merasa lega dan terjalin komunikasi yang baik dengan anak didik, selain itu akan membuat anak didik akan lebih mudah menerima pelajaran. Suatu saat saya mengajar di sebuah Lembaga Pendidikan, kebetulan saya mengajar kelas super intensif yaitu kelas yang dipersiapkan untuk menghadapi ujian nasional (UN). Saya melihat seorang anak murid yang biasanya bersemangat mengikuti pelajaran kini terlihat lesu. Setelah selesai jam pelajaran saya mencoba untuk mendekatinya dan memposisikan diri sebagai temannya. Akhirnya setelah melakukan pendekatan, anak tersebut bercerita tentang masalahnya. Dari sepenggal pengalaman tersebut disimpulkan bahwa, kita tidak bisa masuk ke dalam dunia anak apabila kita masih merasa bahwa kita adalah orang yang harus disegani dan dihormati.
3. Jalinlah komunikasi yang baik dengan orangtua mereka.
Keberhasilan tidak mungkin terjadi tanpa dukungan dari orang tua dirumah, kita tetap perlu menjalin komunikasi yang baik, setidaknya selain sebagai ajang silaturahmi kita kepada orang tua, namun bisa juga sebagai ajang memantau bagaimana peserta didik kita ketika berada dilingkungan keluarganya. Contohnya: coba tanyakan kepada orangtua murid bagaimana kegiatan sehari-hari anak didik di rumah, kapan ketika dia mengerjakan tugas dan PR di rumah, sehingga guru dapat memberikan masukan kepada anak didik.
4. berikan contoh sikap-sikap bertoleransi yang sering diperlihatkan orang-orang, baik orang-orang besar maupun orang-orang disekitar mereka.
Kita sebagai guru bisa memberikan contoh-contoh orang besar yang kehidupannya berakhlak baik, kita beri pengertian bahwa menjadi seorang yang baik itu indah, berperilaku terpuji itu hal yang membahagiakan, seperti contoh ketauladanan Rasullah S.A.W yang patut kita contoh dan tauladani.
5. Buatlah mereka tertegun jika menjadi seorang yang berakhlak baik, peduli, mempunyai toleransi yang baik itu indah.
Buatlah mereka merasakan nikmatnya menjadi seorang yag berahlak baik, nikmatnya membantu orang lain, nikmatnya menghargain oranglain, dan nikmat dari buah toleransi. Contohnya : jika mereka bersedekah pasti mereka akan merasa senang karena bisa membantu orang lain.
6. Buatlah mereka menyadari bahwa mencintai orang lain, guru, orangtua, dan teman-teman mereka itu membahagiakan, dari situlah mereka akan mempunyai sikap menghargai orang lain dan bertoleransi dengan mereka. Contoh nyatanya adalah ketika pada saat saya mengajar di kelas satu SD AR-RAUDAH, saya melihat seorang anak terdiam dan bersedih yang terlihat dari raut mukanya, ketika saya datangi dan bertanya kepadanya, dia kemudian menangis dan bercerita bahwa dia sakit perut, kemudian saya oleskan tubuhnya dengan minyak kayu putih, untuk beberapa saat perutnya pun sembuh, di lain kesempatan ketika saya duduk terdiam ketika mengajar, murid cantik nan lugu itupun menghampiri saya dan dia berkata “ Umi sakit perut juga ya, ini aku sembuhin dengan minyak kayu putih’. Dari contoh diatas terlihat bahwa sikap bertoleransi, menghargai dan saling menyayangi tumbuh dari hubungan timbal balik. Maka jadilah guru yang mencintai muridnya, maka mereka akan berbalik mencintai kita. Jika iklim kelas tercipta seperti itu maka hubungan toleransi tidak hanya tercipta antara murid dengan guru tetapi juga antara murid yang satu dengan yang lainnya.
Dari hal-hal yang saya kemukakan di atas jelaslah terlihat, betapa besarnya peran guru dalam membentuk anak-anak didik yang menghargai toleransi, baik toleransi didalam pergaulan maupun toleransi didalam kehidupan beragama, banyak nilai-nilai yang mampu kita sampaikan kepada mereka terlebih lagi ketika mereka tidak lagi berada di lingkungan sekolah, akan tetapi di lingkungan masyarakat.
Di dalam masyarakat, mereka akan belajar untuk peduli dengan sesamanya baik yang berbeda agama sekalipun karena didalam hati mereka sudah tertanamkan jiwa untuk peduli, menghargai, yang menumbuhkan sikap bertoleransi, karena didalam jiwa mereka sudah terdidik, terbentuk untuk mempunyai kepribadian dan ahlak yang mulia, karena mereka terbiasa mencontoh dan meneladani guru-gurunya yang bisa menghargai mereka dan orang-orang disekelilingnya, sudahlah tentu inshaAllah ketika mereka bergaul, mereka bersosialisai meraka mampu untuk menghargai toleransi dengan sesamanya. Semua ini tidak luput dari hasil kerja guru yang bukan hanya seorang pentransfer ilmu, akan tetapi juga sebagai seorang pembentuk kepribadian yang baik, seorang yang mampu menciptakan anak-anak didik, penerus bangsa yang menjadi penerus kelangsungan bangsa ini.
Pada akhirnya kedua tujuan yang saya kemukakan diataspun menjadi tolak ukur sebuah keberhasilan, jika anak-anak mampu cerdas dibidang akademik maupun kepribadian sudahlah tentu senyuman besar untuk kita, menandakan peran kita sebagai guru membuahkan hasil, membuahkan hasil untuk menjadikan mereka tidak hanya cerdas namun mampu menjadi pribadi yang baik dan mampu menghargai toleransi.
Untuk semua guru di Indonesia, Bersemangatlah untuk membentuk putra-putri bangsa yang cerdas dan berahlaqul karimah. InshaALLAH....
0
1.7K
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan