- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pembangunan MRT, Bor Mustikabumi Telah Tembus Hingga ke Setiabudi


TS
killergodnana
Pembangunan MRT, Bor Mustikabumi Telah Tembus Hingga ke Setiabudi
Quote:

Jakarta - PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta terus berupaya mengebut pembangunan fisik transportasi massal modern di Jakarta. Terbukti, dari satu dari empat mesin bor bawah tanah, yang bernama Mustikabumi telah berhasi menembus jalur bawah tanah di Stasiun Setiabudi kemarin, Selasa (3/1).
“Kemarin, mesin bor Mustikabumi telah berhasil menembus stasiun bawah tanah di Setiabudi,” kata Tubagus Hikmatullah, Corporate Secretary Division Head PT MRT Jakarta, Rabu (4/1).
Ia menjelaskan saat ini ada empat mesin bor bawah tanah yang digunakan pada paket pekerjaan konstruksi bawah tanah proyek MRT Jakarta. Mesin bor tersebut digunakan untuk membuat terowongan jalur bawah tanah MRT sepanjang Senayan sampai dengan Bundaran HI.
Dua mesin bor bawah tanah (Antareja & Antareja II) dioperasikan dari arah selatan, Patung Pemuda, menuju ke arah utara. Serta dua mesin bor bawah tanah lainnya (Mustikabumi I & Mustikabumi II) dioperasikan dari arah utara, Bundaran HI, menuju arah selatan.
“Pekerjaan tunneling keempat bor bawah tanah tersebut nantinya akan berakhir di Stasiun Setiabudi yang ditargetkan akan selesai pada bulan Februari 2017,” ujarnya.
Dijelaskannya, mesin bor pertama (Antareja) mulai beroperasi sejak bulan September 2015, sedangkan mesin bor kedua (Antareja II) telah dioperasikan sejak bulan November 2015.
Bor Antareja telah melakukan pekerjaan pembuatan terowongan sepanjang 2352 meter dari total panjang 2619 meter, sedangkan untuk Bor Antareja II telah melakukan pekerjaan pembuatan terowongan sepanjang 2124 meter dari total panjang 2614 meter.
“Saat ini mesin bor pertama (Antareja) dan kedua (Antareja II) tengah melakukan pengeboran dari Stasiun Bendungan Hilir menuju Stasiun Setiabudi,” terangnya.
Dua mesin bor bawah tanah lainnya, bernama Mustikabumi I dan Mustikabumi II. Untuk Mustikabumi I telah dioperasikan mulai dari titik Bundaran HI sejak Februari 2016. Sedangkan untuk Mustikabumi II, telah mulai beroperasi dari lokasi yang sama sejak April 2016.
Bor Mustikabumi I telah melakukan pekerjaan pembuatan terowongan sepanjang 1396,5 meter dari total panjang 1396,5 meter, sedangkan untuk Bor Mustikabumi II telah melakukan pekerjaan pembuatan terowongan sepanjang 1057,5 meter dari total panjang 1401 meter.
“Kedua mesin bor ini bergerak melakukan penggalian membuat terowongan jalur bawah tanah MRT menuju arah Selatan, menembus Stasiun Dukuh Atas hingga berakhir di Stasiun Setiabudi,” tuturnya.
Mesin bor pertama dan kedua (Antareja dan Antareja II) dioperasikan oleh kontraktor paket pekerjaan CP 104 & CP 105 (Senayan – Setiabudi), yaitu SOWJ Joint Venture yang terdiri dari Shimizu – Obayashi - Wijaya Karya - Jaya Konstruksi.
Untuk mesin bor ketiga dan keempat (Mustika Bumi I dan Mustika Bumi II) dioperasikan oleh kontraktor paket pekerjaan CP 106 (Dukuh Atas – Bundaran HI), yaitu SMCC-HK Joint Operation yang terdiri dari Sumitomo Mitsui Construction Company – Hutama Karya.
Keempat mesin bor rata-rata memiliki diameter sekitar 6,7 meter, dengan total panjang sekitar 43 meter dan bobot mencapai sekitar 300 ton, mulai dari bagian kepala (cutterhead) hingga bagian akhir (backup cars).
Sebagai gambaran cara kerja Tunnel Boring Machine (TBM) ini, setiap mesin bor melakukan penggalian ke arah depan, kemudian langsung diikuti dengan pemasangan segmen terowongan berupa potongan-potongan precast dengan lebar 1,5 meter, yang akan membentuk cincin (ring) di belakangnya. Mesin bor ini mampu bekerja membuat terowongan sepanjang antara 8 – 14 meter per hari.
Tubagus menjelaskan, pekerjaan terowongan jalur bawah tanah MRT ini merupakan bagian dari pekerjaan konstruksi MRT Jakarta koridor Selatan – Utara Fase 1 (Lebak Bulus – Bundaran HI) yang sejauh ini telah mencapai 62 persen (per 31 Desember 2016).
Secara umum, pekerjaan konstruksi yang terus berlangsung mencakup area depo MRT, pembuatan pondasi kolom jalur dan kolom stasiun layang, pembangunan struktur boks stasiun bawah tanah, pembuatan terowongan jalur bawah tanah, pembangunan Cooling Tower dan Ventilation Tower (CT/VT), serta pembangunan pintu masuk stasiun bawah tanah.
Sumber
Sekarang sudah 1 tbm yang selesai melakukan pengeboran, tinggal 3 tbm lagi yang menyusul

___________________________________________________________________________________________
Quote:
Pemprov DKI Telah Konsinyasikan 26 Bidang Lahan Pembangunan MRT

Jakarta - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta secara resmi telah melakukan konsinyasi terhadap lahan untuk pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di kawasan Jakarta Selatan yang tak kunjung menemukan kesepakatan selama ini. Setidaknya, ada 26 bidang lahan yang akhirnya dikonsinyasi di pengadilan dari total 136 bidang lahan yang tersisa.
Hal tersebut disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono di Balai Kota, Kamis (5/1).
Sumarsono mengatakan, saat ini proses konsinyasi sudah berjalan dan saat ini tengah berlangsung prosesnya. Dengan demikian diharapkan pekerjaan MRT bisa berjalan tanpa adanya kendala lahan.
"MRT ini progresnya luar biasa, saat ini sudah 62,2 persen sehingga rencana MRT dioperasikan Juni 2019 itu bisa maju jadi Maret 2019 efektif operasinya," katanya.
Oleh karena itu, Sumarsono sangat berharap pembangunan MRT ini bisa rampung 100 persen pada Februari 2019. Apalagi percepatan konsinyasi tanah sudah dilakukan prosesnya saat ini sehingga pihaknya sudah menaruh uang di pengadilan dan keputusan soal tanah ini akan diserahkan oleh pengadilan. Pasalnya, jika harus menunggu setuju dan tidak setuju, maka akan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Selain itu, untuk MRT juga yang perlu dipikirkan adalah soal Transit Oriented Development (TOD) yang membutuhkan dukungan dan kebijakan dari pemerintah yang dijabarkan melalui Peraturan Daerah (Perda) maupun peraturan lainnya, yakni bagaimana MRT akan mengatur lebih lanjut dari segi pengelolaan TOD tersebut.
"Soal TOD ini, akan segera dimulai kesiapannya sehingga pada saatnya semua regulasi siap, instrumen siap, semua teknik dan manajemen operasional juga siap," pungkasnya.
Sumber

Jakarta - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta secara resmi telah melakukan konsinyasi terhadap lahan untuk pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di kawasan Jakarta Selatan yang tak kunjung menemukan kesepakatan selama ini. Setidaknya, ada 26 bidang lahan yang akhirnya dikonsinyasi di pengadilan dari total 136 bidang lahan yang tersisa.
Hal tersebut disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono di Balai Kota, Kamis (5/1).
Sumarsono mengatakan, saat ini proses konsinyasi sudah berjalan dan saat ini tengah berlangsung prosesnya. Dengan demikian diharapkan pekerjaan MRT bisa berjalan tanpa adanya kendala lahan.
"MRT ini progresnya luar biasa, saat ini sudah 62,2 persen sehingga rencana MRT dioperasikan Juni 2019 itu bisa maju jadi Maret 2019 efektif operasinya," katanya.
Oleh karena itu, Sumarsono sangat berharap pembangunan MRT ini bisa rampung 100 persen pada Februari 2019. Apalagi percepatan konsinyasi tanah sudah dilakukan prosesnya saat ini sehingga pihaknya sudah menaruh uang di pengadilan dan keputusan soal tanah ini akan diserahkan oleh pengadilan. Pasalnya, jika harus menunggu setuju dan tidak setuju, maka akan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Selain itu, untuk MRT juga yang perlu dipikirkan adalah soal Transit Oriented Development (TOD) yang membutuhkan dukungan dan kebijakan dari pemerintah yang dijabarkan melalui Peraturan Daerah (Perda) maupun peraturan lainnya, yakni bagaimana MRT akan mengatur lebih lanjut dari segi pengelolaan TOD tersebut.
"Soal TOD ini, akan segera dimulai kesiapannya sehingga pada saatnya semua regulasi siap, instrumen siap, semua teknik dan manajemen operasional juga siap," pungkasnya.
Sumber
___________________________________________________________________________________________
Quote:
PT MRT Jakarta Berharap Pemprov DKI Segera Rampungkan TOD MRT

JAKARTA, KOMPAS.com- William P Sabandar, Direkrut Utama PT MRT Jakarta, masih menunggu aturan resmi terkait skema penyelenggaraan transit oriented development (TOD).
TOD merupakaan perencanaan kota tekait integrasi antara moda transportasi. Aturan tentang skema itu terkait dengan pembangunan mass rapid transit (MRT).
William menjelaskan, aturan itu nantinya akan mengatur pengelolaan MRT, salah satunya pengelolaan bisnis di dalam dan luar lingkungan MRT. William belum mengetahui apakah aturan itu akan berbentuk peraturan gubernur atau peraturan daerah.
"Ini perlu agar segera ada pengelolaan TOD. Pak Plt (Sumarsono) sudah memberikan arahan dan instruksi pembahasan (aturan TOD) dilakukan dan disahkan tahun ini," kata William di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (5/1/2017).
PT MRT Jakarta, telah menyiapkan proposal dan desain TOD termasuk basic engineering desain untuk empat sampai tujuh mode transportasi.
"Terkait interkoneksi (angkutan umum), sudah ada beberapa perusahaan swasta yang ikut (mengajukan diri untuk pembangunan) yang datang dan berminat. Begitu juga dengan BUMD," kata Willi.
PT MRT Jakarta menargetkan penyelesaian MRT rampung pada Maret 2019 atau lebih cepat tiga bulan dibanding target awal, yaitu Juni 2019.
Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com- William P Sabandar, Direkrut Utama PT MRT Jakarta, masih menunggu aturan resmi terkait skema penyelenggaraan transit oriented development (TOD).
TOD merupakaan perencanaan kota tekait integrasi antara moda transportasi. Aturan tentang skema itu terkait dengan pembangunan mass rapid transit (MRT).
William menjelaskan, aturan itu nantinya akan mengatur pengelolaan MRT, salah satunya pengelolaan bisnis di dalam dan luar lingkungan MRT. William belum mengetahui apakah aturan itu akan berbentuk peraturan gubernur atau peraturan daerah.
"Ini perlu agar segera ada pengelolaan TOD. Pak Plt (Sumarsono) sudah memberikan arahan dan instruksi pembahasan (aturan TOD) dilakukan dan disahkan tahun ini," kata William di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (5/1/2017).
PT MRT Jakarta, telah menyiapkan proposal dan desain TOD termasuk basic engineering desain untuk empat sampai tujuh mode transportasi.
"Terkait interkoneksi (angkutan umum), sudah ada beberapa perusahaan swasta yang ikut (mengajukan diri untuk pembangunan) yang datang dan berminat. Begitu juga dengan BUMD," kata Willi.
PT MRT Jakarta menargetkan penyelesaian MRT rampung pada Maret 2019 atau lebih cepat tiga bulan dibanding target awal, yaitu Juni 2019.
Sumber
___________________________________________________________________________________________
Quote:
MRT Jakarta Cari 170 Tenaga Masinis hingga Maintenance pada 2017
:strip_icc():format(webp)/liputan6-media-production/medias/1435392/original/025102400_1481711654-20161214-Pembangunan-MRT-Jakarta-AY3.jpg)
Liputan6.com, Jakarta - PT MRT Jakarta akan merekrut 170 tenaga kerja pada 2017. Tenaga kerja tersebut akan mengisi berbagai posisi mulai dari masinis hingga tenaga pemeliharaan (maintenance) prasarana MRT.
Direktur Operasional dan Perawatan MRT Jakarta Agung Wicaksono mengatakan, hingga saat ini karyawan MTR telah mencapai 130 orang. Perusahaan akan melakukan perekrutan sumber daya manusia (SDM) sebanyak 170 orang pada 2017, khususnya untuk tenaga operasional.
"Untuk operasional, kita perlu masinis, tenaga Operation Control Center (OCC) atau Pengatur Perjalanan Kereta Api (PTKA). Kemudian, tenaga pemeriksa dan pemeliharaan mulai dari maintenance untuk gerbong dan rangkaian, untuk jalur dan bangunan. Juga untuk pemeliharaan prasarana, seperti persinyalan, telekomunikasi dan kelistrikan," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta seperti ditulis Senin (2/1/2017).
Untuk masinis, lanjut Agung, MRT Jakarta akan lebih banyak mengambil SDM dari Akademi Perkeretaapian Indonesia (API) yang berada di bawah Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Namun, tidak menutup kemungkinan akan dibuka rekrutmen untuk masyarakat umum.
"Sumbernya macam-macam, salah satu prioritas kita ada dari Akademi Perkeretaapian Indonesia (API) di Madiun dan ada Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) di Bekasi. Dua-duanya di bawah naungan Kemenhub, tapi kita juga akan rekrut dari jalur umum. Jadi nanti ada juga untuk SMK, D3, S1 dan lain-lain, tergantung masing-masing spesifikasinya," kata dia.
Agung juga menjelaskan, untuk tenaga masinis, nantinya MRT Jakarta akan memberikan pelatihan khusus hingga ke luar negeri. Para calon masinis MRT tersebut akan didik ke negara-negara yang telah memiliki moda transportasi MRT.
"Yang bukan lulusan API akan dilatih dulu di API terkait MRT. Ada training yang akan dilakukan oleh kontraktor, ada yang dilakukan oleh operator MRT di negara lain seperti di Jepang, Malaysia, India," ungkap dia.
Moda transportasi ini ditargetkan mulai beroperasi pada 2019. Pada tahun tersebut, total tenaga kerja di MRT Jakarta diperkirakan mencapai 500 orang. Sebagian besarnya merupakan tenaga kerja yang berkaitan dengan operasional MRT.
"Di 2018 akhir, saat mau operasi di 2019 kita target paling tidak ada 500 karyawan. Dan 400-an diantaranya itu karyawan operasional," ujar dia.
Sumber
:strip_icc():format(webp)/liputan6-media-production/medias/1435392/original/025102400_1481711654-20161214-Pembangunan-MRT-Jakarta-AY3.jpg)
Liputan6.com, Jakarta - PT MRT Jakarta akan merekrut 170 tenaga kerja pada 2017. Tenaga kerja tersebut akan mengisi berbagai posisi mulai dari masinis hingga tenaga pemeliharaan (maintenance) prasarana MRT.
Direktur Operasional dan Perawatan MRT Jakarta Agung Wicaksono mengatakan, hingga saat ini karyawan MTR telah mencapai 130 orang. Perusahaan akan melakukan perekrutan sumber daya manusia (SDM) sebanyak 170 orang pada 2017, khususnya untuk tenaga operasional.
"Untuk operasional, kita perlu masinis, tenaga Operation Control Center (OCC) atau Pengatur Perjalanan Kereta Api (PTKA). Kemudian, tenaga pemeriksa dan pemeliharaan mulai dari maintenance untuk gerbong dan rangkaian, untuk jalur dan bangunan. Juga untuk pemeliharaan prasarana, seperti persinyalan, telekomunikasi dan kelistrikan," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta seperti ditulis Senin (2/1/2017).
Untuk masinis, lanjut Agung, MRT Jakarta akan lebih banyak mengambil SDM dari Akademi Perkeretaapian Indonesia (API) yang berada di bawah Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Namun, tidak menutup kemungkinan akan dibuka rekrutmen untuk masyarakat umum.
"Sumbernya macam-macam, salah satu prioritas kita ada dari Akademi Perkeretaapian Indonesia (API) di Madiun dan ada Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) di Bekasi. Dua-duanya di bawah naungan Kemenhub, tapi kita juga akan rekrut dari jalur umum. Jadi nanti ada juga untuk SMK, D3, S1 dan lain-lain, tergantung masing-masing spesifikasinya," kata dia.
Agung juga menjelaskan, untuk tenaga masinis, nantinya MRT Jakarta akan memberikan pelatihan khusus hingga ke luar negeri. Para calon masinis MRT tersebut akan didik ke negara-negara yang telah memiliki moda transportasi MRT.
"Yang bukan lulusan API akan dilatih dulu di API terkait MRT. Ada training yang akan dilakukan oleh kontraktor, ada yang dilakukan oleh operator MRT di negara lain seperti di Jepang, Malaysia, India," ungkap dia.
Moda transportasi ini ditargetkan mulai beroperasi pada 2019. Pada tahun tersebut, total tenaga kerja di MRT Jakarta diperkirakan mencapai 500 orang. Sebagian besarnya merupakan tenaga kerja yang berkaitan dengan operasional MRT.
"Di 2018 akhir, saat mau operasi di 2019 kita target paling tidak ada 500 karyawan. Dan 400-an diantaranya itu karyawan operasional," ujar dia.
Sumber
Diubah oleh killergodnana 05-01-2017 19:40
0
4.7K
Kutip
56
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan