Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan, politisi harus memahami etika dan moral.
Mengutip Aristoteles, kata Wiranto, sesungguhnya politik merupakan ilmu induk dari kebaikan manusia.

"Ternyata politik itu tidak kotor. Itu benar tatkala tujuannya ke sana. Lalu mengapa di Indonesia ada pemahaman bahwa politik itu kotor?" Ujar Wiranto, saat menyampaikan pidato pada peluncuran Modul Naskah Kode Etik dan Rekrutmen Partai Politik, di Jakarta, Kamis (24/11/2016).

Menurut Wiranto, setidaknya terdapat dua hal yang menyebabkan masyarakat menilai politik tidak membawa kebaikan.
Pertama, ada reduksi atas pemahaman politik yang dinilai sebatas pada saat pemilu berlangsung.
Saat pemilu, kata dia, politik menjadi ingar bingar, menjelekkan satu sama lain, dan bahkan menghalalkan segala cara.

"Saya dalam hati ketawa tapi prihatin tatkala pemilu itu pesta demokrasi. Betul rakyat pesta. Tukang sablon ramai, tukang demi dapat tempat," ujar Wiranto.

Setelah pemilu usai, pesta berganti.
Pemimpin terpilih berpesta untuk mengembalikan biaya yang dikeluarkan.
Kedua, Wiranto menyebutkan, kalangan politik terjebak pada justifikasi bahwa politik itu memang kotor.

"Di benak mereka bahwa yang dilakukannya wajar-wajar saja. Ini bahaya sekali," ujar Wiranto.

http://nasional.kompas.com/read/2016...tu.tidak.kotor

KARENA POLITIK RAKYAT TERDIDIK MENJADI:
- Lempar batu sembunyi tangan
- Serigala berbulu domba
- Rebutan kekuatan, rebutan kekuasaan
- Merangkai kata bersilat lidah, Maksudnya tak terduga
- Tunggang menunggangi hisap menghisap, Kalau tak butuh lagi kita di singkirkan
- Habis manis sepah di buang, Sambil mencari kambing hitam
- Butakan akal sehat
- Halalkan segala macam cara