Suatu hari nun jauh dalam dunia dongeng, sepasang kakak beradik yang miskin berjalan beriringan menyusuri tepian sungai sambil menahan lapar. Dari kejauhan tampak seorang lelaki paruh baya melambaikan tangannya, memanggil mereka.

“Tolong antarkan dua paket ini ke alamatnya masing-masing, penerimanya yang akan membayar kalian”, ujar lelaki itu sambil menepuk-nepuk punggungnya sendiri, tanda kelelahan.

Kedua kakak beradik bertukar pandang penuh tanya. Namun, karena mereka memerlukan uang untuk makan, disanggupilah tugas tersebut.

“Biar aku mengantar yang ini”, sang kakak menarik salah satu paket dengan bungkus kain emas yang menyilaukan mata. Menyisakan paket lainnya yang hanya berbungkus kain biasa, bahkan terkesan kotor dan tua. “Baik, kalau begitu aku akan mengantar paket yang satunya”, sang adik menimpali dengan bijak sambil membopong paket bobrok tersebut ke atas pundak.

Alamat yang dituju kakak beradik itu sama jauhnya namun berlawanan arah. Maka berpisahlah keduanya, sang kakak pergi ke Timur, sedangkan sang adik pergi ke Barat.

Sepanjang perjalanan sang kakak terus-menerus memikirkan imbalan yang akan diperoleh dari penerima paket yang diantarnya. “Bungkus paketnya saja dari emas, apalagi isinya... Pasti aku akan mendapatkan banyak uang sebagai upah”, pikirnya. “Uangnya akan aku pakai membeli telur, ah, atau daging ayam? Atau daging sapi juga??”, semakin jauh ia melangkah semakin banyak barang yang berencana ia beli. Hingga suara dalam kepalanya berbisik : “Atau aku buka saja paket ini dan menjual isinya yang berharga? Sudah jelas keuntunganku akan lebih besar!”. Sang kakak meletakkan paket berbungkus kain emas itu di atas tanah, kemudian membukanya pelan-pelan.

Seketika matanya terbelalak dan mulutnya ternganga lebar. Ternyata isinya hanya batu dan kerikil! Diantara bebatuan itu ditemukannya kertas bertuliskan: “Serakah membawa musibah”. Dalam sekejap mata kain emas pembungkus paket itu pun berubah menjadi kain lusuh yang berlubang-lubang. Sang kakak menyesali perbuatannya, ia pun pulang dengan tangan hampa.

Di waktu yang sama sang adik berhasil mengantarkan paket kumal yang dibawanya ke alamat tujuan. Sejak awal Ia sudah ikhlas dan tidak terlalu memikirkan berapapun imbalan yang akan diperolehnya. Ia pun bangga telah menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Saat penerima paketnya membuka kain pembungkus, tidak disangka ternyata isinya adalah emas dan permata! Sebagai ucapan terima kasih, penerima paket menghadiahkannya beberapa koin emas sambil berpesan, “Jujur membawa mujur”.

Sang adik pamit pulang setelah mengucapkan terima kasih. Dalam perjalanan pulang sang adik mampir ke pasar. Dibelinya bahan makanan untuk dimakan bersama kakaknya yang sudah menunggu di rumah dengan perut keroncongan.

Awal mula ide cerita ini terinspirasi dari penderitaan penduduk pinggiran kota yang kalo order g*-f**d dari tempat makan di tengah kota direject terus sama abangnya

Gambar ane bikin sendiri gan