Hhm siang panas penuh terik dan terbakar. Hela nafas sejenak. Tuhan inikah rasanya?? Melepuh dalam uapan air laut yang mulai menampakkan siklus indahnya alam.

Terpanggang tanda salam kedamaian iman yang melarutkan ganasnya sang surya.
Sudikah engkau Adindaku tersayang kuceritakan tentang rindu yang terpendam? Mungkin umur kita tak banyak angkanya bahkan kenalpun kita baru sehasta.

Tapi setiap waktu aku akan membakar emosiku teringat lagi akan janjiku kepada Tuhanmu.
Adindaku tersayang aku bukanlah orang yang hebat bersembunyi didalam gelap karena keterikatanku akan batinmu.
Adindaku tersayang tidak ada hari sebahagia ketika bersamamu.

Mungkin aku sadar aku bukan orang yang pandai mengalahkan egomu atau menghempaskan ego pribadiku. Sadarkah engkau berapa banyak rasa rindu yang tertinggal tanpa kata dan manisnya bahasa puisi untuk dikatakan.

Tetapi aku tak seindah itu. Ada rasa yang tersimpan didalam diriku yang belum bisa aku utarakan secara frontal kepadamu. Aku hanya bisa menyampaikannya kepada Tuhanmu. Tahukah engkau akupun sedih ketika ada kata-kata yang tidak bisa langsung aku terima untuk didengar oleh ucapanmu.

Hhm, bahasa kita tidak serupa muaranya pun sudah pasti berbeda. Adindaku tersayang Aku tidak lebih hebat daripadamu namun Aku hanya seorang lelaki yang dipercaya oleh Tuhanmu menjadi wadah dimana ladang untuk tempatmu mendapatkan ridhoNya.

Didalam doa-doaku aku bermunajad kepada Sang Rahim yang Maha Membolak-balikan Hati dan beradu kekhusyukan untuk melembutkan dan melunakan qolbu masing-masing dari kita.

Sayang, maafkan aku yang memang belum bisa memenuhi banyak kehendakmu.
Ada rindu yang rindu itu hanya aku yang tau dan aku butuh kerinduan itu. Rindu cobalah berdamai.