[KOMBAT LIGA ITALIA] + Ini Dia Bedanya Liga Italia dengan Liga Besar Eropa Lainnya
TS
ixan.
[KOMBAT LIGA ITALIA] + Ini Dia Bedanya Liga Italia dengan Liga Besar Eropa Lainnya
1. Taktik, Taktik, dan Taktik
Formasi ikonik Zeman
Spoiler for Penjelasan:
Di Liga Italia, taktik adalah pembahasan yang tidak ada habisnya. Berbagai macam variasi taktik ditemukan di sini. Dari bertahan total ala Catenaccio, formasi menyerang 0-2-8 milik Zeman, memasang playmaker di depan bek, hingga ada formasi yang memasang bek tambahan di belakang para bek lain (sweeper).
Semua orang suka membicarakan taktik, baik fans, wartawan, pelatih, bahkan Presiden tim. Contohnya Silvio Berlusconi (presiden tim AC Milan), beberapa kali mengintervensi pelatihnya sendiri agar taktik yang diterapkan sesuai dengan keinginannya. Padahal taktik adalah wewenang pelatih, bukan presiden. Pemain asing yang bermain di Liga Italia juga banyak yang mengeluarkan komentar mengenai betapa berbedanya pemahaman taktik di Liga Italia dibanding liga mereka sebelumnya.
Spoiler for Komentar para pelatih:
Carlo Ancelotti: "Every league is different. In France they play more aggressive. In Spain they want possession. Italy is very tactical!"
Conte: "I still have the desire to express my ideas. I know it’ll be more difficult here, as in Italy we are more accustomed to tacticalwork"
Montella: “Serie A is more tactical, in Europe there is a faster football”
Mourinho: "Italy is not fun, i can say that it is difficult, it is more tactical"
Rafa Benitez: "In Spain the game is more technical, in England it’s more physical, while in Italy it’s more tactical"
Spoiler for Komentar pemain asing:
Alvaro Morata: "I like the Premier League a lot because of the style. It’s more attractive for a striker because it is not as tacticalas in Italy"
Tevez: "I was genuinely surprised, I thought it was easier to play here in Italy. Instead it is more tactical, fast & a lot more hard work."
Alex: "In Italy there is more focus on the details. That means that you work more on the tactical aspect, as well as the physical one."
Patrice Evra: "Serie A is more tactical with respect to the Premiership, you always need to be focused and alert to everything.”
Higuain: "Serie A is more competitive than La Liga from a tactical level. In Italy I'm being marked by 5 defenders instead of 4."
Bojan: "There is a tactical difference between Spain and Italy, as there's a lot more focus on the tactical aspect here in Italy."
Lamela: "The differences between the two leagues? In Italy it is much more tactical, whilst in England it is more physical."
Alvaro Morata (2): "In Italy you play tactically a lot, all the teams are very well organised. In Spain the football is faster."
Pastore: "Here in france,there's more space for a gifted player than in Italy where the game is more tactical"
Lavezzi: "In Italy Teams are so tactical, In France they are much more physical"
Flamini: "How have I changed? You learn a lot about the tactical aspect in Italy."
Juan Cuadrado: "In Italy it is more tactical but in England its faster and direct."
Tevez (2): "I think that playing in Italy is more difficult, here its more tactical"
Zlatan Ibrahimovic: "It's more tactical in Italy & more physical here (France)"
Shaqiri: “Italy is more tactical while Germany plays all on attack”
2. Konsisten Menghasilkan Pelatih Hebat
Marcelo Lippi, memenangkan 2 piala paling prestisius, Piala Dunia (kiri) dan Champions League (kanan)
Spoiler for Penjelasan:
Tidak diragukan lagi, Italia adalah penghasil pelatih hebat secara turun temurun. Dari Vittorio Pozzo di tahun 1930an dengan hasil 2 Piala Dunia beruntun (1934 dan 1938) sampai era pelatih Italia sekarang ini. Nama-nama seperti Marcello Lippi, Carlo Ancelotti, Fabio Capello, Giovanni Trapattoni, Arrigo Sacchi, Roberto Mancini, Massimiliano Allegri, hingga Claudio Ranieri dan Antonio Conte sangat familiar di telinga pecinta sepakbola 2 dekade belakangan.
Bukan tanpa alasan pelatih Italia memiliki reputasi yang bagus, selain kegilaan orang Italia terhadap taktik seperti yang sudah ane bahas di poin sebelumnya, semenjak tahun 1958 Italia memiliki Coverciano, sekolah kepelatihan yang bisa dibilang terbaik di Eropa. Untuk lulus dari Coverciano, calon pelatih harus menyelesaikan tesis terlebih dahulu yang tentu saja membahas tentang taktik dan tetek bengeknya. Bahkan FA (PSSI-nya liga paling mentereng saat ini) ikut membuat kompleks serupa…setelah mengunjungi Coverciano pada tahun 2010!
Tidak hanya itu, karena pelatih menanamkan konsep yang kuat kepada para pemainnya (baik pemain Italia maupun luar Italia), sudah bukan hal yang aneh jika beberapa pemain mampu mewariskan kemampuan pelatihnya terdahulu. Hal ini berakibat banyaknya pelatih muda jebolan liga Italia jika dibandingkan liga lainnya, karena memang semenjak menjadi pemain mereka sudah dilatih untuk memahami taktik secara mendalam dari tiap-tiap pelatih. Dengan kata lain tidak heran jika pemain jebolan Liga Italia banyak yang menjadi pelatih hebat.
Sekarang pertanyaan simpel dari ane, sebutkan 5 pelatih terbaik di masing-masing liga besar Eropa saat ini, dan apakah dulunya beliau pernah menimba ilmu sebagai pemain maupun pelatih di Liga Italia
3. Mempunyai Pertahanan yang Kuat / Cenderung Bermain Bertahan
Spoiler for Penjelasan:
Italia dikenal dengan catenaccionya, yang sering diartikan penggemar sepak bola sebagai pertahanan gerendel. Dan memang pada kenyataannya tim dari Italia cenderung bertahan apalagi jika melawan tim dari luar Italia. Hal ini dikarenakan bagi mereka pertahanan adalah bagian terpenting dalam tim. Di Italia, permainan bertahan adalah seni.
Tidak peduli dibilang bermain tidak atraktif, tidak menghibur, ataupun membosankan, buktinya permainan bertahan sangat efektif membawa kemenangan. Dan konsep tersebut berlaku universal, tidak hanya di liga Italia saja.
Ingatkah agan tim seperti apa yang selalu membuat tim atraktif seperti Barcelona/Bayern kesulitan?
Atau permainan seperti apa yang diperagakan Ranieri dengan Leicester-nya untuk menjuarai Liga Inggris kemarin?
Liga Champions pertama Chelsea di tangan pelatih Italia Di Matteo?
Logika sederhananya adalah, jika tim agan bermain bertahan sampai tidak kebobolan, apakah mungkin tim agan akan kalah?
4. Mempunyai Presiden Tim Ikonik, Loyal, dan Menjabat dalam waktu lama
Spoiler for Penjelasan:
Berlusconi di AC Milan (sudah menjabat selama 25 tahun)
Moratti di Inter (memimpin selama 18 tahun)
Agnelli Family di Juve (memimpin semenjak tahun 1923)
Sensi Family di AS Roma (memimpin selama 18 tahun)
Presiden tim di Italia kebanyakan sangat loyal dan royal terhadap timnya. Tanyakan kepada fans AC Milan berapa banyak dana yang dikeluarkan Berlusconi untuk membangun Milan, atau Moratti dengan Internya. Tanyakan juga betapa enggannya Presiden-Presiden ini untuk melepas kepemilikan timnya, di saat sulit sekalipun. Sayangnya di era komersial sekarang, beberapa akhirnya menyerah, dan menjual kepemilikan timnya, seperti Moratti (Inter) dan Sensi (AS Roma).
Contoh presiden ikonik lainnya adalah Luciano Gaucci, yang memecat strikernya sendiri Ahn Juhn Hwan, karena yang bersangkutan mencetak gol kemenangan saat melawan timnas Italia yang mengakibatkan Italia tersingkir dari Piala Dunia. Gaucci juga pernah berencana melakukan pembelian salah satu pemain wanita terbaik Jerman waktu itu (Birgit Prinz) untuk dimasukkan ke dalam tim pria. Insane
Lain lagi presiden Palermo, Maurizio Zamparini. Musim lalu dia memecat pelatih sampai 8 kali. Ya, 8 kali! Gilanya lagi, ada pelatih yang hari ini dipecat, kemudian minggu depannya ditunjuk lagi setelah penggantinya dipecat. Ya, dalam kurun waktu seminggu! Selama 13 tahun berkuasa di Palermo, Zamparini sendiri sudah melakukan pergantian pelatih sebanyak 29 kali.
5. Stadion
Stadion Olimpico Roma
Trek lari yang ada menambah jarak pandang dari penonton ke lapangan
Spoiler for Penjelasan:
Kuno. Jarak pandang yang jauh. Dan relatif sepi penonton.
Harus diakui ini masih menjadi nilai minus Liga Italia. Dibanding liga besar lainnya, kondisi stadion Italia memang memprihatinkan. Sampai tulisan ini ditulis, sepengetahuan ane, hanya ada 3 tim yang memiliki stadion sendiri. Yaitu Juventus, Sassuolo, dan Udinese. Juga ada tim lain yang sudah berencana membangun stadionnya, seperti Sampdoria. Sisanya masih menyewa stadion milik pemerintah kota, bahkan tim besar seperti Inter dan Milan, serta Roma dan Lazio, masing-masing mengontrak stadion yang sama.
Adakah yang heran kenapa stadion milik pemerintah kota ini memiliki trek lari? kembali ke tahun 1990 ketika Italia menjadi tuan rumah Piala Dunia, renovasi terhadap stadion dilakukan besar-besaran. Sayangnya hal tersebut menelan biaya yang tidak banyak, dan "untungnya" Komite Olimpiade Italia bersedia memberikan pinjaman, namun dengan syarat stadion dipasangi trek lari (untuk kebutuhan atlet olimpiade). Alhasil stadion Italia sampai sekarang banyak yang menggunakan trek lari. Lebih buruk lagi, beberapa stadion masih belum melunasi hutang tersebut >> sumber : the guardian
Kualitas Serie A yang menurun dan jarak pandang stadion yang jauh karena ada trek lari, bisa menurunkan animo fans untuk datang ke stadion.
6. Pemain Muda Sulit Berkembang
Spoiler for Penjelasan:
Lihatlah liga lain, Spanyol, Inggris, Jerman, Belanda, Prancis, bahkan Brasil dan Argentina, begitu mudahnya pemain muda berbakat muncul hampir setiap tahunnya. Hal ini sangat jarang terjadi di Italia, karena satu hal, ya, kembali ke awal, taktik! pemain muda dianggap masih kesulitan untuk mengadaptasi rumitnya pemahaman taktik di Italia. Sehingga pelatih cenderung enggan beruji coba menurunkan pemain yang masih terlampau muda. Bahkan pemain di Italia cenderung lebih bersinar di usia tua.
Anomali terjadi jika memang tim tersebut kesulitan dana untuk mencari pemain berkualitas di usia emas, atau memang bisnis modelnya adalah mengembangkan pemain muda untuk kemudian dijual mahal (Udinese).
7. Penyebutan Posisi/Role Pemain Secara Spesifik
role mezzala (gelandang kanan-kiri di formasi 3 gelandang tengah)
Spoiler for Penjelasan:
Di Italia penyebutan posisi/role pemain bisa sangat spesifik. Misalkan pada posisi pemain depan, biasanya orang hanya mengenal posisi striker dan second striker, di Italia ada lagi penambahan beberapa role yang mungkin bagi orang umum jarang didengar, seperti trequartista dan fantasista.
Di posisi gelandang tengah, selain role mezzala seperti ilustrasi di atas, kita tahu sendiri Andrea Pirlo sebagai maestro di posisi Deep Lying Playmaker (beberapa orang menyebutnya regista). Dimana sangat jarang ada yang menggunakan posisi tersebut di tim/liga lain. Ketika Pep Guardiola menggunakan Xavi sebagai deep lying playmaker di Barcelona, beberapa orang teringat akan Guardiola ketika bermain di Liga Italia bersama Brescia, yang juga berposisi sebagai deep lying playmaker.
Posisi bek bisa juga dibagi menjadi berbagai macam role selain bek pada umumnya, sebut saja ball playing defender, libero, dan sweeper (walaupun sudah jarang). Khusus ball playing defender, pemain ini selain berposisi bek, juga bertugas sebagai playmaker kedua di timnya. contoh pemain era sekarang yang fasih di posisi ini adalah Daniele De Rossi dan Leonardo Bonucci
8. Gestur
Ini salah satu favorit ane
perhatikan ketika para pemain Italia memprotes keputusan wasit
mereka akan melakukan gestur-gestur (biasanya tangan dan bahu) yang hanya dilakukan orang Italia.
Yang sering ane lihat adalah gerakan seperti meminta makan , gerakan minta maaf, atau menunjuk diri sendiri karena tidak percaya dirinya dianggap melakukan pelanggaran
Spoiler for gestur:
kayak minta makan gan
Spoiler for image:
nah ini kayak lagi minta maaf
Spoiler for image:
Sekian thread ane gan
Komen-komen terbaik akan ane angkut ke pejwan, jadi keep posting ya gan
*update 3 Desember 2016 : stadion, role
Forza Serie A!
update lagi (13 Desember) : ternyata thread ane termasuk salah satu yang menang kombat
terima kasih banyak buat agan-agan yang sudah berpartisipasi di thread ini