Kaskus

News

BeritagarIDAvatar border
TS
BeritagarID
Jasa KH As'ad Syamsul Arifin, penerima gelar Pahlawan Nasional
Jasa KH As'ad Syamsul Arifin, penerima gelar Pahlawan Nasional
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Wapres Jusuf Kalla (kanan) berjabat tangan dengan Ahmad Azaim Ibrahimy (kiri) yang merupakan cucu almarhum KH Raden As'ad Syamsul Arifin sebagai Pahlawan Nasional di Istana Negara, Jakarta, Rabu (9/11). Almarhum KH Raden As'ad Syamsul Arifin yang merupakan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dinilai telah melakukan pengabdian dan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik untuk mencapai, merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Pemerintah menganugerahi Kiai Haji Raden As'ad Syamsul Arifin gelar Pahlawan Nasional. Keputusan gelar itu diteken Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Keputusan Presiden Nomor 90/TK/Tahun 2016 tertanggal 3 November 2016 tentang penganugerahan gelar Pahlawan Nasional.

Kepala Biro Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, Laksma TNI Suyono Thamrin menyebutkan, almarhum Kiai As'ad pernah memimpin perjuangan bersenjata untuk merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan. Beliau juga melakukan perjuangan politik untuk mewujudkan persatuan bangsa. "(Beliau) Tidak pernah menyerah pada musuh dalam perjuangan," kata Suyono, Rabu (9/11) seperti dinukil dari Setkab.go.id.

Gelar ini memastikan penerimaan gelar Pahlawan Nasional tahun ini. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan ada 13 nama yang diusulkan sebagai penerima gelar pahlawan nasional. Namun, sembilan nama dinyatakan belum memenuhi syarat administratif.

Empat nama yang lolos adalah Abdurrachman Wahid (Gus Dur), Soeharto, As'ad Syamsul Arifin, dan Abdurrahman Baswedan. Namun, hanya Kiai As'ad yang diberikan gelar tahun ini.

Kiai As'ad dinilai memenuhi syarat sebagai penerima gelar Pahlawan Nasional sesuai dengan Undang-undang nomor 20 tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Di antara syarat itu adalah pernah memimpin perjuangan senjata, perjuangan politik untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Serta mewujudkan persatuan dan kesatuan. Selain itu perjuangannya juga berdampak secara nasional.

Menurut NU Online, Kiai As'ad lahir pada 1897 di Mekkah dan wafat pada 4 Agustus 1990 di Situbondo, Jawa Timur. Kiai As'ad merupakan putra dari KH Syamsul Arifin. Kiai As'ad merupakan pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Menurut Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail, semacam penelitian dan pengembangan NU , KH Cholil Nafis mengatakan, Kiai As'ad pantas mendapatkan gelar Pahlawan Nasional karena turut mendirikan organisasi NU, dan memperjuangkan kemerdekaan serta pendidikan di Indonesia.

Menurut Cholil di masa muda hingga wafat bersama ayahnya Kiai Syamsul Arifin mengembangkan sebuah pondok pesantren Salafiyah Syafiiyah. Kiai As'ad juga mendirikan sekolah untuk masyarakat belajar, mengurangi kebodohan.

Pesantren Salafiyah Syafi'iyah memaparkan, ada tiga fase peran Kiai As'ad bagi Indonesia. Pada era prakemerdekaan, Kiai As'ad menanamkan cinta tanah air dan semangat jihad melalui pesantren dan barisan kerakyatan. Beliau menanamkan nilai-nilai cinta tanah air melalui pesantren bersama ayahnya, Kiai Syamsul Arifin pada 1914. Kiai As'ad juga bersama ulama NU membentuk Sabilillah dan Hizbullah. Bahkan Kiai As'ad menjadi pemimpin Sabilillah di Jawa Bagian Timur.

Pada era kemerdekaan, Kiai As'ad menggunakan Pesantren Sukorejo sebagai pusat perjuangan. Saat itu, Pesantren Sukorejo sebagai tempat berlatih baris-berbaris dan perjuangan. Kiai As'ad bergerak memimpin pelucutan tentara Jepang di Garahan Jember (sekitar September-Oktober 1945). Kiai As'ad dan pasukannya ikut berjuang melawan Sekutu pada November 1945 di Surabaya.

Selepas era kemerdekaan, Kiai As'ad berperan dalam politik. Beliau menjadi menjadi penasihat pribadi wakil perdana menteri KH. Idham Chalid (1956-1957) dan anggota konstituante (1957-1959).

Jasanya yang terbesar, beliau tokoh yang berhasil meyakinkan ulama NU untuk menerima asas tunggal Pancasila pada Munas 1983 dan Muktamar NU 1984 di Pesantren Sukorejo. Dengan peran dari Kiai As'ad, menurut Cholil, NU kembali kepada khittah-nya tanpa harus menjadi partai politik.
Jasa KH As'ad Syamsul Arifin, penerima gelar Pahlawan Nasional


Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...lawan-nasional

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Jasa KH As'ad Syamsul Arifin, penerima gelar Pahlawan Nasional Pengakuan penjarah toko di Penjaringan

- Jasa KH As'ad Syamsul Arifin, penerima gelar Pahlawan Nasional Kenapa Ahok enggan mundur dari pencalonannya?

- Jasa KH As'ad Syamsul Arifin, penerima gelar Pahlawan Nasional Kenapa gelar perkara terbuka kasus Ahok dipersoalkan?

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
3.9K
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan