Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

zhouxianAvatar border
TS
zhouxian
Lebih dekat dengan reaktor nuklir Serpong
Hanya ada segelintir pekerja ketika merdeka.com menyambangi ruang reaktor nuklir milik Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), di Serpong, Tangerang Selatan, pekan lalu. Tak ada kesibukan berarti lantaran reaktor terletak di Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) itu tengah diistirahatkan.

Kendati demikian, itu bukan berarti standar keselamatan diabaikan. Para pekerja tetap menggunakan jas panjang putih antiradiasi dan pelindung sepatu. merdeka.com pun demikian.

Sebagai tamu, merdeka.com diberi pakaian serupa namun berkelir kuning. Selain itu, diberi juga alat deteksi radiasi, mirip termometer.

Di tengah ruangan, tiga pegawai tengah bersila mengelilingi sebuah laptop di tepian lubang sedalam 13 meter. Jangan anggap biasa ceruk bergaris tengah lima meter tersebut.

Sebab, ceruk itu dijejali oleh batang alumunium pengendali reaktor nuklir. Kemudian, dasar ceruk menjadi lokasi penembakkan neutron ke uranium, bahan bakar nuklir. Hasilnya, pembelahan neutron dan panas

"Pembelahan akan bereaksi secara berantai," kata Suwoto, Kepala Subbidang Pengoperasian Reaktor Serba Guna.

Reaksi berantai tersebut harus dikendalikan. Jika tidak, maka akan terjadi penumpukan dan pelepasan panas tak terkendali.

"Batang kendali untuk mengatur supaya populasi neutron tetap dan tidak terjadi pengendapan berbahaya."

Sayang, panas yang dihasilkan belum bisa dimanfaatkan untuk memproduksi listrik. Hanya neutron-neutron yang terbelah itu yang terpakai untuk pembuatan radioisotop guna memenuhi kebutuhan rumah sakit.

"Di dalam lubang itu terdapat air pendingin untuk menurunkan energi neutron setelah pembelahan."

Suwito memastikan reaktor nuklir tersebut tidak membahayakan lingkungan. Sebab, pihaknya secara ketat mengendalikan limbah cair atau bahan bakar.

"Jadi tidak boleh dibuang. Di sini terdapat kolam penyimpan bahan bakar bekas. dan juga ada ruang untuk menangani material yang berasal dari kolam tersebut."

Seluruh aktivitas reaktor dikontrol dalam satu ruang kendali. Untuk memasuk ruangan itu, merdeka.com harus melepas jas antiradiasi dan mencuci tangan dengan sabun agar tidak terkontaminasi zat aktif. Lalu, masuk ke dalam alat monitor yang akan berbunyi jika seseorang terkontaminasi.

"Semua reaktor dikendalikan dari ruangan tersebut. Pengoperasian sudah terjadwal yakni dari Senin sampai Jumat, 24 jam nonstop. Kemudian shutdown bisa dua minggu," katanya.

Tahun ini, reaktor nuklir bisa dioperasikan satu kali atau lima hari dalam sebulan. Seiring datangnya pesanan dari PT Inuki, produsen radioisotop pelat merah, reaktor bakal dioperasikan tiga kali atau lima belas hari tanpa henti dalam sebulan pada 2017.

PLTN Mini

Sejauh ini, Batan sudah memiliki tiga reaktor nuklir. Selain di Serpong, ada juga di Yogyakarta dan Bandung. Di Serpong juga, rencananya, Batan akan membangun reaktor nuklir nonkomersial ke empat dengan teknologi terbaru dengan nilai investasi sedikitnya Rp 2 triliun.

"Generasi ke empat itu kelebihannya dengan bahasa sederhana tidak diapa-apakan pun selamat, aman," kata Kepala Batan Djarot S. Wisnubroto saat ditemui dikantornya, Rabu (25/10).

Reaktor itu nantinya bisa berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN mini. Sebab, bisa menghasilkan listrik yang bisa dimanfaatkan oleh sebanyak 2 ribu kepala keluarga. Selain itu, bisa juga digunakan untuk smelter, pencairan batu bara, dan lainnya.

"Karena panasnya luar biasa besar untuk keperluan yang lain juga," katanya. "Kalau untuk listrik saja, saya sering diprotes teman-teman pro-nuklir, kalau 10 megawatt hanya menghasilkan listrik sepertiganya. kecil sekali, padahal harganya bisa sampai Rp 3 triliun."

Proyek yang digagas tiga tahun lalu ditargetkan commissioning atau uji operasi pada 2021 atau molor dua tahun dari rencana awal. Mengingat, pengerjaannya sering mengalami penundaan lantaran terbentur masalah pendanaan dan sosialisasi ke masyarakat.

"Yang bikin bikin tertunda-tunda itu sosialisasi kemudian bagaimana kita mencari anggaran," katanya. "Bappenas meminta untuk mengkaji, artinya apakah bisa pakai APBN murni atau soft loan."

https://www.merdeka.com/khas/lebih-d...r-serpong.html

nuklir gan
0
889
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan