- Beranda
- Komunitas
- Story
- Heart to Heart
[H2H Event] Kelinci yang Bijak


TS
astrophel
[H2H Event] Kelinci yang Bijak
![[H2H Event] Kelinci yang Bijak](https://s.kaskus.id/images/2015/09/10/8050090_20150910095628.png)
Kelinci yang Bijak
![[H2H Event] Kelinci yang Bijak](https://s.kaskus.id/images/2015/09/10/8050090_20150910095653.png)
![[H2H Event] Kelinci yang Bijak](https://s.kaskus.id/images/2016/12/19/8050090_20161219082905.jpg)
Spoiler for Prakata:
Singha si singa sedang sakit gigi. Sang raja hutan itu harus beristirahat untuk memulihkan keadaan. Dengan kata lain, ia tidak bisa memimpin misi pengawasan dan mengantisipasi kedatangan pemburu.
Bulan ini memang waktu berburu bagi manusia. Singha segera mencari pengganti demi melakukan tugas itu. Ia mengumpulkan perwakilan tiap-tiap hewan untuk rapat darurat di tengah hutan.
“Aauuum… aku raja hutan akan memilih siapa yang pantas menggantikanku melakukan tugas ini,” kata Singha sambil meringis. Sakit gigi yang sungguh menyebalkan. Riuh rendah penghuni hutan mulai terdengar. Mereka sadar ada situasi berbahaya. Pemburu yang terkenal jahat akan mengancam kedamaian hutan.
“Kita membutuhkan hewan yang kuat untuk melawan pemburu,” usul Zebi si zebra.
“Hahaha tentu saja!” ujar Gaga si gajah. Ia maju ke depan, lalu menumbangkan sebuah pohon besar. Belalainya yang panjang dan kuat memain-mainkan batang pohon tumbang umpama sebatang lidi. Seluruh penghuni hutan terkesima dengan kemampuan gajah.
Baba si badak pun tidak mau kalah. Ia juga maju ke depan dan berhasil merubuhkan dua batang pohon besar dalam sekali tandukan.
“Kami kaum badak jelas lebih kuat!” pekik Baba yang bersambut gemuruh badak-badak yang lain.
“Apalah arti kekuatan tanpa keahlian memantau,” dari tengah kerumunan, Jeri si jerapah ikut bersuara. “Kami kaum jerapah memiliki leher jenjang yang bisa melihat keadaan sekitar, bahkan yang jaraknya jauh sekalipun.”
Tiba-tiba dari angkasa, Langlang si elang menukik tajam dan mendarat di tanah.kepak kokoh sayapnya menerbangkan debu-debu ke udara. Ia menyela perkataan Jeri, “Urusan memantau, kami kaum elang sudah pasti lebih jago daripada si leher panjang. Daya jelajah kami tidak terbatas dan kami memiliki pergerakan yang cepat!” ungkapnya seraya merentangkan sayapnya yang lebar.
“Ehem, kau yakin elang lebih cepat?” Tanya Chichi si cheetah kepada Langlang dengan raut wajah meledek.
“Hohoho pemburu akan melewati sungai untuk mencapai hutan ini. Serahkan kepada kami!” tukas Baya si buaya yang membuat semua penghuni hutan terdiam.
Penjelasan masing-masing hewan justru membuat Singha kebingungan. Semakin sulit menentukan siapa yang berhak memimpin tugas.
Sementara itu, Linci si kelinci sejak tadi mengamati perseteruan para hewan, berusaha untuk berkomunikasi dengan sang raja hutan.
“Yang Mulia Singha, bolehkah hamba memberikan pendapat?” Tanya Linci sambil mengangkat sebelah tangan.
Kontan semua hewan yang tadi bersitegang tertawa terbahak-bahak.
“Hei, Linci! Ini hanya untuk hewan-hewan pilihan,” sindir Chichi si cheetah.
“Kau kembali ke tanah saja. Sembunyi di situ sampai kubereskan semuanya,” ujar Baba si badak menambahkan.
Lagi hewan-hewan yang lain menertawakan, kecuali Papai si tupai yang menenangkan Linci.
Melihat hal itu, Singha mengaum keras agar semuanya diam. Biar bagaimana juga, ia harus mendengar masukan dari berbagai pihak, termasuk hewan-hewan kecil yang mungkin saja berguna.
“Pendapat apa yang ingin kausampaikan? Kuharap itu bermanfaat,” kata Singha memberikan izin kepada Linci untuk berbicara.
“Terima kasih Yang Mulia Singha. Aku ingin mengatakan kalau masing-masing hewan memiliki kemampuan yang luar biasa. Tapi kemampuan itu takkan berguna jika melakukannya sendiri-sendiri.”
“Oh, kau meragukan gigi-gigiku ini, Linci?” Tanya Baya si buaya menyeringai.
“Hentikan itu Baya!” perintah Singha. “Apa maksudmu, Linci?” tanyanya seraya menoleh ke arah Linci.
“Ada baiknya jika kemampuan itu kita manfaatkan bersama-sama. Kita harus bersatu! Gunakan kekuatan gajah dan badak di garis belakang untuk melindungi hutan sekaligus berjaga-jaga saat dibutuhkan. Biarkan jerapah memantau pergerakan pemburu dari kejauhan. Begitu pula elang yang membantu tugas pemantauan dari udara. Selain itu, cheetah yang berlari sangat cepat bisa menjadi penyampai informasi antara garis belakang dan garis depan yang dikuasai buaya. Keberanian buaya pasti jitu menghadapi pemburu secara langsung.”
Para penghuni hutan terkejut dengan pendapat Linci. Singha ikut kagum dan akhirnya mengangkat Linci sebagai panglima tugas. Kini para penghuni hutan tidak khawatir lagi dan bersiap menghadapi pemburu.
Sumber Gambar
![[H2H Event] Kelinci yang Bijak](https://s.kaskus.id/images/2015/09/10/8050090_20150910100717.png)
![[H2H Event] Kelinci yang Bijak](https://s.kaskus.id/images/2015/09/10/8050090_20150910095628.png)
Pangeran Pemalas
![[H2H Event] Kelinci yang Bijak](https://s.kaskus.id/images/2015/09/10/8050090_20150910095653.png)
![[H2H Event] Kelinci yang Bijak](https://s.kaskus.id/images/2016/12/19/8050090_20161219084628.jpg)
Pangeran Aryara adalah satu-satunya putra Raja Wibakti. Kelak ia akan mewarisi takhta kerajaan paling termahsyur di Bumi bagian selatan. Namun, ia adalah seorang pemalas. Setiap kali guru kerajaan mengajar, ia akan menghilang dan lebih memilih bermain ketapel di taman belakang istana.
Akibat perilaku buruknya, Pangeran Aryara tidak mampu mengerjakan beberapa hal sederhana, seperti menunggang kuda bahkan baca-tulis. Padahal secara usia, ia sudah beranjak remaja.
Hal ini membuat Raja Wibakti khawatir karena seorang raja harus bisa baca-tulis untuk menjalankan pemerintahan kerajaan. Saat makan malam, beliau berusaha menasihati anaknya, “Aryara putraku, kau tidak boleh malas belajar. Kemampuan membaca dan menulis wajib dimiliki seorang pemimpin. Kudengar kau juga tidak pernah datang ke kelas menunggang kuda? Ketahuilah, Nak. Berkuda itu sangat penting bagi seorang raja.”
Seperti biasa, Pangeran Aryara hanya diam seribu bahasa. Sebenarnya ia bosan mendengar nasihat itu setiap hari, tapi ia tidak berani membantah karena yang dikatakan ayahandanya adalah hal baik. Saat ayahanda Raja Wibakti wafat, Pangeran Aryara naik takhta menjadi raja. Kerajaan yang dahulu maju dan makmur perlahan mengalami kemunduran. Sebagai raja yang baru, Aryara tidak cakap dalam memimpin kerajaan.
Suatu hari Raja Ridan dari kerajaan tetangga mengirim surat. Aryara yang sedang pusing memikirkan masalah dalam negeri, memilih mengabaikan surat itu. Ia beranggapan paling-paling hanya undangan kenegaraan biasa. Beberapa bulan kemudian, pasukan Raja Ridan menyerang wilayah terluar dan berhasil menguasai dua benteng.aryara kebingungan karena penyerangan itu di luar perkiraannya.
“Mengapa mereka menyerang? Ini melanggar hukum perang!” tukas Aryara kepada penasihatnya.
“Apa maksud Yang Mulia Raja?” Tanya penasihat tidak mengerti.
“Mereka belum menyatakan perang kepada kita,” jawab Aryara geram.
“Yang Mulia Raja, mereka bilang telah mengirimkan pernyataan perang beberapa bulan yang lalu,” ujar penasihat serius.
“Astaga, jangan-jangan…,” Aryara bergegas ke lemari arsip untuk melihat surat yang ia abaikan dulu.
Ternyata benar, surat dari Raja Ridan beberapa bulan yang lalu adalah surat pernyataan perang. Sifat malas telah menyebabkan hal buruk bagi kerajaannya. Andai saja Aryara tidak menunda-nunda dan langsung membuka surat itu tepat waktu, ia tidak akan kerepotan seperti sekarang.
Selain itu, ia sebenarnya malu kepada penasihatnya karena tidak bisa membaca dan menulis. Jadi ia sungkan untuk meminta sang penasihat membacakan surat dari Raja Ridan.
“Jadi apa yang harus kita lakukan, Yang Mulia Raja?” Tanya penasihat ragu.
Aryara mondar-mandir mencari jawaban. “Kita harus menguasai kembali dua benteng itu. Biar kupimpin sendiri penyerangan ke sana!” cetusnya berapi-api.
“Mohon maaf Yang Mulia Raja, tapi Anda tidak bisa menunggang kuda,” sang penasihat menimpali.
Aryara sangat malu mendengar ucapan penasihatnya, tapi itu adalah hal benar. Ia berpikir sungguh-sungguh karena ini menyangkut masa depan kerajaannya. Setelah berdiskusi dengan penasihatnya, akhirnya ia menemukan solusi terbaik.
“Baiklah, untuk sementara kita biarkan Raja Ridan menguasai dua benteng yang telah terebut. Kita harus berkonsentrasi dengan pertahanan dan hal lain yang lebih penting. Jika waktunya tiba, kita rebut kembali benteng-benteng tersebut. Selain itu, tolong datangkan guru baca-tulis dan berkuda terbaik di negeri ini. Aku harus sekolah lagi,” jelas Aryara.
Aryara kini sadar bahwa sifat malas menimbulkan banyak kerugian. Ia berjanji akan menjadi sosok yang rajin dan tekun dalam belajar.
Sumber Gambar
Spoiler for Cilukba:
0
3K
23
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan