Fake



“Maukah kau jadi pacarku?” itulah yang dikatakannya. Setelah semua usaha yang ku lakukan, akhirnya aku bisa bersamanya, bisa memilikinya. Rasa kaget dan senang bergabung menjadi satu, membuat pikiranku melayang kemana-mana. Namun semua perasaan itu hilang sekejap.

“Aku mohon, hanya untuk sementara saja.” Lanjutnya seperti tak mengetahui perasaanku sedikit pun. Tentu saja berbagai macam perasaan berkecamuk dihatiku. Namun pada akhirnya yang ku perlihatkan adalah senyuman, senyuman yang menyembunyikan segala perasaan.

Entah kenapa saat itu aku mengiyakannya, mungkin karena aku menginginkan ini, mungkin karena aku mengharapkan lebih dari, mungkin karena aku ingin menolongnya, mungkin karena aku berharap pada akhirnya dia menyadari perasaanku dan benar-benar menginginkanku.

Aku tidak menanyakan alasannya. Aku tak ingin mimpi yang singkat hancur seketika oleh rasa penasaranku. Biarkanlah harapan ku ini berada pada tingkat tertinggi sebelum aku mengetahui kenyataan. Biarkan aku bersamanya meski itu hanyalah kepalsuan belaka.

Saat aku bersama dengannya aku sadar kalau semua bayangkan tentang dia memang benar. Dia memang orang yang hangat. Begitu hangat sehingga dia disukai anak-anak. Dia terkadang tertawa kecil saat melihat sesuatu yang terlihat biasa bagi orang lain. Dengan tingginya yang semampai, membuat penampilannya seperti model majalah. Dan pegangan tangannya lebih erat dari yang ku duga tapi ini bukan hal yang buruk.

Senyuman itu menyadarkanku. Kau bukanlah milikku dan semua ini akan berakhir. Setelah semua perjuanganku selama ini hanya membuat ku menjadi pasangan palsu mu. Hanya sejauh ini aku bisa melangkah. Tak lebih, tak bisa lagi, hanya terdiam di depan tujuanku karena aku sadar kau tak akan menjadi milikku.

Senyuman itu menyadarkanku. Kau memang seperti bayangan ku. Seseorang yang sangat luar biasa. Seseorang yang terlalu bagus untukku. Seseorang yang membuatku berusaha sekuat tenaga meski ini bukan akhir yang bahagia.

Aku menatap wajahmu untuk yang terakhir kalinya. Kita berdua tersenyum bersamaan namun berbeda arti. Ini mungkin terakhir kalinya aku bersamamu. Sebab ada bagian dari hatiku yang mulai membencimu dan aku tak ingin itu.

Sakit dan menyenangkan. Mimpiku tercapai dan hancur seketika. Saat bersama denganmu waktu saat kita bersama seperti berlangsung selamanya sekaligus terasa sekejap mata. Namun satu hal aku tau, senyuman terakhir itu memang benar-benar untukku.

Kadang aku berpikir, jika aku menolak permintaanmu akankah hubungan kita tetap bertahan seperti dulu.


Back to main page