- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Patmi, Berjuang untuk Kendeng Sejak 2006


TS
parenkim
Patmi, Berjuang untuk Kendeng Sejak 2006
Patmi, Berjuang untuk Kendeng Sejak 2006

Quote:
Semarang - Patmi (48) warga Pati yang meninggal dunia saat berencana pulang dari aksi semen kaki di Jakarta sudah sejak tahun 2006 mengikuti kegiatan menolak pabrik semen. Ibu dua anak itu juga pernah mengikuti aksi longmarch antar kota/kabupaten demi Kendeng.
Wanita warga Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah itu tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK). Harno, Koordinator JMPPK Pati mengatakan almarhumah merupakan petani yang gigih memperjuangkan penolakan pabrik semen.
"Sejak terdengar ada rencana pendirian pabrik semen sekitar tahun 2006," kata Harno kepada detikcom, Selasa (21/3/2017).
Salah satu alasan Patmi bergabung dalam aksi JMPPK yaitu untuk mempertahankan sumber mata air pegunungan Kendeng.
"Bu Patmi aksi untuk mempertahankan air untuk petani. Ya dengan cara-cara melakukan aksi, jangan sampai ada pabrik semen," pungkasnya.
Berkali-kali Patmi dan petani yang tergabung dalam JMPPK beraksi di Kota Semarang. Bahkan tiga kali pula, ia melakukan longmarch dengan jarak lebih dari 100 kilometer.
"Aksi longmarch tiga kali. Pati-Semarang, Sukolilo-Semarang, yang terakhir tahun 2016 kemarin Rembang-Semarang," ujarnya.
Untuk aksi semen kaki, Patmi memang baru bergabung pada aksi gelombang kedua ini sedangkan aksi semen kaki pada April 2016 lalu, Patmi tidak ikut serta. Harno termasuk yang paling terkejut dengan kabar tersebut karena ia juga ada dalam aksi semen kaki di kawasan Monas itu.
"Kami sangat berduka. Bu Patmi tidak sakit saat di Jakarta. Ada dokter dari RSCM dan RSI. Sehat tidak ada sejarah penyakit, saya mendampingi saat cek kesehatan," pungkasnya.
Patmi hari Senin (20/3) kemarin memang bermaksud pulang bersama relawan lainnya sehingga cor di kakinya dilepas. Namun sekitar pukul 02.30 WIB dini hari tadi Patmi mengeluh tidak enak badan hingga muntah. Dokter yang mendampingi dan pihak LBH kemudian membawa Patmi ke RS St. Carolus Salemba, namun nyawanya tidak tertolong.
Jenazah Patmi kemudian dibawa lewat jalur darat dan rencananya akan dimakamkan di tempat asalnya di Desa Larangan. Patmi menjadi salah satu 'Kartini' Kendeng yang dianggap gugur dalam perjuangan. Berita kematiannya memberikan duka pada sesama pejuang Kendeng. "Dia ikut aksi dengan saya, barengan, dia punya anak dua," ujar Sukinah, salah satu warga Rembang yang juga teman seperjuangan Patmi.
Wanita warga Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah itu tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK). Harno, Koordinator JMPPK Pati mengatakan almarhumah merupakan petani yang gigih memperjuangkan penolakan pabrik semen.
"Sejak terdengar ada rencana pendirian pabrik semen sekitar tahun 2006," kata Harno kepada detikcom, Selasa (21/3/2017).
Salah satu alasan Patmi bergabung dalam aksi JMPPK yaitu untuk mempertahankan sumber mata air pegunungan Kendeng.
"Bu Patmi aksi untuk mempertahankan air untuk petani. Ya dengan cara-cara melakukan aksi, jangan sampai ada pabrik semen," pungkasnya.
Berkali-kali Patmi dan petani yang tergabung dalam JMPPK beraksi di Kota Semarang. Bahkan tiga kali pula, ia melakukan longmarch dengan jarak lebih dari 100 kilometer.
"Aksi longmarch tiga kali. Pati-Semarang, Sukolilo-Semarang, yang terakhir tahun 2016 kemarin Rembang-Semarang," ujarnya.
Untuk aksi semen kaki, Patmi memang baru bergabung pada aksi gelombang kedua ini sedangkan aksi semen kaki pada April 2016 lalu, Patmi tidak ikut serta. Harno termasuk yang paling terkejut dengan kabar tersebut karena ia juga ada dalam aksi semen kaki di kawasan Monas itu.
"Kami sangat berduka. Bu Patmi tidak sakit saat di Jakarta. Ada dokter dari RSCM dan RSI. Sehat tidak ada sejarah penyakit, saya mendampingi saat cek kesehatan," pungkasnya.
Patmi hari Senin (20/3) kemarin memang bermaksud pulang bersama relawan lainnya sehingga cor di kakinya dilepas. Namun sekitar pukul 02.30 WIB dini hari tadi Patmi mengeluh tidak enak badan hingga muntah. Dokter yang mendampingi dan pihak LBH kemudian membawa Patmi ke RS St. Carolus Salemba, namun nyawanya tidak tertolong.
Jenazah Patmi kemudian dibawa lewat jalur darat dan rencananya akan dimakamkan di tempat asalnya di Desa Larangan. Patmi menjadi salah satu 'Kartini' Kendeng yang dianggap gugur dalam perjuangan. Berita kematiannya memberikan duka pada sesama pejuang Kendeng. "Dia ikut aksi dengan saya, barengan, dia punya anak dua," ujar Sukinah, salah satu warga Rembang yang juga teman seperjuangan Patmi.
SUMBER
turut berduka

0
729
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan