
Quote:
Dear My Beloved SweetHeart 
Bagaimana kabarmu di sana? Sudahkah engkau menemukan tempat yang dijanjikan itu? Aku harap sudah, sungguh, aku berharap itu.
Mohon maaf dariku, setelah hampir dua bulan sejak kau meninggalkannku, baru kali ini aku mencoba untuk mengirimkan surat hati ini kepadamu.
Kau tahu angin? Mereka tak selalu berhembus dari darat ke laut, adakalanya daratan terhempas oleh dinginnya angin laut. Tuhan menciptakan hal itu untuk keseimbangan. Layaknya hidup dan mati yang tak menyisakan satupun makhluk untuk dikesampingkan, Aku bagaikan angin kerinduan yang terus berhembus mencari titik kehidupan, walaupun tak kutemukan itu, tidak tanpamu.
Sesekali kupandangi bintang di langit pada kesunyian malam. Kau tahu, tempat kita berdua bersama biasa menikmati momen tersebut. Ahhh…Bintang david kesukaannmu, seandainya tak ada bulan, mungkin bintang itulah sebagai penghangat bumi di malam hari. Hal itu yang selalu kau ucapkan ketika tubuh kita terbaring menghadap sang penguasa waktu gelap di atas pojok benteng Jogja. Walaupun sekarang harus kulakukan semua itu sendiri tanpamu.
Oh Tuhan..Aku sangat rindu di saat kita menjalani semuanya bersama, saat-saat dimana kau tertawa lepas oleh leluconku yang garing, saat kita mengendarai sepeda motor mengelilingi kota Jogja berdua tanpa tujuan yang jelas haha, kita memang sering melakukan itu.
Aku rindu saat kau mengatakan “Aku juga mencintaimu”, setiap kali aku mengatakan “Aku mencintaimu”. Aku rindu semua itu, aku rindu kamu.
Tapi kini kau telah pergi meninggalkannku untuk selamanya. Sedang apa kau di sana sayangku? Apakah kau sedang tertidur? Jika memang kamu sedang tertidur, aku berharap dua orang yang kemarin mengunjungimu mau untuk membacakan suratku ini untukmu.
Selamat tidur sayangku. Mimpi yang indah

Bagaimana kabarmu di sana? Sudahkah engkau menemukan tempat yang dijanjikan itu? Aku harap sudah, sungguh, aku berharap itu.
Mohon maaf dariku, setelah hampir dua bulan sejak kau meninggalkannku, baru kali ini aku mencoba untuk mengirimkan surat hati ini kepadamu.
Kau tahu angin? Mereka tak selalu berhembus dari darat ke laut, adakalanya daratan terhempas oleh dinginnya angin laut. Tuhan menciptakan hal itu untuk keseimbangan. Layaknya hidup dan mati yang tak menyisakan satupun makhluk untuk dikesampingkan, Aku bagaikan angin kerinduan yang terus berhembus mencari titik kehidupan, walaupun tak kutemukan itu, tidak tanpamu.
Sesekali kupandangi bintang di langit pada kesunyian malam. Kau tahu, tempat kita berdua bersama biasa menikmati momen tersebut. Ahhh…Bintang david kesukaannmu, seandainya tak ada bulan, mungkin bintang itulah sebagai penghangat bumi di malam hari. Hal itu yang selalu kau ucapkan ketika tubuh kita terbaring menghadap sang penguasa waktu gelap di atas pojok benteng Jogja. Walaupun sekarang harus kulakukan semua itu sendiri tanpamu.
Oh Tuhan..Aku sangat rindu di saat kita menjalani semuanya bersama, saat-saat dimana kau tertawa lepas oleh leluconku yang garing, saat kita mengendarai sepeda motor mengelilingi kota Jogja berdua tanpa tujuan yang jelas haha, kita memang sering melakukan itu.
Aku rindu saat kau mengatakan “Aku juga mencintaimu”, setiap kali aku mengatakan “Aku mencintaimu”. Aku rindu semua itu, aku rindu kamu.
Tapi kini kau telah pergi meninggalkannku untuk selamanya. Sedang apa kau di sana sayangku? Apakah kau sedang tertidur? Jika memang kamu sedang tertidur, aku berharap dua orang yang kemarin mengunjungimu mau untuk membacakan suratku ini untukmu.
Selamat tidur sayangku. Mimpi yang indah
