Kaskus

Sports

Kaskus SportAvatar border
TS
Kaskus Sport
Derby Del Sole, Duel Dua Mantan Sahabat
Naples memiliki hubungan cukup spesial dibanding wilayah Italia lain yang berasal dari selatan. Pun dengan Ibukota Roma, yang juga kerap dijuluki sebagai bagian dari Il Mezzogiorno, atau kawasan selatan Italia dengan citra yang lekat dengan kemiskinan, kriminalitas, dan penduduk buta huruf yang tersebar di tiap penjuru. Karena alasan itulah, mereka yang berasal dari selatan seringkali menganggap kelompok dari utara sebagai masyarakat arogan yang gemar merendahkan kelompok lain. Maka jangan heran, apabila sentimen ini seringkali ‘berlanjut’ di atas lapangan hijau dan memancing rivalitas yang jauh lebih sengit dari kubu masing-masing.

Derby Del Sole, Duel Dua Mantan Sahabat


Sementara di sisi lain, solidaritas justru sering muncul dari tim sepakbola yang berasal dari pusat-selatan, atau secara gamblang, tidak berasal dari utara Italia. Salah satu bentuk solidaritas itu kerap tersaji pada Derby del Sole, sebuah laga prestisius yang mempertemukan antara Roma dan Napoli. Kedua tim merupakan delegasi pertama dari kawasan pusat-selatan Italia yang bergabung ke dalam kompetisi Lega Calcio pada 1926 silam. Julukan Derby del Sole ini masyhur didengungkan pada periode ’70 dan ’80, di mana kedua kubu saat itu sedang menjalin persahabatan yang cukup erat baik di level klub ataupun suporter. Jika skenario itu sulit Anda bayangkan, mungkin hubungan suporter Napoli dan Genoa di titik paling ekstrem saat ini—di mana bertukar atribut dan menyanyikan satu lagu bersama adalah hal wajar—bisa membantu Anda membayangkan situasi persahabatan serupa antara Napoli dan Roma. Setiap kedua tim bertemu, entah di Naples atau di Ibukota, maka laga akan selalu dipenuhi dengan selebrasi. Perwakilan dari kedua tim akan saling bertukar bendera, berjalan bersama mengelilingi stadion, kemudian menyanyikan lagu bersama-sama. Suporter Roma bakal berteriak, “Napoli! Napoli!” sementara Neapolitan membalasnya dengan teriakan, “Roma! Roma!”

Namun romansa itu tak abadi, sebab gesekan antara kedua tim terasa makin sulit untuk dihindari. Cikal bakal gesekan kedua tim terjadi pada musim panas 1985, kala Napoli memutuskan untuk merekrut ikon Lazio, Bruno Giordano. Suporter Roma merasa kecewa dengan keputusan ‘sang sahabat’ untuk merekrut pemain ikonik dari rival abadi mereka, dan perlahan-lahan solidaritas di antara kedua tim mulai surut. Setahun kemudian saat kedua tim bertemu di Ibukota, 15.000 suporter Napoli mendapat penyambutan yang tidak menyenangkan dan tercatat sebagai gesekan masif perdana di antara kedua kubu. Suporter tuan rumah menyanyikan lagu yang mengejek Bruno Giordano, sementara tim tamu merespons dengan mengolok-olok legenda hidup Il Lupi, Bruno Conti. Di luar lapangan tensi terasa cukup menegangkan, dan di akhir laga Azzurri mampu mencuri kemenangan tipis 1-0 berkat gol Diego Maradona yang meneruskan sodoran umpan Bruno Giordano.

Setahun kemudian, Napoli kembali ke Olimpico dengan menyandang status sebagai juara bertahan—sekaligus Scudetto perdana—dan memenangi Coppa Italia hanya berselang tiga bulan sebelumnya. Napoli masih menaruh respek terhadap Roma dengan kembali mengirim 15.000 suporter ke Ibukota, dan sepertinya laga bakal berjalan dengan lebih damai dibanding pertemuan satu tahun sebelumnya. Namun saat bendera Napoli dan Roma hendak saling ditukar satu sama lain di Curva Sud, suporter tim tamu justru mengolok-olok proses tersebut dan memancing suporter Roma untuk melakukan hal serupa. Tensi panas kemudian menyelimuti seantero stadion saat laga berlangsung. Sementara di atas lapangan, laga juga berjalan tidak kalah dramatis. Tertinggal 1-0 sampai menit 47, petaka lantas menghampiri Napoli kala Careca diusir wasit pada menit 54 karena sengaja menanduk pemain Roma, dan 9 menit kemudian Renica diusir wasit karena menerima kartu kuning kedua. Bermain dengan 9 orang tidak membuat Napoli patah arang, dan usaha mereka untuk menyamakan kedudukan berbuah hasil pada menit 67 berkat sontekan Francini. 9 orang pemain Napoli berhasil mempertahankan skor sampai peluit tanda pertandingan berakhir dibunyikan. Suporter Napoli cukup merasa puas dengan hasil ini, dan mereka terlihat tidak akan berbuat ulah dengan suporter tuan rumah. Namun secara mengejutkan, provokasi justru datang dari penggawa Napoli, Salvatore Bagni yang menampilkan gestur tangan ofensif ke arah tribun suporter Roma, dan kemudian secara simbolik mengakhiri relasi indah yang terjalin di antara kedua tim.

Mungkin betul ungkapan bahwa hanya ada batas tipis antara cinta dan benci, dan hal tersebut menjelaskan bagaimana relasi suporter Napoli-Roma seketika berubah menjadi rivalitas sengit dari waktu ke waktu. Sejak insiden Bagni tersebut, suporter kedua tim seringkali terlibat pada adu kekerasan dan rivalitas keduanya dianggap sebagai salah satu yang paling diwaspadai di Italia. Tidak ada lagi nyanyian dan saling bertukar atribut di antara kedua suporter, dan kini berganti menjadi ajang adu kekerasan, menghancurkan properti tuan rumah, menusuk suporter lawan, dan yang paling parah adalah saat suporter Napoli, Ciro Esposito ditembak oleh suporter Roma saat dalam perjalanan menghadiri laga final Coppa Italia antara Napoli versus Fiorentina di Ibukota.

Alih-alih mengakhiri konflik dan memutuskan untuk berdamai satu sama lain, keadaan justru semakin runyam karena di musim panas 2016 seorang suporter Roma tertusuk di Naples karena dilaporkan menolak untuk menutup tato Roma yang ada di lengannya. Sementara di Roma, plat yang didedikasikan untuk Ciro Esposito justru menjadi korban vandalisme. Hingga kini, kedua tim masih diharapkan untuk kembali merajut hubungan indah seperti yang pernah terjalin sebelumnya: demi melihat mentari kembali bersinar, persis seperti tajuk pertemuan spesial mereka, Derby del Sole.

Di giornata 27 nanti, kedua tim akan kembali berjumpa dengan masing-masing membawa luka dari bentrok tengah pekan di semifinal Coppa Italia. Napoli ditekuk tuan rumah Juventus dengan skor 3-1 dan menjadi perbincangan berkat dua hadiah penalti yang dianggap kontroversial oleh kubu Partenopei, sementara Roma dipermalukan oleh rival abadinya, Lazio, dengan skor akhir 2-0 di Olimpico. Kedua klub juga menyandang status sebagai tim paling ofensif di Serie-A sejauh ini, sekaligus menjadi tim yang paling berpeluang untuk menjegal kedigdayaan Juventus yang dengan bebasnya melaju seorang diri di bursa perburuan gelar juara. Hasil imbang jelas akan merugikan mereka, karena akan semakin menjauhkan jangkauan kedua tim dari posisi Si Nyonya Tua di puncak klasemen. Kemenangan adalah harga mati untuk Roma dan Napoli, apalagi dengan narasi sejarah yang membuat rivalitas kedua tim semakin terasa panas. Di Curva Sud Olimpico Sabtu malam nanti, gengsi Derby del Sole akan kembali bergema lagi.

Supported by:
Derby Del Sole, Duel Dua Mantan Sahabat

Derby Del Sole, Duel Dua Mantan SahabatDerby Del Sole, Duel Dua Mantan Sahabat

Derby Del Sole, Duel Dua Mantan SahabatDerby Del Sole, Duel Dua Mantan Sahabat
www.kaskus.co.id
0
1.9K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan