- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kapolda Jawa Tengah: Konflik Intoleransi Agama Paling Rentan
TS
acabindonesia
Kapolda Jawa Tengah: Konflik Intoleransi Agama Paling Rentan

TEMPO.CO, Banyumas- Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Inspektur Jenderal Condro Kirono menyebut di Jawa Tengah Konflik yang rentan sekaligus marak terjadi adalah konflik perebutan Sumber Daya Alam atau SDA dan intoleransi agama. "Itu hasil mapping yang sudah kita lakukan. Kami juga mereduksi dengan penguatan di kalangan ormas yang kami nilai merah putih dan toleran,” katanya kepada Tempo seusai memberi Kuliah Umum tentang kebinekaan di Gedung Soemardjito Universitas Soedirman, Selasa, 7 Maret 2017.
Maraknya konflik di Jawa Tengah, menurut Condro, disebabkan oleh iklim demokrasi yang cenderung liberal. Akibatnya, semakin menguatnya organisasi non pemeritah. Termasuk yang dinilainya memiliki afiliasi dengan negara di luar negeri.
Selain itu, pers dinilainya semakin bebas dengan beragam kepentingan. Hal itu semakin diperparah dengan perkembangan media sosial yang kerap menyebarkan berita palsu atau hoax. Dia menceritakan saat ulama NU yaitu KH Maimun Zubair memberikan pengajian di markas Kepolisian Daerah Jawa Tengah. Sesuai pengajian, kata Condro, tersebar berita yang seakan-akan KH Maimun Zubair memberikan himbauan agar tidak memilih salah satu pasangan pilkada Jakarta. "Tolong media mainstream mengcounter berita hoax," ujarnya.
Tidak adanya musuh bersama, kata Condro, juga memantik terjadinya konflik. Dia mencontohkan penjajahan oleh Belanda selama 350 tahun membuat persatuan solid. Ini sejalan dengan semangat hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 1908 dan hari Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Dalam konteks saat ini, ujar Condro, musuh bersama yang dimaksud adalah melawan kemiskinan yang dianggapnya sebagai akar utama konflik. Demi mensukseskan itu, diperlukan pemimpin yang mampun diterima semua golongan. Sedangkan pedoman yang digunakan adalah menjunjung nilai-nilai dalam Pancasila. "Saya juga tidak menampik meski kemudian ada pihak-pihak yang merasa tidak terakomodasi kepentingannya. Makanya terjadi pemberontakan G30S, NII, dan lain-lain ketika itu," katanya.
Rektor Universitas Soedirman, Achmad Iqbal menyikapi maraknya berita hoax yang menyulut konflik berakibat pada pesan-pesan berbau kebencian yang menolak pandangan berbeda. Mengantisipasi hal itu terjadi, maka diperlukan sikap arif dan bijaksana dalam menerima informasi. "Mereka akan senang dan tertawa kalau NKRI bubar dan runtuh. Hasil proklamasi sesungguhnya terdapat mandat untuk menjaga kebinekaan," ujarnya, menjelaskan.
Sumur: https://nasional.tempo.co/read/news/...-paling-rentan
Moga2 cepet musnah ni manusia2 intoleran...
0
1.2K
7
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan