- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Gerbong Kereta MRT Jakarta Dibuat oleh Produsen Shinkansen


TS
killergodnana
Gerbong Kereta MRT Jakarta Dibuat oleh Produsen Shinkansen
Quote:

Jakarta- Siapa yang tak kenal dengan kereta super cepat buatan negara Jepang, Shinkansen. Kereta yang dapat melaju 250 hingga 320 kilometer per jam ini menjadi salah satu tujuan wisata para wisatawan mancanegara. Rasanya tak lengkap mendatangi Jepang bila tak mencoba Shinkansen.
Perusahaan pembuat kereta super cepat dan ringan ini, yaitu Nippon Sharyo Ltd. Perusahaan ini tak hanya dikenal sebagai produsen pembuat Shinkansen, tetapi juga terkenal sebagai perusahaan pakar pembuat kereta api. Baik kereta api listrik maupun Mass Rapid Transit (MRT) dan monorel.
Kereta api buatan Nippon Sharyo ini pun sudah merambah ke berbagai negara maju, seperti ke Kota Illinois dan Virginia di Amerika Serikat, lalu Taiwan dan Singapura. Juga, kereta-kereta super cepat tersebut digunakan oleh operator ternama di Jepang, yakni Japan Railway.
Dari berbagai pengalaman tersebut, maka tak heran bila akhirnya perusahaan yang bergabung dalam Konsorsium Sumitomo Corporation memenangi lelang untuk membuat rolling stock atau rangkaian gerbong kereta untuk MRT Jakarta.
Beritasatu.com bersama wartawan dari empat media cetak dan online yang terpilih dalam Program Mass Rapid Transit Jakarta Journalist Fellowship 2016 mendapatkan kesempatan berkunjung ke kantor Nippon Sharyo, Toyokawa Plant, yang terletak di antara kota Tokyo dan Osaka, yaitu di Kota Aichi, Jepang.
Selain melihat kantor perusahaan yang telah membuat 3.000 gerbong kereta cepat Shinkansen sejak tahun 2010, rombongan wartawan yang didampingi Corporate Secertary PT MRT Jakarta, Hikmat Oesman dan Kepala Biro Perekonomian DKI, Sri Haryati juga diajak berkeliling pabrik kereta milik Nippon Sharyo.
Kami berkesempatan mengintip “dapur” pembuatan Shinkansen di area pabrik seluas 250.0000 meter persegi tersebut. Untuk melihat tahap demi tahap dalam membuat satu gerbong kereta shinkansen hingga menjadi satu rangkaian kereta yang terdiri dari enam gerbong. Setiap tahapan pembuatan gerbong kereta dibuat secara mendetail. Sayangnya, kami tidak diizinkan untuk mengambil foto kegiatan pembuatan Shinkansen.
Tujuan mengajak wartawan berkeliling di pabrik pembuat kereta dengan sebutan Bullet Train ini, adalah untuk menunjukkan teknik pembuatan gerbong kereta Shinkansen akan diterapkan dalam membuat gerbong kereta MRT Jakarta.
Senior Managing Director General Manager Rolling Stock Division Nippon Sharyo, Tsuge Mikio mengatakan ada tujuh tahap yang harus dilalui untuk menghasilkan sebuah gerbong Shinkasen.
Yakni, tahapan pertama, desain awal dan detail. Setelah selesai baru dilakukan dengan tahapan kedua yaitu pembuatan serta pabrikasi komponen badan dan roda kereta, serta tahapan ketiga, instalasi frame depan, samping, dan belakang gerbong.
“Kami juga berkewajiban untuk memasang seluruh roda-roda kereta,” kata Tsuge kepada peserta MRT Jakarta Fellowship Journalist di pabrik Toyokawa, Nagoya, beberapa waktu lalu.
Tahapan keempat, para teknisi mulai melakukan pekerjaan yang lebih detail. diantaranya mengecat body kereta, memasang peralatan listrik, memeriksa seluruh komponen berasa di posisi yang tepat, dan memasang interior gerbong sesuai desain.
"Tahapan kelima, pekerja juga mengecek kondisi roda kereta atau bogie. Jika sudah sesuai dan tak ada kesalahan, bogie siap dipasang ke body Shinkasen,” terangnya.
Tahapan keenam, melakukan test operasional Shinkansen. Proses pertama yang dilakukan adalah mengecek kualitas (quality control) Shinkansen untuk menyesuaikan bobotnya.
"Setelahnya, baru masuk ke tahapan ketujun, melakukan uji coba Shinkasen di track sebelum akhirnya dikirim ke operator kereta.
“Karena pembuatan Shinkansen rumit dan membutuhkan kecermatan untuk keselamatan penumpang, maka proses pembuatan kereta Shinkansen membutuhkan waktu sekitar empat tahun. Proses yang paling lama saat pembuatan basic dan detail design, yakni 1-2 tahun. Sisanya, dilakukan pekerjaan teknis di pabrik hingga pengiriman,” terangnya.
General Manager Design and Engineering Department Rolling Stock Division Nippon Sharyo, LTD, Yoshimoto Watanabe mengatakan perusahaannya akan membuat rolling stock MRT Jakarta sama persis dengan pembuatan Shinkansen. Dengan kata lain, kecermatan dan detail untuk mendukung kesalamatan dan kenyamanan penumpang serta kecepatan kereta hampir sama dengan saat mereka membuat kereta Shinkansen.
“Hanya saja, kalau Shinkansen terbuat dari aluminium, maka gerbong kereta MRT akan dibuat dengan bahan stainless,” ujarnya.
Hal itu dikarenakan, pembuatan Shinkansen sebagai kereta cepat yang harus ringan agar dapat melaju dengan super cepat. Sedangkan kecepatan MRT Jakarta tidak secepat Shinkansen, sehingga dengan bahan stainless bisa dapat melaju dengan cepat dan tak cepat berkarat yang dapat membuat tahan lama penggunaan kereta.
Sumber
Sayang mock up keretanya belum dateng ke sini, semoga fase 2 tetep pake Nippon Saryo ya

__________________________________________________________________________________________
Progres Pembangunan Fisik MRT Capai 58%
Quote:
Bisnis.com, JAKARTA- Progres pembangunan fisik proyek transportasi massal di Ibu Kota, Mass Rapid Transit (MRT) yang dikerjakan oleh PT MRT Jakarta, hingga 31 Oktober 2016 secara keseluruhan telah mencapai 58%.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William P. Sabandar mengatakan progres 58% tersebut sudah termasuk akumulasi antara progres yang terjadi di jalur layang maupun jalur MRT yang dibawah tanah.
"Progres konstruksi pe4 31 Oktober 2016, untuk yang elevated section atau jalur layang sekitar 40,53% dan untuk underground section atau jalur bawah tanah sebesar 76,16%. Jadi overall sebesar 58,26%," tuturnya, Rabu (16/11/2016).
Menurutnya pencapaian progres tersebut sudah sesuai dengan jadwal perencanaan yang dilakukan oleh PT MRT Jakarta bahwa target pengerjaan per 31 Oktober 2016 harus mencapai 58%.
Dia menerangkan untuk untuk lokasi pembangunan Depot MRT dan Stasiun Lebak Bulus sudah mencapai 35%, Stasiun Fatmawati dan Cipete Raya sudah 48%, lalu Stasiun Haji Nawi - Blok A - Blok M - dan Sisingamangaraja sudah 40%.
Sementara untuk lokasi transisi di Stasiun Senayan dan Istora sudah mencapai 72%, lalu Stasiun Bendungan Hilir dan Setiabudi sudah mencapai 69%, kemudian Stasiun Dukuh Atas dan Bundaran HI sudah mencapai 82%.
Menurutnya dari semua lokasi sebagian besar progresnya sudah sesuai dan bahkan melebihi dari target perencanaan, meskipun masih ada beberapa titik yang dibawah target, yakni di Stasiun Haji Nawi - Blok A - Blok M - dan Sisingamangaraja.
Pada lokasi tersebut seharusnya progres yang dikerjakan sudah mencapai 47%, namun dilapangan baru 4o,9% akibat terkendala proses pembebasan lahan.
Namun, meski demikian pihaknya tetap optimistis proyek prestisius yang ditugaskan kepada badan usaha milik daerah (BUMD) DKI Jakarta itu akan mampu selesai sesuai target yang diharapkan yakni akhir 2018 dan beroperasi awal 2019.
Pasalnya telah melakukan sejumlah komunikasi dengan stakeholder terkait pembebasan lahan tersebut sebagai upaya percepatan penyelesaian konstruksinya.
"Untuk mencapai target operasional kereta pada Februari 2019, diperlukan segera penyelesaian pembebasan lahan pada pertengahan Desember tahun ini," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, diperlukan juga peningkatan produktifitas pekerjaan, penyesuaian metode kerja, dan koordinasi interfase antar paket pekerjaan dan realisasi alokasi pendanaan tambahan.
"Kalau untuk sampai akhir tahun ini diperkirakan akan bisa menyelsaikan sekitar 66%, karena perkiraanya setiap bulan bisa bertambah 4%. Jadi untuk November -Desember akan ada penambahan 8% lagi dari posisi 58%," terangnya.
Sementara terkait rencana tindak lanjut proses pembebasan lahan, dia mengatakan pada akhir November 2016 ini diharapkan sudah mendapatkan hasil final musyawarah terkait pembebasan lahan antara pemilik lahan dengan panitia pembebasan lahan.
Apabila sepakat maka langsung dibayarkan dan dilakukan pelepasan hak atas tanah, namun kalau tidak sepakat maka dilakukan konsinyasi di pengadilan.
Sumber
Direktur Utama PT MRT Jakarta William P. Sabandar mengatakan progres 58% tersebut sudah termasuk akumulasi antara progres yang terjadi di jalur layang maupun jalur MRT yang dibawah tanah.
"Progres konstruksi pe4 31 Oktober 2016, untuk yang elevated section atau jalur layang sekitar 40,53% dan untuk underground section atau jalur bawah tanah sebesar 76,16%. Jadi overall sebesar 58,26%," tuturnya, Rabu (16/11/2016).
Menurutnya pencapaian progres tersebut sudah sesuai dengan jadwal perencanaan yang dilakukan oleh PT MRT Jakarta bahwa target pengerjaan per 31 Oktober 2016 harus mencapai 58%.
Dia menerangkan untuk untuk lokasi pembangunan Depot MRT dan Stasiun Lebak Bulus sudah mencapai 35%, Stasiun Fatmawati dan Cipete Raya sudah 48%, lalu Stasiun Haji Nawi - Blok A - Blok M - dan Sisingamangaraja sudah 40%.
Sementara untuk lokasi transisi di Stasiun Senayan dan Istora sudah mencapai 72%, lalu Stasiun Bendungan Hilir dan Setiabudi sudah mencapai 69%, kemudian Stasiun Dukuh Atas dan Bundaran HI sudah mencapai 82%.
Menurutnya dari semua lokasi sebagian besar progresnya sudah sesuai dan bahkan melebihi dari target perencanaan, meskipun masih ada beberapa titik yang dibawah target, yakni di Stasiun Haji Nawi - Blok A - Blok M - dan Sisingamangaraja.
Pada lokasi tersebut seharusnya progres yang dikerjakan sudah mencapai 47%, namun dilapangan baru 4o,9% akibat terkendala proses pembebasan lahan.
Namun, meski demikian pihaknya tetap optimistis proyek prestisius yang ditugaskan kepada badan usaha milik daerah (BUMD) DKI Jakarta itu akan mampu selesai sesuai target yang diharapkan yakni akhir 2018 dan beroperasi awal 2019.
Pasalnya telah melakukan sejumlah komunikasi dengan stakeholder terkait pembebasan lahan tersebut sebagai upaya percepatan penyelesaian konstruksinya.
"Untuk mencapai target operasional kereta pada Februari 2019, diperlukan segera penyelesaian pembebasan lahan pada pertengahan Desember tahun ini," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, diperlukan juga peningkatan produktifitas pekerjaan, penyesuaian metode kerja, dan koordinasi interfase antar paket pekerjaan dan realisasi alokasi pendanaan tambahan.
"Kalau untuk sampai akhir tahun ini diperkirakan akan bisa menyelsaikan sekitar 66%, karena perkiraanya setiap bulan bisa bertambah 4%. Jadi untuk November -Desember akan ada penambahan 8% lagi dari posisi 58%," terangnya.
Sementara terkait rencana tindak lanjut proses pembebasan lahan, dia mengatakan pada akhir November 2016 ini diharapkan sudah mendapatkan hasil final musyawarah terkait pembebasan lahan antara pemilik lahan dengan panitia pembebasan lahan.
Apabila sepakat maka langsung dibayarkan dan dilakukan pelepasan hak atas tanah, namun kalau tidak sepakat maka dilakukan konsinyasi di pengadilan.
Sumber
__________________________________________________________________________________________
PT MRT Butuh Tambahan Dana Rp 2,56 Triliun
Quote:

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Mass Rapid Transit membutuhkan tambahan dana sebesar Rp 2,56 triliun. Tambahan dana itu rencananya akan diperoleh dari pinjaman dan akan digunakan untuk pembiayaan konstruksi fase 1.
"Estimasi penambahan pembiayaan atas kontrak mencapai Rp 4,25 triliun. Sementara itu, masih ada sisa dana di kas Rp 1,68 triliun. Kami coba ajukan tambahan pinjaman dari selisihnya yaitu berkisar Rp 2,56 triliun," ujar Direktur Utama PT MRT William P Sabandar di Wisma Nusantara, Jalan M.H Thamrin, Selasa (15/11/2016).
William mengatakan, tambahan pinjaman itu diajukan karena tiga hal. Pertama terkait adanya perubahan konstruksi karena penerapan koefisien gempa, kedua karena proses pembebasan lahan yang belum selesai, ketiga karena ada perubahan besar kontrak dengan pihak swasta.
Rencana tambahan pinjaman tersebut sudah disampaikan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
William mengatakan Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama sebelumnya juga sudah mengirim surat ke Kementerian Perhubungan untuk mengajukan penambahan dana ini kepada Japan Internasional Cooperation Agency (JICA).
"Harapan kami 2018 (dana pinjaman dipenuhi), supaya konstruksi tidak terhambat," ujar William.
Sementara itu, Pelaksana tugas Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengatakan Pemprov DKI akan berkomunikasi dengan Kementerian Keuangan dan juga Badan Perencanan Pembangunan Nasional (Bappenas) terkait permintaan tambahan pinjaman ini.
Menurut dia, jumlah tambahan pinjaman itu sudah sesuai dengan kondisi di lapangan.
"Angka Rp 2.5 triliun tidaklah besar dibandingkan nilai total proyek yang Rp 14 triliun. Saya kira itu tuntutan kebutuhan lapangan yang harus kami penuhi," ujar Sumarsono.
Sumber
__________________________________________________________________________________________
Anggaran Proyek MRT Membengkak, Ini Sebabnya
Quote:

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta Busi Susandi mengatakan pembengkakan biaya proyek mass rapid transit (MRT) terjadi lantaran faktor komunikasi yang kurang bagus antara perseroan dengan tim pembebasan lahan.
Pasalnya, molornya proses pembebasan lahan juga berpengaruh terhadap pengerjaan dari PT MRT.
"Salah satu masalah akut di Indonesia adalah koordinasi antarlembaga yang sangat mahal dan sulit sehingga pekerjaan tidak bisa tuntas," kata Busi, Selasa, 15 November 2016.
Menurut Busi, PT MRT harus cepat melakukan koordinasi dengan Dishubtrans, Bina Marga, dan Badan Pertanahan Nasional untuk menyelesaikan pembebasan lahan, misalkan di Stasiun Cipete dan Stasiun Haji Nawi.
"Kedua, lakukan edukasi dan sosialisasi masif dan kontinu dengan masyarakat terdampak agar masyarakat sadar bahwa MRT adalah sistem transportasi yang dibutuhkan di Jakarta," ujar Busi.
Sebelumnya, PT Mass Rapid Transit Jakarta mengajukan tambahan pinjaman sebesar Rp 2,56 triliun untuk pembiayaan konstruksi proyek fase I.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William P. Sabandar mengatakan nilai tersebut diperoleh melalui hasil penghitungan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) atas kontrak pekerjaan dalam proyek MRT Jakarta dari Lebak Bulus-Bundaran HI.
"Estimasi penambahan pembiayaan (variation order) atas kontrak mencapai Rp 4,25 triliun. Sementara itu, masih ada sisa dana di kas Rp 1,68 triliun. Kami coba ajukan tambahan pinjaman dari selisihnya yang nilainya berkisar Rp 2,56 triliun," kata William, Selasa, 15 November 2016.
Rencana tambahan pinjaman mau-tak mau harus diajukan karena tiga hal, yaitu adanya perubahan konstruksi terkait dengan penerapan koefisien gempa, belum selesainya proses pembebasan lahan, serta perubahan besaran kontrak dengan pihak swasta.
Sumber
Diubah oleh killergodnana 17-11-2016 18:37
0
2.9K
Kutip
21
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan