Mager (malas gerak) adalah sinonim dari rasa malas yang sudah menjadi kosakata yang melekat pada kebanyakan orang-orang. Mager tidak bisa didefinisikan dan digambarkan secara jelas dan tepat, karena bentuk-bentuk dari rasa mager ini banyak dan hanya orang yang merasakannya yang dapat memahami gejala ini. Mager merupakan hak dari setiap orang yang menjalani kehidupan yang pelik dan banal. Mager-mageran biasanya akan membawa seseorang pada zona nyaman dan akan melupakan sedikit problema pada hidupnya.



Terjebak dalam zona nyaman yang disebabkan oleh keenakan mager-mageran tidak selamanya membuat hidup menjadi lebih baik. Di balik rasa keenakan ini ada suatu penyakit yang akan berdampak pada penurunan produktivitas seseorang dalam hidupnya. Misalnya mager berangkat kerja karena cuaca hujan, mager revisi skripsi, mager beberes rumah, mager sosialisasi pada orang-orang, mager membaca buku-buku, mager cek kesehatan, dan lain-lain. Point-point dari contoh barusan ialah kesalahan seseorang dalam menyikapi rasa mager pada hidupnya dan akan menimbulkan dampak buruk.

Tipu menipu pada realitanya secara tidak sadar banyak dilakukan oleh orang-orang. Keenakan nipu tidak hanya dilakukan oleh para pejabat yang gila posisi saja, namun biasa juga dilakukan oleh orang-orang kecil yang tidak jujur pada hidupnya.



Manusia pada dasarnya mempunyai kewenangan penuh mengenai menentukan sikap dan menentukan konteks dalam berbicara terhadap orang di luarnya. Kewenangan atas diri sendiri ini seperti menjadi senjata untuk menipu seseorang yang ia pikir pantas untuk di tipu. Keburukan pikiran ini yang bisa membahayakan korban-korban yang terkena tipuan. Jika perilaku ini dibiarkan atau malah menjadi keenakan menipu dapat menyebabkan ia dikucilkan dalam sosial hingga terseret ke ranah hukum dan berakhir pada ruang gelap pengap penuh penyesalan.

Lari dari realita? Seperti menyenangkan. Mengkonsumsi minuman keras dan berbagai macam narkoba merupakan jalan tercepat guna melarikan diri dari realita pelik. Keadaan perasaaan, emosi dan beban pikiran merupakan fakto-faktor pendorong seseorang untuk melarikan diri dari realita tersebut.



Namun apakah harus dengan mengkonsumsi minuman keras dan narkoba seseorang bisa menstabilkan perasaan, emosi, dan beban pikiran di dalam hidupnya? Perilaku ini adalah godaaan dari lemahnya seseorang ketika dijebak oleh pekatnya realita. Ada premis yang mengatakan “Jangan lari dari masalah!”. Premis ini mendekati benar, karena ketika seseorang ditenggelamkan suatu masalah, sudah seharusnya untuk menemukan cara guna memperbaiki dan keluar dari masalahnya. Kekuatan berpikir dan tebalnya mental di dalam seseorang merupakan indikator guna menyelesaikan masalah-masalah di dalam hidupnya. Keenakan mabok dan narkoba tidak akan bisa menyelamatkan seseorang dari masalah bahkan seseorang bisa terkena masalah baru misalnya dari ranah hukum.