Kepolisian Daerah Metro Jaya menyita sejumlah barang bukti dari insiden kericuhan dalam aksi unjuk rasa sejumlah organisasi masyarakat keagamaan di sekitar kawasan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Jumat pekan lalu. Polda juga membeberkan kronologi kericuhan di kawasan Istana Merdeka tersebut.
Di antara barang bukti yang disita adalah, paku, bambu, kelereng, ujung pagar Monumen Nasional (Monas), dan batu.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Awi Setiyono menyatakan, barang-barang tersebut digunakan massa untuk menyerang polisi.
"Kelereng digunakan itu dengan ketapel, paku itu dibuat seperti anak panah yang digunakan dengan sumpitan, sementara batu dan ujung pagar itu dilempar. Tapi untuk sumpitan dan ketapelnya tidak kami temukan," kata Awi di Markas Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat, Senin (7/11).
Kronologi polisi
Selanjutnya, Awi membeberkan kronologi peristiwa yang terjadi kala itu. Menurutnya, massa mulai memadati kawasan sekitar Istana Merdeka pada pukul 11.00 WIB.
Awi mengatakan, massa mulai menyerang polisi dengan botol air mineral pada pukul 13.50 WIB. Insiden itu terjadi di sekitar Jalan Medan Merdeka Barat.
Peristiwa serupa kembali terulang pada pukul 14.41 WIB.
Berusaha menenangkan massa, polisi berulang kali membacakan Asmaul Husna. Bahkan, massa dan polisi sempat menggelar salat asar bersama pada pukul 15.10 WIB.
Namun, kata Awi, pada pukul 15.47 WIB massa kembali melempari polisi dengan botol air mineral. Polisi tetap bertahan, tanpa melancarkan serangan balik terhadap massa.
Akhirnya, polisi menjembatani perwakilan massa untuk menyampaikan aspirasinya kepada pihak Istana pada pukul 15.58 WIB.
Namun, sekitar pukul 18.14 WIB, sejumlah massa yang berada di kawasan Monas dan Patung Kuda terlihat mulai mengoleskan pasta gigi ke wajahnya. Padahal, saat itu polisi belum sama sekali menembakkan gas air mata.
Massa pun mulai berusaha menerobos barikade yang dibuat polisi di Jalan Medan Merdeka Barat.
Akhirnya barikade dan pagar kawat berduri yang dibuat polisi jebol pada pukul 19.05 WIB. Bersamaan dengan itu, massa mulai menggunakan bambu yang telah mereka bawa untuk memukul polisi.
Menyikapi serangan itu, polisi yang terus mencoba bertahan, akhirnya menembakkan gas air mata untuk pertama kalinya pada 19.33 WIB.
Massa pun mulai berhamburan dan berlarian.
Pada 19.41 WIB, polisi kembali menembakkan gas air mata. Tujuh menit berselang, tembakan gas air mata kembali dikeluarkan polisi untuk ketiga kalinya.
Namun, pada pukul 20.01 WIB, massa membakar tiga kendaraan polisi, yakni dua mobil security barrier dan satu mobil truk. Hingga akhirnya, tim pemadam kebakaran berhasil memadamkan api di tiga mobil itu.
Menurut Awi, situasi mulai kondusif sekitar pukul 20.15 WIB, setelah Kepala Polri dan Panglima TNI meminta jajarannya untuk berhenti menembakkan gas air mata.
"Jadi dalam aksi unjuk rasa kemarin polisi sangat persuasif, tidak betul kalau kami menyerang," tutur Awi.
ZUMUR
Bambu+paku kan dipakai tuk membuat enggrang, ada juga kelereng. Itu semua adalah permainan tradisional anak indonesia, ini menunjukan demo ini berbudaya, santun dan menolak anarkisme