Kaskus

Entertainment

p0congkaskusAvatar border
TS
p0congkaskus
Dirgahayu Sumpah Pemuda: Enterpreneur Sebagai Alternatif Tata Kelola Kepemudaan
TANGERANG, FOKUSUTAMA.COM – Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingatinya sebagai Hari Sumpah Pemuda. Inilah peringatan terhadap pengakuan pemuda-pemudi Indonesia yang mengikrarkan Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa.

Sumpah pemuda tersebut, dibacakan pada 28 Oktober 1928, hasil rumusan Kongres Pemuda ini di Gedung Indonesiche Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106 Jakarta. Gedung ini sekarang dijadikan Museum Sumpah Pemuda.

“Sumpah Pemuda: peringatan terhadap pengakuan pemuda-pemudi Indonesia yang mengikrarkan Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa”

Indonesia adalah sebuah cita-cita yang ingin mereka capai. Ketika 17 tahun setelah Kongres Pemuda II pada tahun 1928, cita-cita itu menjadi kenyataan. Indonesia diproklamasikan menjadi sebuah negara yang merdeka, yang mendasarkan diri dalam sebuah kesatuan, bukan berdasarkan suku, agama, ras, maupun status golongan.

Benedict Richard O’Gorman Anderson mengatakan, sejarah Indonesia ada pada pemudanya. Pandangan itu kiranya memang tepat. Sebab, putaran sejarah memang selalu menampilkan eksistensi pemuda. Kita dapat melihat bagaimana setiap putaran zaman, pemuda selalu menjadi martir terdepan dalam membela kepentingan bangsa. Mereka bergerak dengan jiwa patriotik, bersikap heroik dan selalu gelisah melihat derita yang dialami masyarakat di lingkungan sekitarnya.

“Benedict Richard O’Gorman Anderson: sejarah Indonesia ada pada pemudanya”

Sebelum kemerdekaan Indonesia, para pemuda sudah bergerak cepat membangun kebersamaan melalui ikatan primordialisme sehingga melahirkan kelompok pemuda dengan dasar kesukuan. Mulai bermunculan Jong Java. Jong Celebes, Jong Ambon dan lainnya. Maka muncul pikiran untuk menggagas sebuah pertemuan nasional Pemuda Indonesia yang melahirkan ikrar bersejarah “Sumpah Pemuda” pada 28 Oktober 1928.

Delapan puluh delapan tahun peristiwa Sumpah Pemuda telah berlalu, pertanyaannya adalah bagaimana seharusnya peran pemuda saat ini?

Peran Kaum Muda

Di sebuah forum kuliah, presiden Joko Widodo sangat mendorong anak-anak muda kreatif untuk memulai sejak dini membangun usaha alias menjadi seorang wirausaha. Karena, kemunculan pengusaha muda baru turut membantu pemerintah menggerakan perekonomian bangsa dan memberikan lapangan pekerjaan baru.

“presiden Joko Widodo sangat mendorong anak-anak muda kreatif untuk memulai sejak dini membangun usaha alias menjadi seorang wirausaha”

Kesempatan kerja saat ini masih belum menjanjikan. Tingkat partisipasi kerja menurun. Jumlah penduduk yang menganggur terus bertambah. Masyarakat tidak bisa lagi menunggu pemerintah menyediakan lapangan kerja. Masyarakat harus berani menciptakan lapangan kerja sendiri dan untuk orang lain dengan menjadi seorang wirausaha.

Secara umum, jumlah enterpreneur di Indonesia memang masih sangat terbatas. Bahkan terbilang sedikit. Dari total jumlah penduduk Indonesia, hanya 1,65 persen yang menjadi seorang enterpreneur. Angka tersebut masih jauh di bawah standar internasional sebesar 2 persen. Jauh tertinggal dari negara tetangga Singapura sebesar 7 persen, Malaysia 5 persen, dan Thailand 4 persen. Jumlah itu belum dilihat dari kemampuan dan pengalamannya. Atau pun dari bidang usaha dan kekuatan kapitalnya.

Sementara, dalam sejumlah kesempatan, pemerintah mengungkapkan adanya potensi bonus demografi sebagai peluang yang harus dikelola secara maksimal untuk mempercepat pembangunan. Bonus demografi yakni meningkatnya proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) pada tahun 2020 di atas 70 persen dari jumlah penduduk.

Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa sesungguhnya bonus demografi itu bagaikan pisau bermata dua; satu sisi menjadi anugerah yang bermanfaat bagi pembangunan dan kesejahteraan. Namun, di sisi lainnya dapat menjadi musibah bencana yang menimbulkan kehancuran. Sehingga, dengan tingginya angka usia produktif, pembinaan demi terciptanya anak muda yang berkualitas mutlak diperlukan.

Entrepreneurship harus menjelma sebagai gaya hidup pemuda kekinian. Isu dan gelombang entrepreneurship terus bergemuruh semakin kencang. Dari pelosok desa lahirlah pengusaha muda, lahir pula komunitas yang mencerminkan betapa bangga dan senangnya mereka berkarya untuk kampung halaman. Belum lagi di daerah kota dan pemuda urban, pemuda mengubah wajah dunia dengan imajinya. Pada dasarnya, entrepreneurship menjadi roda penggerak pemuda-pemuda berkembang terlepas dari apa latar belakang tempat tinggalnya.

Inilah yang disebut sebagai inisiatif pemuda, didukung pula dengan program pemerintah dalam berbagai sektor yang mendorong lahirnya para wirausaha-wirausaha muda. Peluang semakin lebar, yang ditambah secara formal kewirausahaan telah masuk ke lingkup kurikulum di sekolah menengah maupun pendidikan tinggi.

Kita bayangkan betapa indah dan hebatnya pemuda ketika Ia mampu mengoptimalkan diri dengan peluang yang ada. Di saat yang bersamaan, mampu mendedikasikan diri sebagai aktor lahirnya pemimpin baru dalam sejarah bangsa. Siapkah kita sebagai pemuda? Jawabannya ada pada sejauh mana kita berkomitmen mengembangkan diri berkarakter enterpreneurship untuk berbakti pada tanah air.

Saya berkeyakinan bahwa generasi muda sebagai potensi emas yang wajib untuk dipersiapkan dengan baik. Banyak cara untuk menggerakkannya. Mulai dari pentingnya berwirausaha.

Membangun karakter mental kewirausahaan pemuda memang tidaklah mudah. Selain kesadaran pemuda, dukungan keluarga, lingkungan, serta peran pemerintah dan pihak lainnya sangat dibutuhkan. Hal ini karena entrepreneurship sesungguhnya tak sebatas profesi, namun lebih berkaitan dengan mindset dan mental seseorang yang dibutuhkan di beragam bidang kehidupan.

Pertimbangan Wirausaha

Menghadirkan diskursus wirausaha muda perlu diikuti oleh alasan-alasan yang rasional. Dalam tulisan ini, saya akan menjelaskan tentang jawab dari tanya “mengapa harus wirausaha?”

Pemuda pada era kini, memerlukan kreativitas baru dalam penguatan kualitas dengan mensinergikan dengan isu-isu aktual yang akan dihadapi pemuda Indonesia di era globalisasi ini. Dengan cara inilah, nilai-nilai luhur dari generasi muda di era 1928 dapat diejawantahkan dalam konteks dan ruang di zaman kekinian.

Pertama, Jumlah wirausaha di Indonesia masih sangat terbatas. Bahkan terbilang sedikit. Dari total jumlah penduduk Indonesia, hanya 1,65 persen yang menjadi seorang wirausaha. Angka tersebut masih jauh di bawah standar internasional sebesar 2 persen. Jauh tertinggal dari negara tetangga Singapura sebesar 7 persen, Malaysia 5 persen, dan Thailand 4 persen. Jumlah itu belum dilihat dari kemampuan dan pengalamannya. Atau pun dari bidang usaha dan kekuatan kapitalnya

Dalam sejumlah kesempatan, pemerintah mengungkapkan adanya potensi bonus demografi sebagai peluang yang harus dikelola secara maksimal untuk mempercepat pembangunan. Bonus demografi yakni meningkatnya proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) pada tahun 2020 di atas 70 persen dari jumlah penduduk.

Impilikasi dari besarnya jumlah usia produktif, di tengah isu kesempatan kerja saat ini masih belum menjanjikan. Tingkat partisipasi penyerapan angkatan kerja menurun. Jumlah penduduk yang menganggur terus bertambah. Kaum muda tidak bisa lagi menunggu pemerintah menyediakan lapangan kerja. Kaum muda harus berani bergerak menciptakan lapangan kerja sendiri dan untuk orang lain dengan menjadi wirausaha.

Kedua, di sebuah forum kuliah umum, Presiden Joko Widodo sangat mendorong anak-anak muda kreatif untuk memulai sejak dini membangun usaha alias menjadi pengusaha. Karena kemunculan pengusaha muda baru turut membantu pemerintah menggerakkan perekonomian bangsa dan memberikan lapangan kerja baru. Dengan jejaring sosial kaum muda, sebisa mungkin mengoptimalkan modal bersama-sama untuk investasi membangun usaha bersama.

Ketiga, wirausaha dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi kemiskinan dan ketertinggalan sebuah bangsa. Diakui atau tidak, wirausahawan telah memberikan sumbangsih yang sangat berarti bagi kemajuan ekonomi bangsa. Syarat utama untuk mewujudkannya yakni kemauan dan komitmen serta modal.

Kesuksesan seorang dalam hidupnya, pastinya dimulai dari dorongan yang kuat dalam diri untuk senantiasa memperbaiki dirinya guna meraih kesuksesan. Oleh sebab itu, jiwa dan mental yang kuat harus dibangun agar kita dapat menghadapi segala permasalahan yang ada nantinya. Menurut sebagian ahli, berwirausaha lebih mengarah pada mental seorang, bukan bakat. Mental seorang itu bisa dibangun dengan hal-hal positif yang memotivasi seorang agar lebih baik dan memiliki semangat dalam bekerja. Dan hal tersebut salah satunya didapatkan dalam proses pendidikan baik formal dan informal.

Karena, suatu negara akan mencapai tingkat kemakmuran apabila jumlah enterpreneurnya paling sedikit 2% dari total jumlah penduduknya. Faktor manusia (entrepreuneur) menduduki peran lebih penting dibandingkan dengan kekayaan alam. Terlebih lagi di Indonesia yang memiliki dukungan sumber daya alam yang melimpah. Peran penting wirausaha dalam perkembangan ekonomi suatu negara juga sudah lama ditekankan oleh Peter F. Drucker sejak tahun 1996 yakni, bahwasannya “Penyumbang terbesar perekonomian Amerika bukan perusahaan-perusahaan besar berteknologi tinggi, melainkan dunia wirausaha yang menciptakan ribuan lapangan kerja.” Maka, wirausaha sebagai alternatif tata kelola kepemudaan.

"Peter F Drucker: penyumbang terbesar perekonomian Amerika bukan perusahaan-perusahaan besar berteknologi tinggi, melainkan dunia wirausaha yang menciptakan ribuan lapangan kerja”

Semoga kita tercerahkan.

Penulis: Lana Maulana (Ketua Umum HIPMI Kota Tangerang)

Sumber: http://fokusutama.com/dirgahayu-sump...la-kepemudaan/
0
5.4K
21
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan