- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sepakbola Indonesia Ingin Cetak Generasi Emas, Wajib ada Sosok Seperti Michel Sablon
TS
approve.cc
Sepakbola Indonesia Ingin Cetak Generasi Emas, Wajib ada Sosok Seperti Michel Sablon
Quote:
Kemampuan skuat Timnas Belgia mampu melenggang hingga babak perempatfinal Piala Dunia 2014 lalu merupakan prestasi terbaik kedua yang diraih. Sebelumnya di era Piala Dunia 1986, Belgia memang mampu menembus hingga babak semifinal.
Setelah itu, Timnas Belgia jadi salah satu negara di Eropa yang jadi 'pemanis' di perhelatan Piala Dunia. Hal sama terjadi di perhelatan Euro. Pada Euro 2016 di Prancis beberapa waktu lalu, Timnas Belgia kembali sukses menembus babak perempatfinal, prestasi terbaik kedua setelah Euro 1980.
Faktanya memang sejak era 80-an, Timnas Belgia tak mampu kreasikan pesepakbola handal. Bisa dibilang pesepakbola asal Belgia di era 80 dan 90-an ialah pemain kelas kedua di Eropa. Nama-nama seperti Luc Nilis, Emile dan Mbo Mpenza hanya segelintir diketahui pecinta sepakbola.
Lantas bagaimana federasi sepakbola Belgia, Royal Belgian Football Association (KBVB) bisa hasilkan generasi seperti Eden Hazard Cs?
The Guardian di 2014 lalu sempat menurunkan artikel terkait cetak biru generasi emas sepakbola Belgia. Dalam artikel yang ditulis oleh Stuart James tersebut terselip nama Michel Sablon. Nama yang terdengar asing untuk pecinta sepakbola.
Sosok Sablon bisa dibilang 'Tuhan' yang menciptakan generasi emas sepakbola Belgia saat ini. Berkat konsepnya, muncul Courtois serta De Bruyne.
Jika ditarik ke dalam negeri, ke sepakbola negeri ini, sosok seperti Sablon-lah yang dibutuhkan. Sablon ialah 'Socrates' dalam sepakbola. Pemikirannya tidak melulu pada pertandingan di lapangan hijau, tapi bagaimana filosofis dalam sepakbola tidak boleh dilupakan serta hal penting lainnya yang selama ini lalai diproses pembangunan sepakbola nasional.
Siapa Michel Sablon? Hal apa yang membuat sosok seperti Sablon dibutuhkan oleh sepakbola nasional? Berikut analisisnya yang di lansir dari indosport
Setelah itu, Timnas Belgia jadi salah satu negara di Eropa yang jadi 'pemanis' di perhelatan Piala Dunia. Hal sama terjadi di perhelatan Euro. Pada Euro 2016 di Prancis beberapa waktu lalu, Timnas Belgia kembali sukses menembus babak perempatfinal, prestasi terbaik kedua setelah Euro 1980.
Faktanya memang sejak era 80-an, Timnas Belgia tak mampu kreasikan pesepakbola handal. Bisa dibilang pesepakbola asal Belgia di era 80 dan 90-an ialah pemain kelas kedua di Eropa. Nama-nama seperti Luc Nilis, Emile dan Mbo Mpenza hanya segelintir diketahui pecinta sepakbola.
Lantas bagaimana federasi sepakbola Belgia, Royal Belgian Football Association (KBVB) bisa hasilkan generasi seperti Eden Hazard Cs?
The Guardian di 2014 lalu sempat menurunkan artikel terkait cetak biru generasi emas sepakbola Belgia. Dalam artikel yang ditulis oleh Stuart James tersebut terselip nama Michel Sablon. Nama yang terdengar asing untuk pecinta sepakbola.
Sosok Sablon bisa dibilang 'Tuhan' yang menciptakan generasi emas sepakbola Belgia saat ini. Berkat konsepnya, muncul Courtois serta De Bruyne.
Jika ditarik ke dalam negeri, ke sepakbola negeri ini, sosok seperti Sablon-lah yang dibutuhkan. Sablon ialah 'Socrates' dalam sepakbola. Pemikirannya tidak melulu pada pertandingan di lapangan hijau, tapi bagaimana filosofis dalam sepakbola tidak boleh dilupakan serta hal penting lainnya yang selama ini lalai diproses pembangunan sepakbola nasional.
Siapa Michel Sablon? Hal apa yang membuat sosok seperti Sablon dibutuhkan oleh sepakbola nasional? Berikut analisisnya yang di lansir dari indosport
Quote:
1. 'Menyadap' pola negeri tetangga yang lebih maju
Saat mendapat tugas untuk membangun sepakbola Belgia, hal pertama yang dilakukan oleh Sablon ialah mengubah pola pikir di sepakbola Belgia. Kala itu, Sablon menugaskan Bob Browaeys, pelatih tim muda Belgia saat itu untuk membiasakan para pemain muda Belgia menerapkan formasi 4-3-3.
"Anda harus tahu bahwa pada akhir 90-an, kami menerapkan kultus individu saat bermain. Kami menerapkan formasi 4-4-3 dan 3-5-2, itu formasi yang terorganisir tapi bahayanya kami akan rentan pada serangan balik,"kata Browaeys seperti dilansir The Guardian.
Perubahan formasi yang dilakukan oleh Sablon di tim muda Belgia lewat Browaeys diketahui 'menyadap' dari pola sepakbola negeri tetangga Belgia yang lebih maju, Belanda dan Prancis.
"Itu adalah pergeseran besar, tapi kami percaya saat itu bahwa pola 4-3-3 adalah formasi yang terkuat untuk pemain kami," kata Browaeys.
Browaeys dan Sablon percaya bahwa pemain Belgia bisa mengembangkan skill mereka dengan melakukan dribbling terlebih dahulu, membiasakan mereka untuk duel satu lawan satu,
"Anda harus menawarkan terlebih dahulu menggiring bola, dan membiarkan mereka bermain dengan bebas," kata Browaeys.
Hal ini yang juga bisa ditiru oleh para penanggung jawab prestasi sepakbola nasional. Harus ada keberanian dari para petinggi PSSI untuk mendobrak budaya formasi klasik di sepakbola di negeri ini.
Seperti yang kita ketahui, Timnas Indonesia kerap menerapkan formasi yang sama yakni 4-4-2 dan 4-3-2-1. Dua formasi ini memang jadi langganan Timnas Indonesia, bahkan Alfred Riedl baru-baru ini juga terapkan dua formasi itu ketika Indonesia melawan Malaysia beberapa waktu lalu.
Menurut asisten pelatih Timnas, Hans Peter Schaller, formasi hanyalah sebuah sistem.
"Tapi kuncinya terletak pada pemain apakah menggunakan formasi 4-4-2 atau 4-3-2-1. Formasi-formasi itu hanya Anda bisa lihat ketika awal pertandingan. Setelah itu mereka bergerak, kemungkinan besar kami akan menggunakan formasi 4-4-2," kata Schaller.
Namun jika melihat apa yang dilakukan oleh Sablon di Timnas Belgia, formasi tidak hanya sebuah sistem. Menurut Sablon yang menjadi direktur teknis Timnas Belgia pada 2001 lalu, akan ada filosofi bermain dan struktur yang jelas dari para pemain.
"Anda harus tahu bahwa pada akhir 90-an, kami menerapkan kultus individu saat bermain. Kami menerapkan formasi 4-4-3 dan 3-5-2, itu formasi yang terorganisir tapi bahayanya kami akan rentan pada serangan balik,"kata Browaeys seperti dilansir The Guardian.
Perubahan formasi yang dilakukan oleh Sablon di tim muda Belgia lewat Browaeys diketahui 'menyadap' dari pola sepakbola negeri tetangga Belgia yang lebih maju, Belanda dan Prancis.
"Itu adalah pergeseran besar, tapi kami percaya saat itu bahwa pola 4-3-3 adalah formasi yang terkuat untuk pemain kami," kata Browaeys.
Browaeys dan Sablon percaya bahwa pemain Belgia bisa mengembangkan skill mereka dengan melakukan dribbling terlebih dahulu, membiasakan mereka untuk duel satu lawan satu,
"Anda harus menawarkan terlebih dahulu menggiring bola, dan membiarkan mereka bermain dengan bebas," kata Browaeys.
Hal ini yang juga bisa ditiru oleh para penanggung jawab prestasi sepakbola nasional. Harus ada keberanian dari para petinggi PSSI untuk mendobrak budaya formasi klasik di sepakbola di negeri ini.
Seperti yang kita ketahui, Timnas Indonesia kerap menerapkan formasi yang sama yakni 4-4-2 dan 4-3-2-1. Dua formasi ini memang jadi langganan Timnas Indonesia, bahkan Alfred Riedl baru-baru ini juga terapkan dua formasi itu ketika Indonesia melawan Malaysia beberapa waktu lalu.
Menurut asisten pelatih Timnas, Hans Peter Schaller, formasi hanyalah sebuah sistem.
"Tapi kuncinya terletak pada pemain apakah menggunakan formasi 4-4-2 atau 4-3-2-1. Formasi-formasi itu hanya Anda bisa lihat ketika awal pertandingan. Setelah itu mereka bergerak, kemungkinan besar kami akan menggunakan formasi 4-4-2," kata Schaller.
Namun jika melihat apa yang dilakukan oleh Sablon di Timnas Belgia, formasi tidak hanya sebuah sistem. Menurut Sablon yang menjadi direktur teknis Timnas Belgia pada 2001 lalu, akan ada filosofi bermain dan struktur yang jelas dari para pemain.
Quote:
2. Gandeng kaum akademisi
Bagi Sablon pembangunan pemain muda ialah ruh untuk bisa menciptakan generasi emas di Belgia. Sablon saat menjabat direktur teknis Timnas Belgia langsung meminta dana untuk membangun pusat pengembangan sepakbola pemuda Belgia yang terletak di Tubize, di pinggiran Brussels, Belgia.
Selain itu, Sablon pun menggandeng kerjasama dengan sejumlah universitas di Belgia, salah satunya Universitas Louvain. Universitas ini diminta untuk melakukan riset terkait pengembangan pemain muda Belgia.
Para akademisi dari Universitas Louvain tiap harinya melakukan pertemuan rutin dengan sejumlah direksi klub untuk bertukar ide dan mendorong mereka memberi kontribusi untuk pengembangan pemain muda.
"Kami memang memulainya dari analisis ilmiah. Jika kita mengatakan bahwa anak-anak laki-laki dan perempuan yang berlatih menendang bola bolak-balik selama setengah jam itu baik, tidak ada yang membantahnya. Karena kami mendapat itu dari riset ilmiah,"kata Sablon.
Menariknya, Sablon menugaskan seorang pemain dan pelatih dari klub divisi dua Belgia, Werner Helsen untuk melakukan riset tersebut.
"Tapi ia adalah seorang profesor dari Universitas dan juga pemain," kata Sablon.
Apa yang dilakukan oleh Sablon kemudian berbuah hasil saat ini. Meski Sablon mengakui bahwa sebelumnya ia sempat mendapat cibiran dari para petinggi sepakbola Belgia.
"Menurut mereka, mengapa saya lebih memperhatikan sebuah sistem (formasi) dibanding berpikir apakah kita sudah memenuhi syarat untuk bisa tembus ke Piala Dunia dan Euro. Justru dari situ, syarat mampu kami penuhi," kata Sablon.
Merujuk apa yang dilakukan oleh Sablon sebenarnya sudah dilakukan oleh sepakbola negeri ini, meski terlambat. Sosok eks pelatih Timnas U-19, Indra Sjafri ialah pelakunya. Saat masih menjabat sebagai pelatih Timnas U-19, Indra acapkali berdiskusi dengan sport science.
Indra sendiri mengakui kalau sport science memang diterapkan di timnya saat menjuarai Piala AFF U-19 lalu. "Tapi data-data dari sport science tersebut tetap kita padukan dengan yang aspek-aspek lain. Teknik, HPU, dan lainnya," tutur Indra.
Sayang cetak biru dari Indra Sjafri untuk membangun negeri ini hanya bertahan dua tahun. Federasi sepakbola kita ternyata tidak cukup memiliki kesabaran seperti yang dimiliki oleh federasi sepakbola Belgia.
Selain itu, Sablon pun menggandeng kerjasama dengan sejumlah universitas di Belgia, salah satunya Universitas Louvain. Universitas ini diminta untuk melakukan riset terkait pengembangan pemain muda Belgia.
Para akademisi dari Universitas Louvain tiap harinya melakukan pertemuan rutin dengan sejumlah direksi klub untuk bertukar ide dan mendorong mereka memberi kontribusi untuk pengembangan pemain muda.
"Kami memang memulainya dari analisis ilmiah. Jika kita mengatakan bahwa anak-anak laki-laki dan perempuan yang berlatih menendang bola bolak-balik selama setengah jam itu baik, tidak ada yang membantahnya. Karena kami mendapat itu dari riset ilmiah,"kata Sablon.
Menariknya, Sablon menugaskan seorang pemain dan pelatih dari klub divisi dua Belgia, Werner Helsen untuk melakukan riset tersebut.
"Tapi ia adalah seorang profesor dari Universitas dan juga pemain," kata Sablon.
Apa yang dilakukan oleh Sablon kemudian berbuah hasil saat ini. Meski Sablon mengakui bahwa sebelumnya ia sempat mendapat cibiran dari para petinggi sepakbola Belgia.
"Menurut mereka, mengapa saya lebih memperhatikan sebuah sistem (formasi) dibanding berpikir apakah kita sudah memenuhi syarat untuk bisa tembus ke Piala Dunia dan Euro. Justru dari situ, syarat mampu kami penuhi," kata Sablon.
Merujuk apa yang dilakukan oleh Sablon sebenarnya sudah dilakukan oleh sepakbola negeri ini, meski terlambat. Sosok eks pelatih Timnas U-19, Indra Sjafri ialah pelakunya. Saat masih menjabat sebagai pelatih Timnas U-19, Indra acapkali berdiskusi dengan sport science.
Indra sendiri mengakui kalau sport science memang diterapkan di timnya saat menjuarai Piala AFF U-19 lalu. "Tapi data-data dari sport science tersebut tetap kita padukan dengan yang aspek-aspek lain. Teknik, HPU, dan lainnya," tutur Indra.
Sayang cetak biru dari Indra Sjafri untuk membangun negeri ini hanya bertahan dua tahun. Federasi sepakbola kita ternyata tidak cukup memiliki kesabaran seperti yang dimiliki oleh federasi sepakbola Belgia.
Quote:
3. Pembangunan pemain muda
Senada dengan Sablon, Indra Sjafri ialah pelatih yang sangat percaya bahwa Timnas negara ini tidak berbangun dari pemain senior. Pemain muda yang paling utama.
"Di level usia dini, seharusnya jangan terlalu diarahkan pada prestasi atau ajang-ajang seperti piala-piala yang sudah-sudah. Anak-anak harus bahagia dulu dengan bola, bukan dituntut untuk menang,"kata Indra seperti dilansir dari Detik.com
Maka tidak mengherankan jika Sablon menyebut bahwa saat ia membangun pemain muda di Belgia, ia memberikan keluasaan bagi para pemain muda yang bina.
"Ambisi saya ialah untuk bisa mendapat banyak waktu untuk mengembangkan anak-anak muda. Romelu Lukaku misalnya, ia memulai sejak usia 13 tahun. Saat itu, dia bukan pemain yang bagus secara teknis, dia hanya cepat dan kuat. Kami memoles dirinya," kata Jean Kindermans, pelatih tim muda tim Anderlecht, salah satu pelatih yang sangat percaya dengan metode Sablon.
Indra pun sepemikiran dengan Sablon dan Kindermans serta pelatih di Belgia yang menginginkan sepakbola di usia muda ialah tentang kebahagiaan.
Kindermans mengakui di Anderlecht, tiap harinya ada 220 anak muda berlatih, mereka semua bermimpi untuk bisa mencapai karier profesional.
"Saya jelaskan ke mereka, hanya ada 10 persen yang bisa melakukan itu. Tapi saya katakan kepada mereka, itu bukan masalah besar," kata Kindermans.
Bagi Kindermans, apa yang ia lakukan di Anderlecht kesemuanya berasal dari pemikiran Sablon. Michel Sablon bagi Kindermans ialah seorang visioner yang brilian.
Menariknya Sablon pun dilirik oleh negeri tetangga kita, Singapura. Sablon ditugaskan untuk membangun sepakbola di negeri itu. Sablon diundang karena menurut federasi sepaktetepura, budaya olahraga dan sepakbola di negeri ini mulai tumbuh dan berkembang.
Lantas bagaiamana dengan sepakbola nasional? Masih ingin berkutat pada masalah klasik atau memilih untuk melakukan revolusi dalam sepakbola?
"Di level usia dini, seharusnya jangan terlalu diarahkan pada prestasi atau ajang-ajang seperti piala-piala yang sudah-sudah. Anak-anak harus bahagia dulu dengan bola, bukan dituntut untuk menang,"kata Indra seperti dilansir dari Detik.com
Maka tidak mengherankan jika Sablon menyebut bahwa saat ia membangun pemain muda di Belgia, ia memberikan keluasaan bagi para pemain muda yang bina.
"Ambisi saya ialah untuk bisa mendapat banyak waktu untuk mengembangkan anak-anak muda. Romelu Lukaku misalnya, ia memulai sejak usia 13 tahun. Saat itu, dia bukan pemain yang bagus secara teknis, dia hanya cepat dan kuat. Kami memoles dirinya," kata Jean Kindermans, pelatih tim muda tim Anderlecht, salah satu pelatih yang sangat percaya dengan metode Sablon.
Indra pun sepemikiran dengan Sablon dan Kindermans serta pelatih di Belgia yang menginginkan sepakbola di usia muda ialah tentang kebahagiaan.
Kindermans mengakui di Anderlecht, tiap harinya ada 220 anak muda berlatih, mereka semua bermimpi untuk bisa mencapai karier profesional.
"Saya jelaskan ke mereka, hanya ada 10 persen yang bisa melakukan itu. Tapi saya katakan kepada mereka, itu bukan masalah besar," kata Kindermans.
Bagi Kindermans, apa yang ia lakukan di Anderlecht kesemuanya berasal dari pemikiran Sablon. Michel Sablon bagi Kindermans ialah seorang visioner yang brilian.
Menariknya Sablon pun dilirik oleh negeri tetangga kita, Singapura. Sablon ditugaskan untuk membangun sepakbola di negeri itu. Sablon diundang karena menurut federasi sepaktetepura, budaya olahraga dan sepakbola di negeri ini mulai tumbuh dan berkembang.
Lantas bagaiamana dengan sepakbola nasional? Masih ingin berkutat pada masalah klasik atau memilih untuk melakukan revolusi dalam sepakbola?
Quote:
Siapa yang tidak mengenal pesepakbola Thibaut Courtois, Marouane Fellaini, Kevin De Bruyne, serta Mousa Dembele. Mereka ialah sebagian dari generasi emas Timnas Belgia saat ini. Munculnya mereka bukan 'anugrah Tuhan' namun ada proses kreasi dari orang-orang yang paham dengan sepakbola.
Semoga ajah indonesia bisa mencontoh belgi dalam hal ini.
Sumber Refrensi
Semoga ajah indonesia bisa mencontoh belgi dalam hal ini.
Sumber Refrensi
Quote:
See You Next Time di trit ane selanjut nya
keep ngaskus gansis
keep ngaskus gansis
Spoiler for Jangan di bukan gansis !:
Yang lempar cendol semoga rejeki nya di mudahkan
yang bantu Rate 5 semoga urusan nya di mudahkan
yang lempar bata semoga cepet dapet hidayah
yang komen semoga ilmu nya bermanfaat
amin allahumma amin
yang bantu Rate 5 semoga urusan nya di mudahkan
yang lempar bata semoga cepet dapet hidayah
yang komen semoga ilmu nya bermanfaat
amin allahumma amin
Trit ane yang lain :
Kejar Mimpi F1, Haruskah Nasionalisme Tergadaikan oleh Rio Haryanto
4 Bukti Budaya dan Seni Indonesia yang Mentas di Sepakbola Dunia
5 Aksi Nutmeg Terbaik Bintang Lapangan Hijau
Mungkin ini 3 Alasan Olahraga Bola Basket Kurang Diminati di Indonesia
4 Bukti Rossi dan Lorenzo Jadi 'Tumbal Keberuntungan' Marquez Jadi Juara Dunia
Marc Marquez: Baby Alien, Berawal dari Hadiah Natal hingga Jadi Juara Dunia
5 Kapten yang Memiliki Jiwa Kepemimpinan Terbaik di Lapangan Hijau
10 Poin Penting Evaluasi Penyelenggaraan PON Jabar 2016
Seperti Rooney, 4 Pemain Ini Pernah Merasa Terhina Akibat Ulah Fans Sendiri
a4 Tim F1 yang Berpeluang Menjadi Rumah Baru Rio Musim Depan
Ini tips ampuh tembus KPR di bank
0
9.3K
Kutip
43
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan