Kita lihat orang-orang di zaman sekarang saling menuduh, "Kamu wahabi ya?" atau "Kamu salafi ya? Ulama kamu itu sesat, kafir, dan sebagainya." Lalu bagaimana kita menghadapi masalah ini. Berikut ini penjelasan yang sangat bagus dari Mufti Menk dan juga Dr. Zakir Naik terkait masalah ini. Cekidot!
Spoiler for Transkripsi Pembicara Ismail ibn Musa Menk, also known as Mufti Menk, is a Muslim cleric and Mufti based in Zimbabwe:
Ketika seseorang menebar kebencian terhadap orang lain, jangan dengarkan, dan jika bisa beritahu mereka, "Tolong, jangan bicarakan orang lain. Aku tahu diriku, aku seorang Muslim, dan aku mencoba menyebarkan pesan baik(dakwah) ke seluruh kelompok biarkan aku melakukan dakwahku"
Tepat disaat aku berbalik untuk melawan mereka, aku menjadi petarung, aku menjadi petarung, aku menciptakan masalah lebih besar.
Lalu siapa yang akan berdakwah?
Karena tenagaku, semua tenaganya sekarang digunakan untuk dibuang-buang, untuk melakukan sesuatu yang kurang bermanfaat, bahkan malah menghancurkan.
Jadi tolong ketahui, ketika kau mendengar suatu cap atau label, kau harus lebih cerdas daripada cap itu.
Kau harus terbang di atasnya dan berkata, "Apapun yang datang dari orang ini, akan kuambil. Apapun yang buruk, akan kubuang."
Alasannya adalah, meskipun kau masuk dalam grup tertentu, ini bukan berarti apapun yang dikatakan ustad dari grupmu benar semuanya.
Mereka juga akan mengatakan hal yang salah, kau harus memilahnya.
Jadi inilah kenapa aku berkata, "Mari jangan biarkan umat kita hancur karena cap-cap yang ada ini."
Ambil yang baik dari setiap orang dan tinggalkan yang tidak baik, tidak peduli darimana asalnya.
Spoiler for Transkrip Pembicara Zakir Abdul Karim Naik, is an Indian Islamic preacher, and the founder and president of the Islamic Research Foundation:
Jika kau melihat masa kehidupan pada sejarah Rasulullah, beliau tidak mengutip hadits atau ayat Quran manapun yang menyebut dirinya Salafi. Jadi logikanya aku tidak akan membahasnya.
Dan pada zaman Rasulullah, ada orang, Munafik. Oke?
Ada orang-orang munafik.
Para sahabat tidak mengubah nama mereka. Ada Khariji, Khawarij, Kharajites.
Mereka menyebut diri mereka Khariji, orang-orang memberikan mereka cap, para sahabat tetap memanggil mereka Muslim.
Apakah para Sahabat berkata, "Beri mereka cap baru?" Tidak!
Mereka terus menyebutnya Muslim.
Ada Mu'tazilah, tapi orang-orang tetap memanggil mereka Muslim.
Jadi pada masa itu juga ada perbedaan, bukan berarti tidak ada.
Sekarang berkenaan pertanyaannya, Syekh Nashiruddin al-Albani berkata, "Kau harus menyebut dirimu Salafi."
Pertanyaanku adalah, Salafi yang mana? Aku bertanya balik.
Apa kau tahu ada berapa banyak Salafi? Apa kau Qurtubu atau Sururi, atau Madkhali?
Aku bisa menyebutkan Salafi lainnya.
Dengarlah, aku tidak berbicara menentang siapapun, jangan salah paham. Aku tidak bermaksud menyinggung mereka.
Tapi bahkan dalam Salafi ada berbagai grup.
Dan jika kau pergi ke Inggris, Masya Allah, Subhanallah, Allahu Akbar.
Ada begitu banyak grup!
Di Inggris, setiap grup saling bertengkar menyebut Salafi lainnya "kafir".
Naudzubillah!
Jadi kau termasuk Salafi yang mana?
Dan lagi, apapun cap yang kau berikan, pasti ada 'farraqu' (orang-orang yang memecah-belah).
Ketika Syi'ah datang, orang-orang berkata, "Kami Sunni." Ada juga kelompok "Ahlus Sunnah wal Jama'ah".
Kemudian lagi-lagi ada Hanafi, Syafi'i, Hambali, Maliki. Kemudian ada lagi Salafi, Ahli Haditz. Bahkan ada grup dalam kelompok ini.
Tepat saat ada cap yang diberikan manusia, cenderung ada 'farraqu' (orang-orang yang memecah-belah).
Bahkan ada perpecahan, Allah berfirman tentang itu.
Tapi jangan pikir dalam cap atau label yang kau berikan tidak akan ada perpecahan. Bukankan Allah maha tahu?
Allah tahu akan ada perpecahan dalam umat Muslim. Dia berfirman dalam Quran, Rasulullah menubuatkan.
Tapi Rasulullah tidak bersabda, "Sebut dirimu Ahli Hadits, sebut dirimu Salafi".
Salafi yang mana?
Jadi mungkin di masa awal Syekh Nashiruddin al-Albani, tidak ada grup dalam Salafi, tapi sekarang ada, Sururi, Madkhali, Qurtubi.
"Oh, dia tidak benar", dia menyebut dirinya sendiri Salafi.
Jadi sekarang ada buku baru, "True Salafi!" Salafi Sejati! Aku membaca buku berjudul "True Salafi!"
Apa arti dari "True Salafi" ini?
Aku Katakan, "Kau tahu kami punya program training dakwah di Bombay. Kami mengundang berbagai orang dari penjuru dunia.
Ada 19 orang dari 14 negara, dan banyak dari mereka masya Allah, dari Madinah University, dari Bahrain University, lebih dari 50% adalah Salafi, Masya Allah".
Jadi kami melakukan diskusi. Jadi kemudian saya mengajukan pertanyaan.
"Salafi singkatnya adalah aku beriman pada Quran dan hadits atau Salafush Shalih, yang disingkat Salafi".
Jadi saya bertanya ke dia, "Apakah Salafush Shalih lebih baik atau Muhammad S.A.W.?"
"Siapa yang lebih baik?"
Dia berkata, "Muhammad S.A.W."
"Jadi kenapa tidak menyebut dirimu Muhammadi?"
Benar atau Salah?
Siapa yang lebih superior, Muhammad S.A.W. atau Allah? Allah!
Jadi seseorang yang tunduk pada Allah disebut apa? Muslim!
Oke?
Jadi disini kita menyadari bahwa jika kau ingin memberikan cap atau label.
Daripada Salafi, Muhammadi lebih baik.
Daripada Muhammadi, Muslim lebih baik.
Dengan begitu aku katakan untuk cap atau label aku lebih memilih menyebut diriku Muslim!
Cukup sudah. Sejak awal Muslim, sampai kapanpun Muslim!
Semoga yang lagi pada ribut baca thread ini ya gan, kangen negeri Indonesia yang damai