- Beranda
- Komunitas
- Story
- Heart to Heart
[H2H Event] Arisa dan Sang Cicak


TS
sabna.tamara
[H2H Event] Arisa dan Sang Cicak
Quote:
Hari ini, Arisa kembali pergi bermain ke halaman belakang rumahnya sesudah pulang sekolah. Hal ini merupakan kegiatan rutinnya setiap hari, karena ia sudah diberi pesan oleh ibunya agar tidak pergi keluar rumah sebelum ibunya pulang bekerja. Arisa hanya tinggal berdua bersama ibunya, sedangkan Ayahnya sudah meninggal semenjak Arisa lahir. Ketika pagi, ibunya mengantar Arisa pergi ke sekolah, lalu pulang bekerja pada sore hari. Tentu karena hal itu Arisa sangat kesepian, Arisa hanya dapat bermain bersama teman-temannya di sekolah, setibanya di rumah Arisa sendiri lagi. Ini juga yang membuat Arisa selalu bermain di halaman belakang rumahnya. Meski tak banyak permainan yang bisa Arisa lakukan karena Arisa hanya sendirian, tetapi Arisa tetap menikmatinya.
Suatu hari, seperti biasa Arisa langsung menuju ke halaman belakang rumahnya untuk bermain dengan membawa sebuah semprotan air. Arisa mencari semut-semut yang sedang bekerja membawa makanan, kemudian ia mengganggu semut-semut itu dengan semprotan yang sudah ia bawa, Arisa yang melihat semut-semut itu kebingungan karena jalan mereka terhalangi oleh air yang dibuat olehnya tertawa cekikikan.
“Seru!” Ucap Arisa kegirangan.
“Lagi! Lagi! Lagi!” Teriak Arisa sambil menyemprotkan airnya lagi. Arisa sangat menikmati hal itu, walau sebenarnya hal itu tidak baik untuk dilakukan. Karena hal itu mengganggu kehidupan semut-semut itu.
“Jangan ganggu mereka,” sebuah suara muncul di tengah kegembiraan Arisa. Namun Arisa tidak mendengarnya.
“Jangan ganggu mereka,” suara itu muncul lagi. Arisa masih tidak mendengarnya, Arisa terlalu asyik menikmati permainannya.
Suara itu terus muncul sampai yang kelima kalinya, setelah itu suara itu kemudian menghilang. Arisa masih tidak mendengar suara itu, dan masih menyemprot-nyemprotkan airnya ke semut-semut yang sudah terombang-ambing di genangan air yang dibuatnya. Sampai kemudian ia terpekik ketakutan.
“Hiiiii!” Pekik Arisa, ia melihat seekor hewan jatuh ketangannya, kemudian Arisa langsung mengibas-ngibaskan tangannya hingga hewan itu terlempar jatuh dari tangannya. Arisa sungguh terkejut dan ketakutan, karena hewan itu memiliki bentuk yang begitu menakutkan dan menggelikan.
Namun rasa penasaran Arisa mengalahkan rasa takutnya, Arisa mendekati hewan itu. Lalu menyemprot hewan itu dengan air, namun kali ini Arisa tidak tertawa, karena hewan tersebut tidak bergerak sama sekali. Arisa yang kebingungan mengambil hewan itu dan menggenggamnya dengat erat.
“Lepaskan aku! Lepaskan aku!” Pekik hewan tersebut kesakitan, Arisa yang mendengar hewan tersebut berbicara terkejut. Kembali dilemparnya hewan itu sejauh mungkin, kemudian ia mencarinya lagi hingga ketemu. Setelah menemukan hewan itu, Arisa menyemprotkan airnya lagi, tentu hal itu sangat mengganggu hewan tersebut.
“Hentikan itu! Anak nakal! Hentikan!” Mendengar hal itu Arisa berhenti menyemprotkan airnya.
“Kamu bisa bicara?” Tanya Arisa.
“Iya, aku bisa bicara. Apa hal ini aneh untukmu nak?” Hewan itu berbalik bertanya kepada Arisa.
“Iya, kamu aneh. Hewan yang lain tidak bisa berbicara, cuman kamu saja yang bisa. Kamu hewan apa?” Arisa bertanya lagi.
“Aku adalah Cicak. Memang hanya aku yang bisa bicara diantara hewan-hewan lainnya.” Jawab cicak dengan tegas. “Karena itu, jangan semprot semut-semut itu dengan air, kamu mengganggu mereka, sekarang mereka tidak suka denganmu.” Tambah Cicak.
“Habisnya, aku tidak punya permainan lain, aku juga tidak punya teman untuk teman bermain. Ibuku juga tidak bisa aku ajak bermain.” Jawab Arisa.
Mendengar hal tersebut cicak yang tadinya begitu marah dan kesal terhadap Arisa kini menjadi sedih, Arisa tidak punya teman atau siapapun yang bisa ia ajak untuk bermain, karena itu menurut Cicak hal tersebut menjadi wajar dan memaafkan Arisa. Lalu sang Cicak mengajak Arisa menjadi temannya dan bermain bersamanya. Hal itu membuat Arisa begitu senang dan tanpa sadar menggenggam Cicak dengan eratnya, Cicak yang kehabisan nafas pun memarahi Arisa, Arisa yang mengerti hal itu segera melepaskan Cicak dan membawanya ke dalam rumahnya.
Sekarang Arisa tidak lagi sendirian, ketika sepulang sekolah ia sudah memiliki teman bermain dan bercerita, karena Cicak selalu ada untuknya setiap hari hingga Ibu Arisa pulang dari kerjanya. Hari-hari Arisa kini menjadi lebih menyenangkan dari biasanya, hal itu membuat Arisa tidak bisa berhenti untuk tersenyum setiap saat. Bermain bersama Cicak sungguh menyenangkan, Arisa juga tak hanya bermain dengan Cicak, Arisa juga menceritakan kegiatannya di sekolah.
“Arisa, aku tidak suka rumahmu. Kotor sekali,” ucap Cicak suatu hari saat Arisa tengah bercerita tentang sekolahnya pada hari itu. Cicak yang setiap hari ke rumah Arisa merasa terganggu, karena rumah Arisa begitu kotor setiap hari dan tidak ada yang membersihkannya.
“Habis, bersih-bersih tidak menyenangkan,biar Ibu saja yang bersih-bersih nanti, ” balas Arisa, bagi Arisa bersih-bersih memang tidak menyenangkan, hal itu malah begitu merepotkan baginya. Cicak yang mendengar hal itu hanya bisa terdiam, setelah selesai bermain dengan Arisa Cicak pun segera pergi dari rumahnya.
Keesokan harinya setelah pulang dari sekolah, Arisa segera menemui Cicak, namun Arisa tidak melihatnya. Arisa pun pergi ke halaman belakang untuk mencarinya, Arisa berteriak-teriak memanggil Cicak namun Cicak tak muncul sama sekali. Hari itu tidak lagi menyenangkan bagi Arisa. Hari selanjutnya Cicak masih tidak ada, hari selanjutnya pun masih sama. Kemudian sudah satu minggu, Arisa masih tidak menemukan sang Cicak. Arisa sangat sedih, karena teman bermain satu-satunya kini tidak ada lagi.
Ditengah kesedihannya, Arisa teringat perkataan Cicak yang tidak suka rumah Arisa yang begitu kotor. Hal itu membuat Arisa segera membersihkan rumahnya, Arisa berharap jika rumahnya sudah bersih, Cicak mau bermain lagi dengannya. Saat sedang bersih-bersih, Arisa terkejut, ada beberapa tikus berkeliaran di rumahnya, tapi itu tidak menakuti Arisa, Arisa memukul tikus-tikus itu dengan sapu yang ia bawa. Meski tidak mengenai tikus-tikus tersebut, setidaknya tikus-tikus itu kini sudah pergi keluar. Arisa pun melanjutkan bersih-bersihnya. Dan mulai hari itu, Arisa selalu membersihkan rumahnya setelah pulang sekolah, karena Arisa tidak mau Cicak bersedih lagi dan meninggalkannya lagi ketika Cicak kembali lagi ke rumahnya. Arisa membersihkan rumahnya dengan senang hati, bersih-bersih rumah yang tadinya tidak menyenangkan kini menjadi menyenangkan bagi Arisa dan tak pernah ketinggalan untuk Arisa lakukan. Arisa selalu bernyanyi setiap ia bersih-bersih, dan juga berharap sang Cicak mau lagi kembali ke rumahnya dan bermain bersamanya, meski pada akhirnya sang Cicak tidak pernah lagi kembali ke rumahnya.
Suatu hari, seperti biasa Arisa langsung menuju ke halaman belakang rumahnya untuk bermain dengan membawa sebuah semprotan air. Arisa mencari semut-semut yang sedang bekerja membawa makanan, kemudian ia mengganggu semut-semut itu dengan semprotan yang sudah ia bawa, Arisa yang melihat semut-semut itu kebingungan karena jalan mereka terhalangi oleh air yang dibuat olehnya tertawa cekikikan.
“Seru!” Ucap Arisa kegirangan.
“Lagi! Lagi! Lagi!” Teriak Arisa sambil menyemprotkan airnya lagi. Arisa sangat menikmati hal itu, walau sebenarnya hal itu tidak baik untuk dilakukan. Karena hal itu mengganggu kehidupan semut-semut itu.
“Jangan ganggu mereka,” sebuah suara muncul di tengah kegembiraan Arisa. Namun Arisa tidak mendengarnya.
“Jangan ganggu mereka,” suara itu muncul lagi. Arisa masih tidak mendengarnya, Arisa terlalu asyik menikmati permainannya.
Suara itu terus muncul sampai yang kelima kalinya, setelah itu suara itu kemudian menghilang. Arisa masih tidak mendengar suara itu, dan masih menyemprot-nyemprotkan airnya ke semut-semut yang sudah terombang-ambing di genangan air yang dibuatnya. Sampai kemudian ia terpekik ketakutan.
“Hiiiii!” Pekik Arisa, ia melihat seekor hewan jatuh ketangannya, kemudian Arisa langsung mengibas-ngibaskan tangannya hingga hewan itu terlempar jatuh dari tangannya. Arisa sungguh terkejut dan ketakutan, karena hewan itu memiliki bentuk yang begitu menakutkan dan menggelikan.
Namun rasa penasaran Arisa mengalahkan rasa takutnya, Arisa mendekati hewan itu. Lalu menyemprot hewan itu dengan air, namun kali ini Arisa tidak tertawa, karena hewan tersebut tidak bergerak sama sekali. Arisa yang kebingungan mengambil hewan itu dan menggenggamnya dengat erat.
“Lepaskan aku! Lepaskan aku!” Pekik hewan tersebut kesakitan, Arisa yang mendengar hewan tersebut berbicara terkejut. Kembali dilemparnya hewan itu sejauh mungkin, kemudian ia mencarinya lagi hingga ketemu. Setelah menemukan hewan itu, Arisa menyemprotkan airnya lagi, tentu hal itu sangat mengganggu hewan tersebut.
“Hentikan itu! Anak nakal! Hentikan!” Mendengar hal itu Arisa berhenti menyemprotkan airnya.
“Kamu bisa bicara?” Tanya Arisa.
“Iya, aku bisa bicara. Apa hal ini aneh untukmu nak?” Hewan itu berbalik bertanya kepada Arisa.
“Iya, kamu aneh. Hewan yang lain tidak bisa berbicara, cuman kamu saja yang bisa. Kamu hewan apa?” Arisa bertanya lagi.
“Aku adalah Cicak. Memang hanya aku yang bisa bicara diantara hewan-hewan lainnya.” Jawab cicak dengan tegas. “Karena itu, jangan semprot semut-semut itu dengan air, kamu mengganggu mereka, sekarang mereka tidak suka denganmu.” Tambah Cicak.
“Habisnya, aku tidak punya permainan lain, aku juga tidak punya teman untuk teman bermain. Ibuku juga tidak bisa aku ajak bermain.” Jawab Arisa.
Mendengar hal tersebut cicak yang tadinya begitu marah dan kesal terhadap Arisa kini menjadi sedih, Arisa tidak punya teman atau siapapun yang bisa ia ajak untuk bermain, karena itu menurut Cicak hal tersebut menjadi wajar dan memaafkan Arisa. Lalu sang Cicak mengajak Arisa menjadi temannya dan bermain bersamanya. Hal itu membuat Arisa begitu senang dan tanpa sadar menggenggam Cicak dengan eratnya, Cicak yang kehabisan nafas pun memarahi Arisa, Arisa yang mengerti hal itu segera melepaskan Cicak dan membawanya ke dalam rumahnya.
Sekarang Arisa tidak lagi sendirian, ketika sepulang sekolah ia sudah memiliki teman bermain dan bercerita, karena Cicak selalu ada untuknya setiap hari hingga Ibu Arisa pulang dari kerjanya. Hari-hari Arisa kini menjadi lebih menyenangkan dari biasanya, hal itu membuat Arisa tidak bisa berhenti untuk tersenyum setiap saat. Bermain bersama Cicak sungguh menyenangkan, Arisa juga tak hanya bermain dengan Cicak, Arisa juga menceritakan kegiatannya di sekolah.
“Arisa, aku tidak suka rumahmu. Kotor sekali,” ucap Cicak suatu hari saat Arisa tengah bercerita tentang sekolahnya pada hari itu. Cicak yang setiap hari ke rumah Arisa merasa terganggu, karena rumah Arisa begitu kotor setiap hari dan tidak ada yang membersihkannya.
“Habis, bersih-bersih tidak menyenangkan,biar Ibu saja yang bersih-bersih nanti, ” balas Arisa, bagi Arisa bersih-bersih memang tidak menyenangkan, hal itu malah begitu merepotkan baginya. Cicak yang mendengar hal itu hanya bisa terdiam, setelah selesai bermain dengan Arisa Cicak pun segera pergi dari rumahnya.
Keesokan harinya setelah pulang dari sekolah, Arisa segera menemui Cicak, namun Arisa tidak melihatnya. Arisa pun pergi ke halaman belakang untuk mencarinya, Arisa berteriak-teriak memanggil Cicak namun Cicak tak muncul sama sekali. Hari itu tidak lagi menyenangkan bagi Arisa. Hari selanjutnya Cicak masih tidak ada, hari selanjutnya pun masih sama. Kemudian sudah satu minggu, Arisa masih tidak menemukan sang Cicak. Arisa sangat sedih, karena teman bermain satu-satunya kini tidak ada lagi.
Ditengah kesedihannya, Arisa teringat perkataan Cicak yang tidak suka rumah Arisa yang begitu kotor. Hal itu membuat Arisa segera membersihkan rumahnya, Arisa berharap jika rumahnya sudah bersih, Cicak mau bermain lagi dengannya. Saat sedang bersih-bersih, Arisa terkejut, ada beberapa tikus berkeliaran di rumahnya, tapi itu tidak menakuti Arisa, Arisa memukul tikus-tikus itu dengan sapu yang ia bawa. Meski tidak mengenai tikus-tikus tersebut, setidaknya tikus-tikus itu kini sudah pergi keluar. Arisa pun melanjutkan bersih-bersihnya. Dan mulai hari itu, Arisa selalu membersihkan rumahnya setelah pulang sekolah, karena Arisa tidak mau Cicak bersedih lagi dan meninggalkannya lagi ketika Cicak kembali lagi ke rumahnya. Arisa membersihkan rumahnya dengan senang hati, bersih-bersih rumah yang tadinya tidak menyenangkan kini menjadi menyenangkan bagi Arisa dan tak pernah ketinggalan untuk Arisa lakukan. Arisa selalu bernyanyi setiap ia bersih-bersih, dan juga berharap sang Cicak mau lagi kembali ke rumahnya dan bermain bersamanya, meski pada akhirnya sang Cicak tidak pernah lagi kembali ke rumahnya.
----
Entah dapat inspirasi dari mana, kepikiran bikin yang kayak gini. Meski ada beberapa point yang berbeda dari yang sudah di rancang. Yang penting sudah selesai. Agak absurd, tapi yang penting semoga beberapa pesan yang dipaksa dimasukkan bisa ditangkap dengan baik. Semoga dapat badge.







terbitcomyt dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.4K
Kutip
11
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan