Kaskus

Sports

Kaskus SportAvatar border
TS
Kaskus Sport
Sampdoria vs AS Roma: Ujian Lanjutan Trio Bek Serigala Ibu Kota
Hingga pekan ke-21 Serie A Italia, AS Roma masih terus membuntuti Juventus di puncak klasemen. Klub asal ibu kota Italia ini, masih memiliki selisih satu poin dengan Juventus, Hanya saja Juventus masih menyisakan satu pertandingan lebih banyak dari AS Roma.

Sejak ditaklukan Juventus pada pertengahan Desember lalu, Roma mencatatkan pencapaian yang mengesankan. 5 kemenangan beruntun dengan catatan 10 gol dan hanya 1 kali kebobolan. Hal yang belum bisa diulangi oleh Roma, sejak awalan sempurna mereka pada musim 2013 di bawah asuhan Rudi Garcia. Akhirnya setelah hampir 4 musim berselang, AS Roma kembali terlihat solid dan memiliki alasan untuk bersaing merebut titel scudetto. Revolusi taktik dan mental yang dicanangkan Spalletti berjalan dengan mulus, apalagi didukung dengan fakta bahwa Stadio Olimpico kini menjelma menjadi markas yang angker untuk seluruh klub Italia.

Sampdoria vs AS Roma: Ujian Lanjutan Trio Bek Serigala Ibu Kota


Kredit spesial tentu pantas disematkan pada Spalletti, tapi jika menyebut nama penggawa Roma, tentu sosok seperti Kevin Strootman, Radja Nainggolan, Mohamed Salah, dan Edin Dzeko bakal disebut sebagai alasan utama kenapa mereka tampil impresif sejauh ini. Tapi, tahukah Anda bahwa Roma punya alasan lain atas performa apiknya?

Keputusan untuk mengganti skema empat bek menjadi tiga bek, adalah alasan utama kenapa perubahan skema Roma secara menyeluruh ini mampu berjalan dengan mulus. Awalnya Spalletti memainkan skema ini karena keterbatasan opsi fullback akibat badai cedera, namun seiring berjalannya waktu justru menjadi opsi favorit anyar bagi pelatih berkepala plontos itu. Pada skema tiga bek ini, Spalletti telah menjajal trio Fazio-Manolas-Rudiger, dan memiliki Vermaelen plus Juan Jesus sebagai pelapis. Meski belum mencatatkan rekor mentereng seperti trio Barzagli-Bonucci-Chiellini milik Juventus, trio bek Roma perlahan-lahan menunjukkan kapasitasnya sebagai salah satu lini pertahanan terbaik di Serie-A saat ini.

Dengan skema tiga bek, Roma memang tidak lagi menampilkan karakter ultra-ofensif seperti awal musim, tapi jelas memiliki keseimbangan jauh lebih baik—juga lebih efektif untuk mendulang poin sempurna. Seperti yang ditampilkan Roma saat menekuk Cagliari dengan skor tipis 1-0 pada pekan 21, di mana Roma mencatatkan performa yang solid di pelbagai lini. Kembalinya Perotti dan Emerson, juga membuat Roma merasa nyaman untuk melakukan penetrasi dari sisi sayap. Ketika tidak membawa bola, Roma terlihat memainkan 3-4-2-1, namun saat tim lawan kehilangan bola, mereka cepat melakukan transisi dengan memainkan pola ofensif 2-5-3. Fullback yang ada di flank lebih bebas untuk naik membantu serangan, sehingga lawan akan mendapati setidaknya ada 8 pemain ada di daerah pertahanan mereka.

Kegemaran Peres yang kerap mengirimkan umpan silang juga akan terfasilitasi dengan baik, seperti yang ia tampilkan saat melawan Cagliari pekan lalu. 5 umpan dihasilkan oleh mantan penggawa Torino tersebut, meski sayangnya tidak bisa diselesaikan dengan baik oleh rekan-rekannya karena naluri mencetak gol yang kurang tajam. Satu-satunya striker murni yang sedang tampil on-fire musim ini, Edin Dzeko, sering mendapatkan pengawalan ekstra ketat karena bermain ‘seorang diri’ di depan. Tapi ketika ia lepas dari pengawalan dan sodoran umpan silang tepat tertuju padanya, maka mimpi buruk akan menjadi milik kiper tim lawan.

Sampdoria vs AS Roma: Ujian Lanjutan Trio Bek Serigala Ibu Kota


Roma juga masih memiliki Mario Rui dan penggawa idola para suporter, Alessandro Florenzi, yang sudah terlihat kembali berlatih pasca dibekap cedera serius di 2016 lalu. Salah juga bisa kembali membela Roma setelah pergantian bulan, dan akan membuat Spalletti memiliki banyak alternatif untuk menyusun skema serangan. Tapi yang jelas, dengan terbuktinya kesolidan skema tiga bek dalam 6 laga terakhir, bisa dipastikan bahwa Roma akan memainkan formasi serupa kala melawan Sampdoria akhir pekan nanti. Sebab sudah menjadi kebiasaan tak tertulis, bahwa tim dengan lini belakang solid akan memudahkan pelatih manapun untuk menyusun lini yang ada di depannya. Apalagi, belantara Serie-A sedari dulu masyhur menaruh respek kepada palang pintu pertahanan yang kokoh.

Yang cukup mengejutkan dari transformasi lini belakang Roma musim ini adalah, resurgensi Federico Fazio yang sempat dibilang ‘habis’ pasca dilepas oleh Sevilla. Sempat dianggap sebagai salah satu prospek panas Eropa pada awal karirnya, Fazio butuh waktu setidaknya 4 musim untuk bisa menjadi pilihan utama Sevilla. Meski menyandang peran integral pada kesuksesan timnas Argentina di Piala Dunia U-20 2007 dan Olimpiade 2008, Fazio nyatanya tidak pernah menerima puja-puji seperti pemain lain yang berada di posisinya—tapi bermain di klub yang lebih populer. Padahal selama hampir 200 laga bersama Sevilla, pria kelahiran Buenos Aires itu meraih 4 trofi bergengsi—termasuk 2 kali jawara Europa League pada musim 13/14 dan 15/16.

Tandem Fazio di belakang, ada Manolas, Jesus, dan Rudiger. Ketiga pemain ini dirotasi oleh Spalletti untuk ‘menemani’ Fazio di belakang, dan terbukti sukses menjalankan instruksi seperti yang diinginkan oleh eks-arsitek Zenit tersebut. Sepanjang 2017 Roma sama sekali belum kebobolan, dan tercatat hanya kemasukan 2 gol dari 8 laga terakhir di semua kompetisi. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Roma memang memiliki konsekuensi atas solidnya lini belakang mereka saat ini. Sepanjang 2017 di Serie-A, Roma hanya mampu menang dengan selisih 1 gol saja, dan kondisi tersebut akan sangat rawan jika mereka berhadapan dengan tim yang punya skuat ultra-ofensif seperti Napoli atau Torino. Tapi Spalletti tampaknya tidak terlalu peduli akan hal tersebut, karena raihan 3 poin jauh lebih penting dibanding skenario apapun dalam sebuah laga. Lagi pula, Roma juga masih punya banyak waktu—sebelum Europa League tiba—untuk menyempurnakan taktik yang masih tergolong anyar untuk skuat yang mereka miliki. Asalkan memiliki pijakan kokoh yang sudah lama mereka cari, perbaikan di lini lain sepertinya akan terasa jauh lebih mudah.

Berdasarkan sejarah, pertahanan terbaik memang tidak selalu memenangi laga, tapi jelas akan memenangi kompetisi. Spalletti paham betul bahwa pakem tersebut selalu bekerja di Italia dari waktu ke waktu, dan langkah inilah yang sedang dilakukan oleh Giallorossi sejak pergantian tahun. Setelah 16 tahun berselang, akhirnya Roma punya asa yang benar-benar pantas untuk dipercayai sampai akhir musim. Dengan konsistensi performa dan sentuhan Dewi Fortuna yang bisa membuat Si Nyonya Tua tergelincir saban waktu, bukan tidak mungkin skema tiga bek ini bisa membawa Serigala Roma kembali melolong kencang untuk merebut perisai juara yang lima musim terpajang tenang di sudut kota Turin.

Pekan ini, AS Roma akan bertandang ke Stadion Luigi Ferraris, markas Sampdoria. Sampdoria sendiri masih terpuruk di peringkat ke-16 dengan torehan 24 poin. Anak asuh Marco Giampaolo ini masih kesulitan untuk menunjukan performa terbaik mereka.

Supported by:
Sampdoria vs AS Roma: Ujian Lanjutan Trio Bek Serigala Ibu Kota

Sampdoria vs AS Roma: Ujian Lanjutan Trio Bek Serigala Ibu KotaSampdoria vs AS Roma: Ujian Lanjutan Trio Bek Serigala Ibu Kota

Sampdoria vs AS Roma: Ujian Lanjutan Trio Bek Serigala Ibu KotaSampdoria vs AS Roma: Ujian Lanjutan Trio Bek Serigala Ibu Kota
www.kaskus.co.id
0
466
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan