- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ma'ruf Amin sebut agama radikal yang tak boleh dicampur politik


TS
n4z1
Ma'ruf Amin sebut agama radikal yang tak boleh dicampur politik
Ma'ruf Amin sebut agama radikal yang tak boleh dicampur politik
Merdeka.com - Rais Aam PBNU, KH Ma'ruf Amin mengatakan, saat ini di Indonesia sedang terjadi indikasi radikalisme agama dan radikalisme sekuler. Dia menilai, politik tak bisa lepas dari agama. Kecuali, paham agama yang radikal, dapat merusak tatanan politik.
Ma'ruf menjelaskan, kelompok radikalisme agama adalah yang ingin mengganti Pancasila dengan agama. Ma'ruf menilai, orang-orang tersebut tidak memiliki komitmen kebangsaan.
"Nah kalau radikalisme sekuler itu sekelompok orang yang kemudian juga mendelegitimasi agama sehingga agama itu tidak boleh ikut memberikan kontribusi di dalam kehidupan," kata Ma'ruf, di Crowne Plaza Hotel, Jakarta Pusat, Senin (27/3).
Oleh karena itu, Ma'ruf menyarankan, hal tersebut mesti ada penguatan paham kebangsaan agar tidak memunculkan konflik.
Ma'ruf menjelaskan, agama dan kehidupan politik harus berjalan beriringan, jangan sampai salah satunya menguasai atau menggeser yang lain.
"Itu harus saling menguatkan, tapi bukan dalam artian agama yang radikal. Kalau radikalisme agama, agama itu menjadi sesuatu yang merusak gitu," ujar Ketua MUI ini.
Untuk mencegah hal tersebut, Ma'ruf menyarankan, perlu adanya pembahasan untuk menghilangkan itu semua, serta mencari solusi kebangsaannya dan mencari pencerahan supaya mengantisipasi agar tidak timbul lagi masalah serupa.
"Supaya tidak terpengaruh, harus diisi dengan berbagai apakah itu dalam bentuk buku, diskusi, film-film pendek yang disiarkan di berbagai media sosial dan juga deridakilsasi, yaitu bagaimana mengembalikan mereka yang sudah terprovokasi kepada jalan yang benar, kepada pemahaman kebangsaan dan kenegaraan yang benar, saya kira itu hal yang harus kita lakukan," terang Ma'ruf.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo angkat bicara terkait panasnya suhu politik dalam negeri yang berujung konflik horizontal di tengah masyarakat. Presiden mengingatkan untuk menghindari perpecahan hanya karena berbeda pilihan politik.
"Memang gesekan kecil-kecil kita ini karena Pilkada. Benar nggak? Karena pilgub, pilihan bupati, pilihan walikota, inilah yang harus kita hindarkan," kata Presiden saat meresmikan Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara di Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, seperti dilansir Antara, Jumat (24/3).
Kepala Negara meminta tidak mencampuradukkan antara politik dan agama yang saat ini berujung pada konflik di masyarakat. "Dipisah betul, sehingga rakyat tahu mana yang agama, mana yang politik," katanya. [rnd]
=============
Ulama yang baik adalah ulama yang mampu menyejukkan hati ummatnya, yang berkata A pada mulutnya, dan berkata A juga pada hatinya. Ulama yang benar adalah ulama yang mengayomi ummatnya untuk benar-benar menjaga Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin, bukan yang mempertontonkan seolah-olah Islam adalah agama yang merusak, memaksa, dan dzalim pada ummat lain.
Nampaknya Kiai lupa pada apa yang diperbuat oleh MUI tanpa Tabayyun dahulu.
Dimana dengan terang benderang justru MUI menistakan produknya sendiri, yaitu sebuah Fatwa sebagai produk tertinggi MUI sebagai pemegang mandat tertinggi ummat Islam, dikalahkan oleh sebuah Pernyataan Sikap yang tak pernah ada selama MUI berdiri.
Nampaknya Kiai juga tak mau melihat-lihat kedalam seperti apa sikap beberapa petinggi MUI yang jauh dari sikap Islami. Suka memprovokasi, menyebar hasutan, merendahkan ummat lain, dan berkata arogan.
Dan sepertinya Kiai juga tak mau menoleh pada beberapa kelompok Ormas Islam yang tak mebawa perilaku Islami dalam setiap tutur katanya. Tak seperti Rasulullah. Tak seperti Sayyidina Umar. Tak juga seperti Sayyidina Ali. Menoleh pada Ormas Islam yang memberi ruang secara sembunyi-sembunyi pada mereka-mereka yang ingin mengganti Pancasila, menistakan Pancasila, dan memakai Pancasila hanya untuk kedok belaka.
Berbicara tentang radikalisme agama, pada dasarnya semua agama mengajarkan radikalisme. Kecintaan terhadap agama. Memperjuangkan apa yang tertulis pada Kitab Suci. Yang berbahaya adalah saat dimana sebuah Kitab Suci ditafsirkan seenaknya oleh sekelompok orang untuk memuaskan syahwat hemogoninya, syahwat keakuannya, tanpa mau bercermin pada perilaku para Nabi dan Rasul.
Dan berbicara soal radikalisme sekuler, itu hanyalah isapan jempol. Itu hanya serangan-serangan pihak agamis yang tak suka dengan keberagaman Indonesia. Selama Pancasila ada, maka sekulerisme tetap akan berjalan ditempat, sebab Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai Sila Pertama sudah membuktikan bahwa Indonesia bukanlah negara sekuler, juga bukan berarti negara agama.
Namun genderang kekisruhan telah ditabuh oleh MUI. Genderang yang dianggap oleh sebagian pihak kaum intoleran, Kaum Bani Dengkuler sebagai genderang perang yang memacu adrenalin mereka buat bertindak semaunya, mengambil sebagian hukum Allah dan membuang sebagian hukum Allah lainnya sekedar untuk menyelamatkan kepentingannya tanpa terkena hukumnya. Sampai kapan akan berhenti?
Diubah oleh n4z1 27-03-2017 23:01
0
2.5K
52


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan