- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
CALCIO DAN KULTUR ITALIA


TS
ucln
CALCIO DAN KULTUR ITALIA

Lagi dan lagi sebuah tulisan dari Andrey Milanello akan menghiasi Trit ane kali ini, sebelum dibaca sempatkan untuk memberi rate 5 dan lemparan BATA terlebih dahulu. Happy Reading..!! 

Quote:
Setelah wanita, barulah sepakbola. Lalu disusul budaya dan akhirnya politik. Itulah empat besar nilai-nilai kehidupan di Italia yang masih berlaku sampai sekarang.
Ketika atlit ski es Armin Zoeggeler sukses memberi medali emas pertama bagi Italia di Olimpiade Musim Dingin Torino 2006, keesokan harinya berita Serie A menyita 23 halaman pertama La Gazzetta dello Sport, sedangkan berita-berita Olimpiade baru dimulai di halaman 30.
Adalah fakta, bahwa api Olimpiade pun tak mampu melumerkan Serie A. Di Italia, calcio adalah sebenar-benarnya hasrat. Sepakbola lebih dari sebuah olahraga kebangsaan dan kebanggaan.
“Sepakbola adalah hikayat nasional,” kata pengamat sosial Giuseppe Severgnini.
Ketika seorang jurnalis dari Amerika Serikat menyatakan kekecewaannya atas animo masyarakat Italia terhadap Olimpiade Torino, Severgnini menegaskan: “Ini bukan Amerika, bung! Anda punya basket NBA, liga baseball, dan American Football, tapi di sini sepakbola tak punya rival sama sekali.”
Bagi orang Italia, memang, sepakbola lebih dari sekedar hiburan. Dalam taraf tinggi, calcio menjadi struktur nasional yang mempengaruhi kehidupan. Jika anda adalah pemilik perusahaan atau pabrik, maka pada hari Senin bisa dipastikan anda akan berbicara soal Serie A bahkan kepada 500 pegawai anda.
Hanya dengan sepakbola, maka persatuan Italia yang pernah diimpikan Niccolo Di Bernardo Machiavelli (1469-1527) dalam bukunya Discorsi, benar-benar ada.
Pada dasarnya, Italia sulit bersatu karena perbedaan kultur yang sudah tertera sejak runtuhnya imperium Romawi pada tahun 476 dan mencapai puncaknya pada 1305. Jika orang Amerika akhirnya bersatu gara-gara Hollywood, maka Italia disatukan oleh calcio yang nyaris berbarengan waktunya dengan era unifikasi pada 1861. Tak ada monopoli terbaik di Italia selain sepakbola.
Kalau orang Italia bicara kampung halaman atau kotanya, salah satunya pasti melalui sepakbola. Hal itu terjadi setelah aneka kebanggaan mulai dari resep makanan, seniman, bangunan, wanita-wanita terhormatnya dirasa tidak efektif lagi untuk diperdebatkan.
Ketika zaman Renaissance alias Gerakan Lahir Kembali muncul di abad 13, lima kota penting di negeri semenanjung yang berbentuk kaki yang sedang menendang bola itu sudah melakukan ratifikasi persatuan primitif Liga Italia yang menjadi “blue-print” Lega Calcio sekarang ini.
Kota-kota yang berpengaruh saat itu adalah Milano dan Venezia di utara, lalu Roma dan Firenze di tengah, serta Napoli di selatan.
Ketika atlit ski es Armin Zoeggeler sukses memberi medali emas pertama bagi Italia di Olimpiade Musim Dingin Torino 2006, keesokan harinya berita Serie A menyita 23 halaman pertama La Gazzetta dello Sport, sedangkan berita-berita Olimpiade baru dimulai di halaman 30.
Adalah fakta, bahwa api Olimpiade pun tak mampu melumerkan Serie A. Di Italia, calcio adalah sebenar-benarnya hasrat. Sepakbola lebih dari sebuah olahraga kebangsaan dan kebanggaan.
“Sepakbola adalah hikayat nasional,” kata pengamat sosial Giuseppe Severgnini.
Ketika seorang jurnalis dari Amerika Serikat menyatakan kekecewaannya atas animo masyarakat Italia terhadap Olimpiade Torino, Severgnini menegaskan: “Ini bukan Amerika, bung! Anda punya basket NBA, liga baseball, dan American Football, tapi di sini sepakbola tak punya rival sama sekali.”
Bagi orang Italia, memang, sepakbola lebih dari sekedar hiburan. Dalam taraf tinggi, calcio menjadi struktur nasional yang mempengaruhi kehidupan. Jika anda adalah pemilik perusahaan atau pabrik, maka pada hari Senin bisa dipastikan anda akan berbicara soal Serie A bahkan kepada 500 pegawai anda.
Hanya dengan sepakbola, maka persatuan Italia yang pernah diimpikan Niccolo Di Bernardo Machiavelli (1469-1527) dalam bukunya Discorsi, benar-benar ada.
Pada dasarnya, Italia sulit bersatu karena perbedaan kultur yang sudah tertera sejak runtuhnya imperium Romawi pada tahun 476 dan mencapai puncaknya pada 1305. Jika orang Amerika akhirnya bersatu gara-gara Hollywood, maka Italia disatukan oleh calcio yang nyaris berbarengan waktunya dengan era unifikasi pada 1861. Tak ada monopoli terbaik di Italia selain sepakbola.
Kalau orang Italia bicara kampung halaman atau kotanya, salah satunya pasti melalui sepakbola. Hal itu terjadi setelah aneka kebanggaan mulai dari resep makanan, seniman, bangunan, wanita-wanita terhormatnya dirasa tidak efektif lagi untuk diperdebatkan.
Ketika zaman Renaissance alias Gerakan Lahir Kembali muncul di abad 13, lima kota penting di negeri semenanjung yang berbentuk kaki yang sedang menendang bola itu sudah melakukan ratifikasi persatuan primitif Liga Italia yang menjadi “blue-print” Lega Calcio sekarang ini.
Kota-kota yang berpengaruh saat itu adalah Milano dan Venezia di utara, lalu Roma dan Firenze di tengah, serta Napoli di selatan.

Quote:
Pada tahun 1489, kekuasaan Lorenzo Il Magnifico, raja Firenze, mulai mendapat pertentangan dari tokoh agama Girolamo Savonarola yang didukung Paus dan Raja Prancis Charles VIII dan penerusnya, Louis XII.
Saat itu, diantara Milano, Roma, Napoli dan Venezia, kerajaan Firenze adalah merupakan paling makmur dan berpengaruh di Eropa.
Namun kepemimpinan Lorenzo yang bersilsilah dari keluarga Medici yang menguasai perdagangan umum dan perbankan Eropa selama 300 tahun, dikutuk golongan gereja karena dituduh melahirkan kehidupan yang melupakan ajaran agama, kemerosotan moral yang parah dan terlalu mengagungkan nilai-nilai keduniawian.
Dua kerajaan besar, Prancis dan Spanyol, akhirnya terseret ke dalam konflik internal Italia. Lebih dari itu, mereka malah berpeluang menguasai negeri jazirah itu secara keseluruhan.
Milano, Roma, Napoli, Firenze dan Venezia takluk dibagi rata oleh penjajah. Hanya Roma — yang di dalamnya ada Negara Kepausan, Vatikan — selamat berkat kesepakatan dengan Prancis dan Spanyol sebelumnya.
Maka jangan heran bila secara tradisional, kultur itu masih terasa di kancah sepakbola Serie A sekarang ini. Milano yang kental beraroma Jerman, Roma yang dipengaruhi oleh Kepausan, Napoli yang berbau dinasti Anjou dari Prancis, atau Sicilia yang berhawa klan Aragon dari Spanyol.
Kebangkitan Italia akhirnya baru muncul lagi setelah tiga abad kemudian, yang dimulai oleh bahu membahunya Raja Sardinia, Vittorio Emanuele II dengan Giuseppe Garibaldi yang sukses menaklukan Napoli dan Sicilia dan memenangkan peperangan atas Austria dan Prancis pada 17 Maret 1861.
Dari sejarahnya yang ruwet dan kompleks itulah, tak lama kemudian sepakbola Italia dilahirkan.
Saat itu, diantara Milano, Roma, Napoli dan Venezia, kerajaan Firenze adalah merupakan paling makmur dan berpengaruh di Eropa.
Namun kepemimpinan Lorenzo yang bersilsilah dari keluarga Medici yang menguasai perdagangan umum dan perbankan Eropa selama 300 tahun, dikutuk golongan gereja karena dituduh melahirkan kehidupan yang melupakan ajaran agama, kemerosotan moral yang parah dan terlalu mengagungkan nilai-nilai keduniawian.
Dua kerajaan besar, Prancis dan Spanyol, akhirnya terseret ke dalam konflik internal Italia. Lebih dari itu, mereka malah berpeluang menguasai negeri jazirah itu secara keseluruhan.
Milano, Roma, Napoli, Firenze dan Venezia takluk dibagi rata oleh penjajah. Hanya Roma — yang di dalamnya ada Negara Kepausan, Vatikan — selamat berkat kesepakatan dengan Prancis dan Spanyol sebelumnya.
Maka jangan heran bila secara tradisional, kultur itu masih terasa di kancah sepakbola Serie A sekarang ini. Milano yang kental beraroma Jerman, Roma yang dipengaruhi oleh Kepausan, Napoli yang berbau dinasti Anjou dari Prancis, atau Sicilia yang berhawa klan Aragon dari Spanyol.
Kebangkitan Italia akhirnya baru muncul lagi setelah tiga abad kemudian, yang dimulai oleh bahu membahunya Raja Sardinia, Vittorio Emanuele II dengan Giuseppe Garibaldi yang sukses menaklukan Napoli dan Sicilia dan memenangkan peperangan atas Austria dan Prancis pada 17 Maret 1861.
Dari sejarahnya yang ruwet dan kompleks itulah, tak lama kemudian sepakbola Italia dilahirkan.

Quote:
Dalam kancah politik, sepakbola juga berarti pertempuran antar faham.
Di Torino, Juventus adalah sayap kanan (borjuis). Sedangkan AC Torino sendiri sayap kiri (proletar).
Di Milano, para Milanisti sejati pertama kali muncul dari kelas pekerja yang berinduk pada kapitalisme, sedangkan FC Internazionale cenderung marxisme.
Golongan yang sefaham dengan Juve, sayap kanan yang makin ekstrem atau radikal, muncul dari kota-kota Ascoli, Verona, Padova dan Triestina.
Sebagai faktor penyeimbang, maka lahir pula kalangan sayap kiri yang datang dari Bologna, Brescia atau Genoa. Jika tifosi Lazio sering mengusung poster-poster Benito Mussolini, maka tifosi Livorno bangga dengan gambar-gambar Che Guevara.
Dari gesekan politik inilah, Serie A dilahirkan dan dibesarkan.
Di Torino, Juventus adalah sayap kanan (borjuis). Sedangkan AC Torino sendiri sayap kiri (proletar).
Di Milano, para Milanisti sejati pertama kali muncul dari kelas pekerja yang berinduk pada kapitalisme, sedangkan FC Internazionale cenderung marxisme.
Golongan yang sefaham dengan Juve, sayap kanan yang makin ekstrem atau radikal, muncul dari kota-kota Ascoli, Verona, Padova dan Triestina.
Sebagai faktor penyeimbang, maka lahir pula kalangan sayap kiri yang datang dari Bologna, Brescia atau Genoa. Jika tifosi Lazio sering mengusung poster-poster Benito Mussolini, maka tifosi Livorno bangga dengan gambar-gambar Che Guevara.
Dari gesekan politik inilah, Serie A dilahirkan dan dibesarkan.
Quote:
Ketika perseteruan kian meruncing akibat dominasi kapitalis yang berjasa melahirkan sepakbola sebagai industri nasional, mereka yang beraliran sosialis tidak tinggal diam dan akhirnya memberi perlawanan.
Bayang-bayang perang saudara yang pernah terjadi di abad 15 bagaikan muncul kembali seperti yang diceritakan dalam buku Il Principe.
Lambat laun, Serie A berada di persimpangan jalan keruwetan.
Antara hidup dan mati, kehancuran dan kebangkitan.
Waktunya pun tiba.
Antara hidup dan mati, kehancuran dan kebangkitan.
Waktunya pun tiba.
Bayang-bayang perang saudara yang pernah terjadi di abad 15 bagaikan muncul kembali seperti yang diceritakan dalam buku Il Principe.
Penulis: Andrey Milanello (AM9)
Patut Untuk Dibaca:
- Ini Wujud Mobil yang Bisa Memahami Perasaan Manusia
- PENDEKAR SLEBOR
- TOP SCORE LIGA ITALIA SEPANJANG MASA
- MILANO CALIBRO 9
- MARCO VAN BASTEN: SYMPHONI No. 9
- PENTACONTAGON AC MILAN
Diubah oleh ucln 08-01-2017 13:08
0
30.8K
Kutip
197
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan