![[Love Letter] Hanya Surat yang Tak Susah untuk Musnah](https://s.kaskus.id/images/2017/02/05/4615233_20170205034326.jpg)
Spoiler for Quote:
"..yang tak menoleh barang sekejap" kuote dari Puisi berjudul "Dari Bentangan Langit" karya Muhammad Ainun Nadjib
Spoiler for Draft:
Masih kucoba tuk tak teringatkan, pada hari-hari yang masih kujalani tanpa tanda tanya. Saat waktu melaju tanpa hulu dan hilir, dan tak pernah kumerasa harus melibatkan diri untuk membuatnya tetap berjalan. Juga ketika belum mampu ku menganggap pertanyaan apapun sebagai pertanyaan yang tertuju pada diriku yang dangkal ini , yang saat itu selalu bersembunyi jauh di dalam hatiku yang terkunci.
Hingga engkaupun bertanya, "Apakah engkau mencintaiku?", dengan cara yang belum kupahami dan dalam bentuk yang kuragukan. Setelah selama itu ku telah mencoba tuk menyembunyikan dengan rapi tentang apapun yang mungkin berpotensi untuk menunjukkannya. Dan ternyata engkaulah, yang ternyata bukan bagian dari mereka yang tak menoleh barang sekejap kepadaku, sedang mengirimiku kunci tuk membuka hatiku di masa depan secara diam-diam. Namun akalku saat itu tak kuasa untuk mencari jalan selain melarikan diri darimu, dengan alasan yang baru kusadari setelahnya, ternyata seperti balita yang sedang tak mau mengaku ketika berbohong.
Tiga tahun pun berlalu, dan kudengar kabar dari sahabatku bahwa kau kan menikahi kekasihmu yang telah kau kasihi selama sepuluh tahun ini. Saat ia berkata engkau sempat menanyakanku, akupun hampir berlari tuk menemuimu kembali, karena ku telah menyadari arti pertanyaanmu saat itu. Namun apa daya, rupanya aku masih terbelenggu oleh egoku yang berlapis, di satu bagian ku merasa kau tengah memberiku petunjuk dan kesempatan untuk membawamu pergi dari kekasihmu, yang dalam sangkaku adalah seorang kekasih yang terlalu posesif dan membuatmu bosan, maka seolah engkau memang punya angan tuk membuatku semakin mendekat kepadamu, yang tak pernah kusadari dan untungnya selalu bisa untuk tak kuturuti permintaan-permintaanmu saat itu.
Hingga akhirnya ku berhasil membuntui jalan kebingunganku, yang mengarah tuk mencoba mencurimu dari kekasihmu sebelum semuanya terlambat dan tak memungkinkan lagi, dan pasti kan kusesali sepanjang masa jika tak kulakukan. Namun rupanya di kebuntuan ini kutemukan keanehan, tentang tumbuhnya rasa syukur atas kedunguanku selama ini , dan keragu-raguan saat itu pulalah yang akhirnya menerbangkanku pada pemahaman bahwa inilah sesuatu yang tak perlu diujungi ceritanya. Betapa bangganya aku, yang terkadang sering juga kuyakini sebagai ilusi, bahwa ku sedang dan telah berhasil menyelamatkan kita berdua, bahkan bertiga, dari romantika yang menyakitkan. Tentu saja setelah kudekonstruksi pemahamanku akan kepengecutanku untuk bersamamu, dan mendaur-ulangnya menjadi keberanian untuk senyap. Yang mungkin telah terpatahkan dengan hadirnya surat ini di tanganmu.
Namun dengan surat haram ini, ingin kucoba meneteskan rasa terima kasihku. padamu yang tak pernah kusentuh, tetapi sudah tak pernah lagi ku sesali. Karena kau telah memberikanku sentuhan nilai autentik sekaligus tanaman dalam benakku yang bunganya kan mengingatkanku tentang tanda tanya besar yang harus kurelakan tak kutemukan jawabnya. Akarnya kan kuijinkan tuk tetap menyerapku, walau hanya bersumber dari pertemuan kita yang bahkan belum pernah bersalaman ini. Yang sampai saat surat ini berakhir masih belum mampu menemukan panggilan yang tepat untukmu.
Dari A., untuk R.