- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
TOLERANSI BERAGAMA di POJOK LORONG, MUSHALA dan KELENTENG hanya Dipisah Pagar Tembok


TS
avolutionvina
TOLERANSI BERAGAMA di POJOK LORONG, MUSHALA dan KELENTENG hanya Dipisah Pagar Tembok

Atap Musala Baitul Mukmini terlihat dari halaman kelenteng Hong Sekong, dua rumah ibadah yang berlokasi di Lorong Mat Beken, Rt 13 Kelurahan Tanjung Pinang, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi ini hanya terpisah tembok pembatas. wujud toleransi warga Jambi dalam hal perbedaan agama.
Quote:
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Sabtu (28/1/2017) menjadi momen yang paling ditunggu bagi umat Khonghucu, untuk merayakan hari Imlek dan tahun baru 2687 Kongzili.
Ribuan umat Khonghucu dari etnis Tionghoa di Kota Jambi sejak pagi berdatangan ke kelenteng untuk melaksanakan ibadah sembahyang. Bersama keluarga ornamen merah menyala melekat di baju hingga peralatan ibadah di kelenteng yang tersebar di kota Jambi.
Ornamen merah penuh gairah ini juga tampak di kelenteng Hong Sekong yang berlokasi di pojok lorong mat Beken, Rt 13 Kelurahan Tanjung Pinang Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi.
Sabtu sore menjelang magrib saat Tribun menyambangi kelenteng tersebut, suasana tampak sepi, hanya ada satu keluarga yang sedang melaksanakan inadah sembahyang.
Meski tidak seramai kelenteng yang lainnya, namun rumah ibadah ini menjadi salah satu pusat peribadatan umat konghucu yang cukup menjadi sorotan.
Mengingat lokasinya yang bersebelahan langsung dengan musala Baitul Mukminin yang hanya terpisah tembok yang memagari setinggi hampir tiga meter. Sore itu Suara azan magrib berkumandang, suaranya terdengar jelas dari kelenteng Hong Sekong namun tidak mengurangi kekhusyukan satu keluarga yang melakukan sembahyang.
Suasana ini sudah menjadi hal lumrah bagi warga di RT 13 Kelurahan Tanjung pinang karena keberadaan musala dan kelenteng yang berhimpitan sudah ada sejak belasan tahun lalu.
Aji pengurus kelenteng dibincangi tribun mengungkapkan, nilai toleransi yang tertanam lingkungan dua tempat peribadatan tersebut sangat terjaga dengan baik meski berbagai isu sara baik nasional hingga lokal tak menggubris kebersamaan warga disana.
"Sudah dari dulu suasana di lingkungan ini harmonis, kita hidup rukun walau tempat ibadah bersebelahan. lihat saja hanya dipisahkan tembok pembatas,"katanya.
Ia menuturkan, Kelenteng Hong Sekong dibangun sejak tahun 2013 lalu namun selama ini hampir tak pernah terdengar keributan persoalan beda kepercayaan.
"Rasanya ndak pernah ada ribut, malah kalau ada acara dikelenteng kita juga di bantu warga di sini, apa lagi tetangga-tetangga disini mayoritas muslim. dan kami merasa aman tinggal disini,"ujarnya.
Ia menuturkan, kelenteng Hong Sekong memang tak seramai kelenteng lainnya dan saat ibadah imlek pun tak begitu ramai dikunjungi dan kegiatan ibadah tetap berjalan tanpa kendala.
"Kita sudah saling mengerti dan saling menjaga, kebetulan didekat sini ada pemakaman kalau lagi rame, kita buka halaman untuk dijadikan tempat parkir,"katanya.
Tidak lama setelah Tribun berbincang-bincang dengan Aji, mengingat waktu memasuki magrib.
Aji yang baru bertugas sekitar satu tahun sebagai pengurus menuturkan rasa syukurnya karena keharmonisan di pojok lorong RT 13 ini tetap terjaga.
"Saya masih baru, tapi sejauh yang tahu disini selalu aman, yang reseh pun tidak ada, apa lagi kelenteng ini sama mushollah dibangunnya hampir dengan waktu bersamaan,"katanya sambil berjalan mengantar Tribun menuju pintu gerbang.
Selanjutnya tribun menuju musala Baitul Mukminin, muadzin baru saja usai mengumandangkan Adzan.
Untuk menuju mushollah dari kelenteng harus berjalan memutar mengingat lokasi kelenteng dan mushollah dibatasi tembok.
Di mushollah baitul mukmin, berada ditengah perumahan bedeng bagian pojok sebelah kiri.
Bangunannya pun cukup sederhana dua lantai.
Di bangunan bawah menjadi tempat pengajian dan tempat wudhu sementaaa ruang salat berlokasi di lantai dua.
Usai Sholat magrib, tribun coba berbincang dengan Ali Usman, Imam masjid yang mengimami sholat magri sori tadi.
Pria yang akrab disapa Haji Ali ini mengakui jika lingkungan di RT 13 cukup kondusif jika berbicara keberagaman.
Lokasi mushollah yang bersebelahan tak menjadi penghalang untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.
"Rasanya tidak pernah ada ribut, malah paling aman disini. walau pun kita bersebelahan tapi ibadah kita masing-masing, tidak ada ada yang merasa terganggu,"katanya.
Ia mengatakan, mushollah Baitul Mukmin memang dikenal milik pribadi Mat Beken, pedagang kambing yang cukup dikenal di Kota Jambi namun, aktifitas ibadah sangat aktif di mushollah, termasuk pengajian, dan kegiatan yasinan di masjid terjadwal dengan baik.
"Warga yang Sholat dari sekitar mushollah, memang milik pribadi orang taunya mushollah mat beken, tapi kegiatan umum,. anak-anak, termasuk ibu-ibu pengajian aktif disini,"katanya.
Terpisah, Cici istri mat Beken mengatakan, awalnya lokasi kelenteng sudah ada sejak lama namun baru sekitar tahun 2003 dibangun, tak lama berselang dengan pembangunan mushollah dan tidak persoalan meski lokasinya bersebelahan.
" Kita tujuan sama-sama ibadah, rasanya warga disini juga tidak ada yang usil ya. intinya kita ibadah, mereka ibadah. kita menjalankan agama dan kepercayaan kita masing-masing,"katanya.
M Paneh, Ketua RT 13 menuturkan hal serupa, bahkan ia kagum dengan kebersaman warga dilingkungannya.
Selain adanya dua rumah ibadah yang bersebelahan, warga yang tinggal di lingkungannya juga beragam dengan kepercayan dan agama berbeda.
"Di sini ada 127 Kartu keluarga, di RT 13 ini. beda-beda suku, beda agama. tapi justru aman, tidak ada keributan, dan gotong royong kita selalu sama-sama. termasuk menjaga keamanan,"katanya.
"Di sini kita tidak pernah membeda-bedakan, karena kita sama-sama saling menjaga," ujar M Pane yang sudah menjadi ketua RT sejak tahun 70-an.
Terkait keberadaan rumah ibadah yang bersebelahan, ia menuturkan, keberadaan keleteng di lingkungan tersebut sudah ada sejak lama namun baru di bangun sekitar tahun 2003.
"Dari tahun 60-an keleteng itu sudah ada, tapi dulu kecil. baru kemudian di bangun jadi lebih megah, lebih luas," katanya.
Meski sudah cukup tua namun, aktifitas ibadah disana tak begitu mencolok hanya terlihat beberapa orang yang datang.
"Di sini bukan pusatnya, kalau tidak salah yang di kampung manggis itu pusatnya, jadi tidak begitu aktif," katanya.
"Kalau mushollah itu memang milik pribadi, tapi aktif kegiatan termasuk kalau bulan puasa ramai. walau lokasinya bersebelahan alhamdulillah selama ini tentram saja,"ujarnya.
M Pane mengatakan, keberadaan dua rumah ibadah yang berbeda kepercayaan di RT ini menjadi rahmat.
"Selama saya jadi Ketua RT tidak pernah membeda-bedakan. Kita saling menjaga, saling membantu. kalau ada acara di kelenteng, anak-anak sini yang bantu jaga parkir. mudah-mudahan yang begini bisa tetap terjaga," katanya.
Sumber
http://m.tribunnews.com/regional/201...embok?page=all
Salahsatu torelransi yang sangat bagus, ditiru ya nastak nasbung


0
1.1K
Kutip
9
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan