Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dengultor81Avatar border
TS
dengultor81
Phoenix Raven, Sang Pengaman Fasilitas USAF

Seorang personel Phoenix Raven menjaga C-130 Hercules dan seluruh kru sesaat setelah mendarat di pangkalan Kirkuk, Irak. Sumber gambar: USAF/Master Sgt. Al Gerloff


Bicara teror, target yang umum disasar tak hanya rakyat sipil melainkan bisa pula fasilitas militer beserta isinya. Paling tidak, hal itulah yang mendasari Air Mobility Command (AMC) membentuk satuan khusus bernama Phoenix Raven.

Phoenix Raven dibentuk untuk menjalankan tugas pengamanan dan penanggulangan serangan (termasuk teror) terhadap alutsistanya, terutama pesawat-pesawat angkut yang merupakan tulang punggung AMC. Bahkan di Amerika sendiri, satuan khusus yang satu ini terbilang minim publikasi, apalagi di kalangan awam. Selain kelahirannya memang belum terlalu lama, jumlah personelnya pun sedikit, ditambah lagi misinya yang tak biasa dan nyaris senantiasa luput dari pantauan media.

Pasukan khusus ini adalah pasukan komando yang beranggotakan sekitar 200-an personel yang merupakan bagian dari Air Force Security Forces (AFSF) yang di-BKO-kan di bawah Air Mobility Command (AMC), sebuah komando utama di bawah AU AS (USAF).

Pengamanan terhadap aset-aset AU AS khususnya pangkalan udara dan isinya diemban oleh AFSF sejak 1942 kala AU AS masih berada di bawah AD AS. Nama AFSF baru dipakai sejak 1997 seiring reorganisasi besar-besaran yang dilaksanakan pada jajaran militer AS pasca berakhirnya Perang Dingin.


Personel Phoenix Raven berlatih materi pembajakan pesawat. Sumber gambar: USAF/Tech. Sgt. Scott T. Sturkol


Dalam pelaksanaan misinya, satu tim Phoenix Raven terdiri dari dua hingga enam personel terlatih yang diintegrasikan dalam kru AMC, khususnya AMC Threat Working Group. Tugas tim Phoenix Raven mulai dari mendeteksi ancaman hingga penangkalannya, pemeriksaan dan penilaian keamanan fasilitas untuk pesawat AMC (hanggar, apron hingga landasannya), hingga memberi masukan atau rekomendasi untuk keamanan para kru AMC lainnya.

Dengan integrasi ini, otomatis personel Phoenix Raven bertanggung jawab langsung pada aircraft commander layaknya kru darat lainnya. Bahkan dalam misi airlift ke area berbahaya, Phoenix Raven dilibatkan dalam perencanaan prosedur dalam misi. Sejak dari pesawat mendarat, menuju tempat parkir, kapan dan bagaimana pengamanan dalam proses bongkar muat, hingga pengaturan keamanan muatan, awak dan pesawatnya sendiri.

Phoenix Raven ditugaskan dalam semua misi AMC. Mulai dari TSM (theater support mission), contingency airlift mission, penempatan ke suatu lokasi atau deployment hingga exercise. Banyaknya tugas di medan tempur tidak berarti di dalam negeri Phoenix Raven menganggur. Pengamanan aset strategis AMC, seperti pesawat tanker juga dilakoni tim elit ini.

Latar belakang Phoenix Raven tak lepas dari peristiwa teror “9/11”. Dalam melakoni misi-misi global khususnya Global War On Terror, keberadaan pesawat angkut militer AS rentan diserang. Karena itulah, salah satu materi latihan yang diberikan pada personel satuan yang sering dijuluki Murder Crews adalah atbara (antiteror bajak udara).

Program pelatihan digawangi oleh United States Air Force Expeditionary Center di pangkalan udara Joint Base McGuire-Dix-Lakehurst, New Jersey, AS. Pelatihan dilaksanakan secara intensif selama 22 hari, 12 jam per hari, yang terbagi menjadi beberapa materi yang tak jarang melibatkan satuan elite lain.


Phoenix Raven juga diberikan materi pertempuran jarak dekat. Sumber gambar: USAF/Tech. Sgt. Scott T. Sturkol


Beberapa materi yang dilatihkan dalam program Phoenix Raven di antaranya cross-cultural awareness (mendeteksi ancaman secara sosial lewat pemahaman budaya lokal), legal consideration (pengamanan dengan pertimbangan spek legal setempat), airfield survey (survei pangkalan udara), explosive ordnance awareness (pengenalan bahan peledak, termasuk IED), aircraft search (penggeledahan intensif terhadap pesawat), self-defense (beladiri) termasuk teknik-teknik beladiri tangan kosong (unarmed self-defense). Selain itu juga ada materi penggunaan peralatan taktis non-lethal seperti tongkat atau taser.

Materi terakhir itu penting karena dalam situasi tertentu penggunaan senjata api atau granat sebisa mungkin dihindari. Misalnya, tatkala berdekatan dengan tangki bahan bakar atau muatan amunisi.

Salah satu materi yang seru adalah pertempuran jarak dekat (PJD/CQB) dalam ruangan sempit di dalam kabin pesawat. Di sinilah seninya, bagaimana memprioritaskan keselamatan nyawa manusia terutama awak atau bahkan sandera jika ada. Kalau perlu dengan kekuatan mematikan tanpa menimbulkan.

Sebagai catatan, prioritas penyelamatan yang jadi panduan Phoenix Raven adalah keselamatan manusia, baru kemudian antara pesawat atau muatannya. Jangan heran karena dalam beberapa kasus bisa saja harga atau nilai strategis muatan/ kargo pesawat lebih tinggi ketimbang harga pesawatnya sendiri.

Sebagai gambaran, intensifnya pelatihan Phoenix Raven, dalam satu materi saja bisa dilatihkan puluhan skenario misi, bahkan dengan melibatkan kru udara sungguhan. Latihan ini juga dikoordinasikan dengan skadron angkut yang akan dikirim ke medan tempur.

Lulus dari program pelatihan ini, para personel Murder Crews mempertahankan keahlian lewat latihan rutin, baik fisik maupun latihan misi yang kerap dilakukan bersama AFSOC (Air Force Special Operations Command). Angkatan pertama Phoenix Raven lulus 1997, dan hingga saat ini sudah meluluskan sekitar 2.000 personel.


Salah satu materi yang diberikan dalam pendidikan Phoenix Raven. Sumber gambar: USAF/Tech. Sgt. Scott T. Sturkol


Sejak angkatan pertama, materi dan prosedur sudah berubah cukup banyak menyusul peristiwa 9/11. Perang Irak dan Afghanistan membuktikan bahwa kecakapan yang dimiliki satuan pengamanan ini diperlukan dan harus terus dijaga eksistensinya. Dengan penugasan ke seluruh penjuru dunia, tak salah jika embel-embel Global Protection pun tersemat dalam badge. Sembari tentu saja tak melupakan spirit Defensor Fortis (Defender of The Force) yang jadi semangat juang US Air Force Security Forces.

kalo di Indonesia ini di kendalikan oleh Denbravo kah ? ... atau Kopaskhas yg handle ?
0
6K
9
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan