Liverpool resmi memasuki periode krisis. Satu kemenangan dalam delapan pertandingan terakhir di semua kompetisi telah menggiring The Reds ke jurang keterpurukan. Bahkan, mereka harus menelan kekalahan beruntun dalam tiga laga terakhir yang semuanya terjadi di hadapan pendukung sendiri, di Anfield, termasuk tersingkir di Piala Liga dan Piala FA.

Walhasil, di sisa musim ini, Jordan Henderson dkk. kini tinggal berkompetisi di Liga Primer Inggris saja. Situasi tersebut membuat Liverpool tak diunggulkan ketika menjamu sang pemuncak klasemen Chelsea, Rabu (3/2) dini hari WIB. Saat ini, Liverpool berada di posisi keempat dengan jarak sepuluh poin dari Chelsea.



Namun, sebuah asa kecil menyeruak di tengah segala pesimisme yang melanda The Anfield Gang. Adalah manajer mereka, Jurgen Klopp, yang memiliki rekor apik melawan para raksasa Inggris: Arsenal, Chelsea, Manchester City, Manchester United, dan Tottenham Hotspur.

Sejak bertugas di kursi panas Liverpool pada Oktober 2015, Klopp tercatat cuma mengecap sebiji kekalahan dalam 14 partai menghadapi penghuni enam besar klasemen Liga Primer tersebut. Sisanya, manajer asal Jerman itu mengantongi enam kemenangan dan tujuh kali berbagi poin.

Melawan Chelsea, misalnya, Klopp mampu membawa timnya dua kali menang dan tak pernah kalah, termasuk saat mempermalukan The Blues ­2-1 di Stamford Bridge pada awal musim ini.

Statistik tersebut menjadi angin segar bagi Liverpool di tengah rentetan hasil buruk. Jika tren spesialis tim besar milik Klopp ini berlanjut dan Chelsea mampu dikalahkan, maka Si Merah boleh membuka lagi pintu peluang juara yang belakangan ini tampak hampir tertutup rapat.

Sanggup, Klopp?