- Beranda
- Komunitas
- Sports
- Liga Italia
Antara AS Roma dan Tendangan Penalti


TS
Kaskus Sport
Antara AS Roma dan Tendangan Penalti
Anda tahu sebuah tayangan kartun berjudul “Hey Arnold” yang ditayangkan sebuah stasiun televisi swasta. Salah satu karakter yang unik dalam serial televisi tersebut adalah Helga Geraldine Pataki. Cewek yang dikenal oleh para sahabatnya sebagai perempuan super tomboy dan memiliki sikap kurang simpatik ini ternyata memiliki sebuah rahasia yang tak diketahui seorang pun—kecuali penonton tentunya.
Bersikap arogan di kehidupan sehari-hari, bahkan sering menggangu tokoh utama, Arnold. Namun siapa sangka dibalik tingkahnya yang menyebalkan tersebut, Helga memiliki hati yang lembut dan memiliki rasa suka yang dalam kepada Arnold, bahkan levelnya sudah memuja akut lantaran ia membuat sebuah patung sembahan yang salah satu komponennya berupa kepala baseball yang bentuknya mirip dengan kepala Arnold. Sebuah anomali mengingat dalam kehidupan sehari-hari kedua tokoh tersebut saling bermusuhan.
Bicara soal tingkah Helga, penulis jadi teringat dengan salah satu pemain AS Roma, yakni Radja Nainggolan. Pria asal Belgia yang masih memiliki darah Indonesia ini mengaku membenci Juventus dan pinalti. Hal ini lantaran sang rival dianggap sering diberikan keistimewahan dari wasit di Italia yang sering memberikan hadiah berupa pinalti bagi Si Nyonya Tua dan dianggap sebagai bagian dari konspirasi untuk memuluskan langkah Juventus untuk meraih kemenangan.

"Saya adalah sosok yang menentang Juventus. Saya selalu membenci mereka, Juventus memenangi scudetto saat melawan kami di Trieste. Selain itu, mereka selalu mendapatkan penalti dan tendangan bebas," ujar Nainggolan mantap.
Namun, bila menilik dari statistik, maka ucapan mantan pemain Cagliari tentu tidak tepat. Faktanya, pada musim Serie A 2016/2017 ini justru kesebelasan Roma-lah yang paling banyak mendapatkan jatah pinalti dari wasit sejauh ini. Total mereka sudah mendapatkan 11 kali untuk menendang bola di titik pinalti dan berhasil melesahkan 9 gol. Sementara Juventus, tim yang disebut-sebut peraih gelar pinalti terbanyak justru baru mengemas dua gol dari dua kesempatan pinalti yang diberikan.
Sayangnya, dari 9 tendangan pinalti yang dilesahkan Roma musim ini, hanya 6 gol saja yang berhasil membuahkan kemenangan. Lain halnya dengan Juventus yang mampu memaksimalkan dua gol dari pinalti yang diberikan berujung dengan dua kemenangan penuh.
Bahkan pada kemenangan Roma atas tuan rumah Crotone 2-0 dalam lanjutan Serie A, Minggu (12/2/2017) Giallorossi kembali diberikan kesempatan untuk mengambil tendangan 12 pas pada menit ke-17. Sayangnya, sang eksekutor Edin Dzeko gagal menyelesaikan tugasnya. Catatan ini memperburuk rekor pinalti pria asal Bosnia-Herzegovina tersebut musim ini.
Total dari 3 kali kesempatan yang diberikan, ia hanya mencetak satu gol saja alias hanya 33% yang akurat. Hal ini bahkan membuat top skor Serie A sementara itu memilih untuk tidak lagi menjadi algojo lantaran trauma.
“Lain kali, saya mungkin akan memberikan kesempatan kepada rekan-rekan untuk menjadi algojo penalti. Tapi, saya akhirnya mampu mencetak gol. Itulah yang terpenting. Kegagalan melakukan tendangan penalti memang bisa saja terjadi,” imbuh Dzeko.
Seringnya Roma mendapatkan pinalti musim ini pun membuat gerah banyak pihak. Salah satunya yang paling frontal adalah Pelatih Cesena, Andrea Camplone. Hal ini lantaran kesebelasan yang bermain di Serie B tersebut harus kalah di ajang Coppa Italia lewat gol pinalti di menit terakhir yang sukses di eksekusi oleh Francesco Totti.
Camplone yang mengklaim anak asuhnya bermain dominan ini harus kalah lantaran di menit injury time. Hal ini menurutnya mencederai semangat bertanding Cessena yang mamu mengimbangi permainan Roma, namun harus kalah lewat cara yang curang.
"Itu adalah penalti yang hanya dilihat oleh sang wasit. Namun ia sudah memberikannya dan kami harus menerimanya. Kami sudah menampilkan kinerja yang luar biasa dan saya pikir kami mampu menjadi masalah besar bagi tim seperti Roma. Mereka benar-benar kesulitan” ungkap Camplone.
Kembali ke Nainggolan, mungkin ada baiknya bila anda fokuskan kebencian terhadap pinalti—dan juga Juventus. Ada baiknya tebalkan niat dan tekad untuk membawa Roma untuk berprestasi musim ini. Namun bila tetap gagal di akhir musim walau tetap menikmati rahmat sebagai tim yang paling banyak mendapakan pinalti, mungkin jawaban yang tepat adalah: ” Mohon bersabar ini ujian, mohon ditahan emosi, memang mengecewakan, iya”.
Atau jangan-jangan, Nainggolan ingin membela Juventus dikemudian hari? Bisa jadi. Lah Miralem Pjanic aja bisa pindah ke Juventus Stadium kok.
Bersikap arogan di kehidupan sehari-hari, bahkan sering menggangu tokoh utama, Arnold. Namun siapa sangka dibalik tingkahnya yang menyebalkan tersebut, Helga memiliki hati yang lembut dan memiliki rasa suka yang dalam kepada Arnold, bahkan levelnya sudah memuja akut lantaran ia membuat sebuah patung sembahan yang salah satu komponennya berupa kepala baseball yang bentuknya mirip dengan kepala Arnold. Sebuah anomali mengingat dalam kehidupan sehari-hari kedua tokoh tersebut saling bermusuhan.
Bicara soal tingkah Helga, penulis jadi teringat dengan salah satu pemain AS Roma, yakni Radja Nainggolan. Pria asal Belgia yang masih memiliki darah Indonesia ini mengaku membenci Juventus dan pinalti. Hal ini lantaran sang rival dianggap sering diberikan keistimewahan dari wasit di Italia yang sering memberikan hadiah berupa pinalti bagi Si Nyonya Tua dan dianggap sebagai bagian dari konspirasi untuk memuluskan langkah Juventus untuk meraih kemenangan.

"Saya adalah sosok yang menentang Juventus. Saya selalu membenci mereka, Juventus memenangi scudetto saat melawan kami di Trieste. Selain itu, mereka selalu mendapatkan penalti dan tendangan bebas," ujar Nainggolan mantap.
Namun, bila menilik dari statistik, maka ucapan mantan pemain Cagliari tentu tidak tepat. Faktanya, pada musim Serie A 2016/2017 ini justru kesebelasan Roma-lah yang paling banyak mendapatkan jatah pinalti dari wasit sejauh ini. Total mereka sudah mendapatkan 11 kali untuk menendang bola di titik pinalti dan berhasil melesahkan 9 gol. Sementara Juventus, tim yang disebut-sebut peraih gelar pinalti terbanyak justru baru mengemas dua gol dari dua kesempatan pinalti yang diberikan.
Sayangnya, dari 9 tendangan pinalti yang dilesahkan Roma musim ini, hanya 6 gol saja yang berhasil membuahkan kemenangan. Lain halnya dengan Juventus yang mampu memaksimalkan dua gol dari pinalti yang diberikan berujung dengan dua kemenangan penuh.
Bahkan pada kemenangan Roma atas tuan rumah Crotone 2-0 dalam lanjutan Serie A, Minggu (12/2/2017) Giallorossi kembali diberikan kesempatan untuk mengambil tendangan 12 pas pada menit ke-17. Sayangnya, sang eksekutor Edin Dzeko gagal menyelesaikan tugasnya. Catatan ini memperburuk rekor pinalti pria asal Bosnia-Herzegovina tersebut musim ini.
Total dari 3 kali kesempatan yang diberikan, ia hanya mencetak satu gol saja alias hanya 33% yang akurat. Hal ini bahkan membuat top skor Serie A sementara itu memilih untuk tidak lagi menjadi algojo lantaran trauma.
“Lain kali, saya mungkin akan memberikan kesempatan kepada rekan-rekan untuk menjadi algojo penalti. Tapi, saya akhirnya mampu mencetak gol. Itulah yang terpenting. Kegagalan melakukan tendangan penalti memang bisa saja terjadi,” imbuh Dzeko.
Seringnya Roma mendapatkan pinalti musim ini pun membuat gerah banyak pihak. Salah satunya yang paling frontal adalah Pelatih Cesena, Andrea Camplone. Hal ini lantaran kesebelasan yang bermain di Serie B tersebut harus kalah di ajang Coppa Italia lewat gol pinalti di menit terakhir yang sukses di eksekusi oleh Francesco Totti.
Camplone yang mengklaim anak asuhnya bermain dominan ini harus kalah lantaran di menit injury time. Hal ini menurutnya mencederai semangat bertanding Cessena yang mamu mengimbangi permainan Roma, namun harus kalah lewat cara yang curang.
"Itu adalah penalti yang hanya dilihat oleh sang wasit. Namun ia sudah memberikannya dan kami harus menerimanya. Kami sudah menampilkan kinerja yang luar biasa dan saya pikir kami mampu menjadi masalah besar bagi tim seperti Roma. Mereka benar-benar kesulitan” ungkap Camplone.
Kembali ke Nainggolan, mungkin ada baiknya bila anda fokuskan kebencian terhadap pinalti—dan juga Juventus. Ada baiknya tebalkan niat dan tekad untuk membawa Roma untuk berprestasi musim ini. Namun bila tetap gagal di akhir musim walau tetap menikmati rahmat sebagai tim yang paling banyak mendapakan pinalti, mungkin jawaban yang tepat adalah: ” Mohon bersabar ini ujian, mohon ditahan emosi, memang mengecewakan, iya”.
Atau jangan-jangan, Nainggolan ingin membela Juventus dikemudian hari? Bisa jadi. Lah Miralem Pjanic aja bisa pindah ke Juventus Stadium kok.
Supported by:





www.kaskus.co.id





www.kaskus.co.id
0
1.3K
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan