- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
REAL STORY : Aku Sang Pengusir Jin "Jadi-Jadian."


TS
kakekgeol
REAL STORY : Aku Sang Pengusir Jin "Jadi-Jadian."
Ane coba untuk share cerita nyata pengalaman pribadi ini dalam bentuk tulisan untuk pertama kalinya.
Ada beberapa nama tokoh, nama tempat/lokasi dan ceritanya yang ane lupa karena udah terlalu lama banget kejadiannya tapi akan ane coba untuk mengingat dan menceritakannya sedetail mungkin. Ane hanya akan menceritakan bagian-bagian yang menurut ane penting aja.
Untuk nama tokoh dan beberapa tempat akan ane samarkan.
Mohon maaf karena mungkin ada kekurangan dalam penulisan cerita ini karena ini first time ane nulis cerita.

Cerita ini adalah kisah nyata ane yang terjadi di tahun 1998 saat ane baru naik ke kelas 3 SMP di salah satu sekolah agama M (nama sekolah ane singkat) di Jakarta Timur.
Saat itu sekolah ane akan mengadakan kegiatan Pesantren Kilat IRM (Ikatan Remaja M) di daerah Puncak Jawa Barat selama 1 minggu.
Para peserta tersebut berasal dari beberapa sekolah SMP dan SMA M juga yang tersebar di Jakarta, termasuk sekolah ane juga dan kurang lebih di hadiri oleh 40 orang peserta yang sebagian besar dari kami adalah anggota OSIS (bukan ISIS
) dan anggota IRM, ya ane kebetulan menjabat sebagai ketua OSIS dan ketua Ranting IRM tersebut di sekolah ane dan ada beberapa alumni dari sekolah M yang lain serta guru sekolah. Dari sekolah ane hanya mengutus perwakilan dua orang murid aja, ane dan Heri wakil ketua OSIS di sekolah ane.
Hari Pertama :
Sekitar pukul 14.00, bis yg kami sewa akhirnya memasuki sebuah gerbang pintu masuk sebuah villa yang akan menjadi tempat kegiatan kami selama 1 minggu kedepan. Villa itu cukup besar dengan dua lantai namun terlihat seperti kurang terawat karena cat dinding banyak terkelupas serta agak kusam warnanya, terkesan angker.
"gede juga nih villa, tapi lumayan serem juga." gumam ane dalam hati setelah turun dari bis.
Mata ane penasaran menyapu semua pemandangan sekeliling villa itu.
"Oh.. ada disitu." ucap ane pelan.
"Iya itu mushola-nya coy (bahasa jadul hehe..), jadi lo ga perlu nyari-nyari tempat sholat lagi." celetuk temen ane Heri yg sok tahu.
Ada sebuah mushola yang letaknya di sebelah kiri setelah pintu gerbang masuk villa B (nama disamarkan) itu.
"Sat, udah yuk tuh udah ditungguin kakak alumni". agak tersentak kaget pas bahu ane ditepuk Heri.
"he'eh" jawab ane sekenanya karena agak kesel.
Setelah ane masuk villa itu ternyata ga seseram yang ane bayangin tadi. Ruangan nya cukup luas dengan terbalut lantai keramik bermotif dan dibagi menjadi beberapa ruangan lain yang sepertinya ruangan untuk tidur, dapur dan dua kamar mandi.
Tangga untuk ke lantai dua yang cukup lebar langsung terlihat langsung setelah masuk ke dalam villa itu.
Intinya villa B ini bentuknya terlihat seperti gedung sekolah tapi interiornya malah seperti rumah mewah.
"Ayo semua kumpul dulu disini, kita akan membahas kegiatan selama seminggu kedepan blablabla". ucap kakak alumni ane di tengah ruangan. skip
"Ini tolong dibagikan satu-satu sama semuanya." sambil menyerahkan selebaran kertas berisi jadwal kegiatan pesantren kilat.
"Bujug, ini jadwal padet banget, udah gitu dikasih istirahat tidur cuma 2 jam setiap hari." ucap ane sama Heri setengah pelan.
Dan dia cuma mengangguk-angguk ga jelas.
"Ada yg mau ditanyakan soal ini semua?" suara kakak alumni ane memecah suasana.
"Atau kalo ada yg keberatan silahkan ambil tas kalian dan pulang!" lanjutnya dengan nada setengah tegas sambil melirik ane. "What?! Mungkin dia denger omongan gue tadi kali." batin ane.
Akhirnya terpaksa menyanggupi dengan menggeleng kepala.
Kami semua diarahkan menuju kamar masing-masing.
"Buat yang laki-laki kamar tidurnya ada lantai dua belok kiri setelah tangga, aula dan lewat lorong ke arah belakang, untuk wanita di sebelah sana". ucap kakak alumni sambil menunjuk sebuah ruangan yang masih di lantai satu.
Ane dan anak-anak lainnya menuju sebuah ruangan yang jadi ruangan tidur kami melewati sebuah aula serbaguna dengan sebuah meja lonjong dan kursi-kursi yang tersusun rapi hingga melewati sebuah lorong kecil yang mengarah ke bagian belakang villa itu.
Tibalah ane di sebuah ruangan yang cukup besar dan agak redup dengan beberapa ranjang tidur susun, agak pengap mungkin karena jarang ditempatin. Di depan sebelah kiri pintu kamar ada dua toilet kecil berlampu redup. Dan yang menyeramkan yaitu pemandangan di depan pintu kamar langsung menghadap ruangan terbuka dan cuma dibatasi dengan tembok pengaman setinggi dada ane, cukup berbahaya kalau sampai terjatuh. Tepat dibawahnya ada sebuah kolam renang yang memang dikhususkan untuk penyewa villa tersebut. Dibelakang kolam renang itu dibatasi tembok yang tinggi dengan kawat-kawat diatasnya. Dari lantai dua ini bisa melihat perbukitan kecil, persawahan serta area pemakaman orang-orang keturunan Tionghoa yang terlihat dari bentuk makamnya di sebelah kanan arah belakang villa.
Sebelum masuk kamar, ane coba untuk mengecek keadaan dua toilet di sebelah kiri depan pintu kamar.
"Astaga, jorok banget!" ucap ane.
Aroma bau pesing campur bau yang sedikit amis tercium dari toilet ini setelah pintu dibuka. Lantai kotor dan aroma bau-bau itu jadi bikin tengkuk ane merinding.
Buru-buru ane langsung masuk ke kamar
dan taruh tas gabung serta saling berkenalan sama anak-anak yang lain.
Pukul 16.30 atas ijin dari para guru, kami di ajak berkeliling sekitaran villa tersebut, lebih tepatnya menyusuri persawahan dan melewati area pemakaman dibelakang villa untuk sekedar melihat pemandangan dan menyegarkan pikiran. Saat itu keadaan sedikit gerimis.
Ada sekitar 15 orang peserta yang ikut berjalan-jalan. Kami berjalan beriringan satu-satu dengan di dampingi kakak alumni melewati jalan setapak di area pemakaman dan ane berada paling belakang dari rombongan.
Prraakkk!!
"Aaawww..!!" setengah teriak dari salah seorang teman cewek di depan ane.
"Lo ga apa-apa?" tanya ane sambil reflek pegangin tangan dia karena hampir terjatuh menginjak pipa saluran air persis disamping salah satu makam yang kurang terawat.
"Kayanya terkilir dikit deh kaki gue" jawab dia sambil meringis.
"Satria, kenapa itu dibelakang?" teriak kakak alumni dari urutan depan.
"Resti terjeblos kakinya kak karena nginjek pipa saluran air." teriak ane.
"Terus gimana?" teriaknya lagi.
"Cuma terkilir dan pipanya pecah kak." sahut ane.
"Ya udah lain kali hati-hati jalannya." ucapnya terakhir.
"Bisa jalan kan?" tanya ane ke Resti.
"Iya bisa tapi pelan-pelan aja." jawabnya.
Wwsssshhh.. semilir angin terasa lewat depan ane.
Beberapa detik langkah ane terhenti karena wangi bunga sekilas tercium hidung ane.
"Sekilas kaya bau melati!" ucap ane dalam hati.
Ane ga mau berpikir macem-macem karena lagi di kuburan, langsung ane jalan lagi. But, I feel something fishy here.
Setelah itu kami melanjutkan jalan-jalan dan kegiatan lainnya.
Ada beberapa nama tokoh, nama tempat/lokasi dan ceritanya yang ane lupa karena udah terlalu lama banget kejadiannya tapi akan ane coba untuk mengingat dan menceritakannya sedetail mungkin. Ane hanya akan menceritakan bagian-bagian yang menurut ane penting aja.
Untuk nama tokoh dan beberapa tempat akan ane samarkan.
Mohon maaf karena mungkin ada kekurangan dalam penulisan cerita ini karena ini first time ane nulis cerita.
Spoiler for Q&A:
Q : Gan ini asli atau fiksi ??!
A : Cerita ini Real Story berdasarkan pengalaman hidup ane pribadi dan hanya diberi sedikit sentuhan biar lebih enak bacanya. Tapi ini benar-benar terjadi sama diri ane.
Q : Agan Indigo, Paranormal atau Dukun bisa kaya gitu gan?
A : Ane abnormal gan
hehe kidding. Ane ga tau ane Indigo atau bukan, ane ga punya kemampuan apa-apa karena semua itu hanya Tuhan yang punya. Ane hanya orang biasa!
Q : Agan bisa melihat makhluk halus ya?
A : Ane cuma bisa melihat sekilas dari pikiran aja (entah apa namanya) dan ga bisa melihat 'mereka' dengan fisik mata ane, kalopun bisa hanya beberapa saat aja secara ga sengaja.
Q : Agan tinggal dimana, daerah mana terus dimana sekolahnya apa?
A : Alhamdulillah ane tinggal di dalem rumah, daerahnya kebetulan ada di samping rumah tetangga ane. Terus ane sekolah di gedung yang ada guru dan murid-nya gan.
Q :
Q : Ah ane ga percaya kok ceritanya kaya fiksi gitu.
A : Semua ane serahin sama readers mau percaya atau tidak. Kalo percaya silahkan dilanjut tanpa kepoin kehidupan ane. Kalo ga percaya tutup tab browser agan terus cuci kaki dan pergi bobo (jangan lupa pake popok) hehe..
Q : Gan coba tolong dong terawangin siapa khodam ane gan.
A : Ane kan udah bilang bukan Indigo, Paranormal ataupun Dukun.
Q : Ente dagang kentang ngga gan??
A : Rencananya ane mau dagang sate aja gan kalo ga ada halangan.
Ane tegaskan bahwa ane hanyalah manusia biasa yang ga punya kemampuan soal itu karena semua yang ane bisa lakukan hanya dengan cara meyakini bahwa Tuhan akan membantu umatnya yang berdoa dengan penuh keyakinan dan bersungguh-sungguh.
Jadikan ini suatu pembelajaran bahwa kita hidup berdampingan dengan makhluk-makhluk lainnya dan janganlah sombong dengan apa yang kita miliki saat ini dan suatu saat semua itu akan di ambil kembali karena semua hanya titipan dari Tuhan.
A : Cerita ini Real Story berdasarkan pengalaman hidup ane pribadi dan hanya diberi sedikit sentuhan biar lebih enak bacanya. Tapi ini benar-benar terjadi sama diri ane.
Q : Agan Indigo, Paranormal atau Dukun bisa kaya gitu gan?
A : Ane abnormal gan

Q : Agan bisa melihat makhluk halus ya?
A : Ane cuma bisa melihat sekilas dari pikiran aja (entah apa namanya) dan ga bisa melihat 'mereka' dengan fisik mata ane, kalopun bisa hanya beberapa saat aja secara ga sengaja.
Q : Agan tinggal dimana, daerah mana terus dimana sekolahnya apa?
A : Alhamdulillah ane tinggal di dalem rumah, daerahnya kebetulan ada di samping rumah tetangga ane. Terus ane sekolah di gedung yang ada guru dan murid-nya gan.
Q :

Q : Ah ane ga percaya kok ceritanya kaya fiksi gitu.
A : Semua ane serahin sama readers mau percaya atau tidak. Kalo percaya silahkan dilanjut tanpa kepoin kehidupan ane. Kalo ga percaya tutup tab browser agan terus cuci kaki dan pergi bobo (jangan lupa pake popok) hehe..
Q : Gan coba tolong dong terawangin siapa khodam ane gan.
A : Ane kan udah bilang bukan Indigo, Paranormal ataupun Dukun.
Q : Ente dagang kentang ngga gan??
A : Rencananya ane mau dagang sate aja gan kalo ga ada halangan.
Jangan berharap ane bakal bawa sosok penampakan Mr. Poci, Miss Kun2 dan kawan2 lainnya ya gan karena ane tidak bisa melihat dengan mata fisik dan kalaupun melihat sosok penampakan hanya dalam keadaan tertentu aja dan juga hanya beberapa saat tapi ane bisa merasakan kehadiran mereka.
Yang ane ceritakan disini lebih banyak soal kesurupan/ketempelan/diganggu makhluk halus dan bagaimana ane menghadapinya.
Beberapa cerita ada juga yang di warnai kontak/adu fisik dengan korban kesurupan/ketempelan makhluk halus.
Ane sendiri jarang diganggu dengan penampakan mereka, paling hanya beberapa aja dan gangguan benda2 bergerak atau panggilan2 misterius dan yang itu ga ane ceritakan disini karena menurut ane hanya hal-hal kecil yang tidak membahayakan.
Yang ane ceritakan disini lebih banyak soal kesurupan/ketempelan/diganggu makhluk halus dan bagaimana ane menghadapinya.
Beberapa cerita ada juga yang di warnai kontak/adu fisik dengan korban kesurupan/ketempelan makhluk halus.
Ane sendiri jarang diganggu dengan penampakan mereka, paling hanya beberapa aja dan gangguan benda2 bergerak atau panggilan2 misterius dan yang itu ga ane ceritakan disini karena menurut ane hanya hal-hal kecil yang tidak membahayakan.
Ane tegaskan bahwa ane hanyalah manusia biasa yang ga punya kemampuan soal itu karena semua yang ane bisa lakukan hanya dengan cara meyakini bahwa Tuhan akan membantu umatnya yang berdoa dengan penuh keyakinan dan bersungguh-sungguh.
Jadikan ini suatu pembelajaran bahwa kita hidup berdampingan dengan makhluk-makhluk lainnya dan janganlah sombong dengan apa yang kita miliki saat ini dan suatu saat semua itu akan di ambil kembali karena semua hanya titipan dari Tuhan.
Villa - Part 1
Spoiler for Villa - Part 1:

Cerita ini adalah kisah nyata ane yang terjadi di tahun 1998 saat ane baru naik ke kelas 3 SMP di salah satu sekolah agama M (nama sekolah ane singkat) di Jakarta Timur.
Saat itu sekolah ane akan mengadakan kegiatan Pesantren Kilat IRM (Ikatan Remaja M) di daerah Puncak Jawa Barat selama 1 minggu.
Para peserta tersebut berasal dari beberapa sekolah SMP dan SMA M juga yang tersebar di Jakarta, termasuk sekolah ane juga dan kurang lebih di hadiri oleh 40 orang peserta yang sebagian besar dari kami adalah anggota OSIS (bukan ISIS

Hari Pertama :
Sekitar pukul 14.00, bis yg kami sewa akhirnya memasuki sebuah gerbang pintu masuk sebuah villa yang akan menjadi tempat kegiatan kami selama 1 minggu kedepan. Villa itu cukup besar dengan dua lantai namun terlihat seperti kurang terawat karena cat dinding banyak terkelupas serta agak kusam warnanya, terkesan angker.
"gede juga nih villa, tapi lumayan serem juga." gumam ane dalam hati setelah turun dari bis.
Mata ane penasaran menyapu semua pemandangan sekeliling villa itu.
"Oh.. ada disitu." ucap ane pelan.
"Iya itu mushola-nya coy (bahasa jadul hehe..), jadi lo ga perlu nyari-nyari tempat sholat lagi." celetuk temen ane Heri yg sok tahu.
Ada sebuah mushola yang letaknya di sebelah kiri setelah pintu gerbang masuk villa B (nama disamarkan) itu.
"Sat, udah yuk tuh udah ditungguin kakak alumni". agak tersentak kaget pas bahu ane ditepuk Heri.
"he'eh" jawab ane sekenanya karena agak kesel.
Setelah ane masuk villa itu ternyata ga seseram yang ane bayangin tadi. Ruangan nya cukup luas dengan terbalut lantai keramik bermotif dan dibagi menjadi beberapa ruangan lain yang sepertinya ruangan untuk tidur, dapur dan dua kamar mandi.
Tangga untuk ke lantai dua yang cukup lebar langsung terlihat langsung setelah masuk ke dalam villa itu.
Intinya villa B ini bentuknya terlihat seperti gedung sekolah tapi interiornya malah seperti rumah mewah.
"Ayo semua kumpul dulu disini, kita akan membahas kegiatan selama seminggu kedepan blablabla". ucap kakak alumni ane di tengah ruangan. skip
"Ini tolong dibagikan satu-satu sama semuanya." sambil menyerahkan selebaran kertas berisi jadwal kegiatan pesantren kilat.
"Bujug, ini jadwal padet banget, udah gitu dikasih istirahat tidur cuma 2 jam setiap hari." ucap ane sama Heri setengah pelan.
Dan dia cuma mengangguk-angguk ga jelas.
"Ada yg mau ditanyakan soal ini semua?" suara kakak alumni ane memecah suasana.
"Atau kalo ada yg keberatan silahkan ambil tas kalian dan pulang!" lanjutnya dengan nada setengah tegas sambil melirik ane. "What?! Mungkin dia denger omongan gue tadi kali." batin ane.
Akhirnya terpaksa menyanggupi dengan menggeleng kepala.
Kami semua diarahkan menuju kamar masing-masing.
"Buat yang laki-laki kamar tidurnya ada lantai dua belok kiri setelah tangga, aula dan lewat lorong ke arah belakang, untuk wanita di sebelah sana". ucap kakak alumni sambil menunjuk sebuah ruangan yang masih di lantai satu.
Ane dan anak-anak lainnya menuju sebuah ruangan yang jadi ruangan tidur kami melewati sebuah aula serbaguna dengan sebuah meja lonjong dan kursi-kursi yang tersusun rapi hingga melewati sebuah lorong kecil yang mengarah ke bagian belakang villa itu.
Tibalah ane di sebuah ruangan yang cukup besar dan agak redup dengan beberapa ranjang tidur susun, agak pengap mungkin karena jarang ditempatin. Di depan sebelah kiri pintu kamar ada dua toilet kecil berlampu redup. Dan yang menyeramkan yaitu pemandangan di depan pintu kamar langsung menghadap ruangan terbuka dan cuma dibatasi dengan tembok pengaman setinggi dada ane, cukup berbahaya kalau sampai terjatuh. Tepat dibawahnya ada sebuah kolam renang yang memang dikhususkan untuk penyewa villa tersebut. Dibelakang kolam renang itu dibatasi tembok yang tinggi dengan kawat-kawat diatasnya. Dari lantai dua ini bisa melihat perbukitan kecil, persawahan serta area pemakaman orang-orang keturunan Tionghoa yang terlihat dari bentuk makamnya di sebelah kanan arah belakang villa.
Sebelum masuk kamar, ane coba untuk mengecek keadaan dua toilet di sebelah kiri depan pintu kamar.
"Astaga, jorok banget!" ucap ane.
Aroma bau pesing campur bau yang sedikit amis tercium dari toilet ini setelah pintu dibuka. Lantai kotor dan aroma bau-bau itu jadi bikin tengkuk ane merinding.
Buru-buru ane langsung masuk ke kamar
dan taruh tas gabung serta saling berkenalan sama anak-anak yang lain.
Pukul 16.30 atas ijin dari para guru, kami di ajak berkeliling sekitaran villa tersebut, lebih tepatnya menyusuri persawahan dan melewati area pemakaman dibelakang villa untuk sekedar melihat pemandangan dan menyegarkan pikiran. Saat itu keadaan sedikit gerimis.
Ada sekitar 15 orang peserta yang ikut berjalan-jalan. Kami berjalan beriringan satu-satu dengan di dampingi kakak alumni melewati jalan setapak di area pemakaman dan ane berada paling belakang dari rombongan.
Prraakkk!!
"Aaawww..!!" setengah teriak dari salah seorang teman cewek di depan ane.
"Lo ga apa-apa?" tanya ane sambil reflek pegangin tangan dia karena hampir terjatuh menginjak pipa saluran air persis disamping salah satu makam yang kurang terawat.
"Kayanya terkilir dikit deh kaki gue" jawab dia sambil meringis.
"Satria, kenapa itu dibelakang?" teriak kakak alumni dari urutan depan.
"Resti terjeblos kakinya kak karena nginjek pipa saluran air." teriak ane.
"Terus gimana?" teriaknya lagi.
"Cuma terkilir dan pipanya pecah kak." sahut ane.
"Ya udah lain kali hati-hati jalannya." ucapnya terakhir.
"Bisa jalan kan?" tanya ane ke Resti.
"Iya bisa tapi pelan-pelan aja." jawabnya.
Wwsssshhh.. semilir angin terasa lewat depan ane.
Beberapa detik langkah ane terhenti karena wangi bunga sekilas tercium hidung ane.
"Sekilas kaya bau melati!" ucap ane dalam hati.
Ane ga mau berpikir macem-macem karena lagi di kuburan, langsung ane jalan lagi. But, I feel something fishy here.
Setelah itu kami melanjutkan jalan-jalan dan kegiatan lainnya.
Diubah oleh kakekgeol 11-11-2016 07:51


anasabila memberi reputasi
5
32.2K
Kutip
155
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan